Makin tinggi derajat keparahan PPOK eksaserbasi, makin besar kadar CRP serum
3.4. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui kadar CRP serum pada penderita PPOK eksaserbasi yang datang berobat ke Poliklinik Pulmonologi Alergi dan Imunologi dan yang rawat
inap di RSUD Dr Pirngadi dan RSUP H Adam Malik Medan
3 .
5. MANFAAT PENELITIAN
Dengan mengetahui kadar CRP serum pada penderita PPOK eksaserbasi, maka CRP menjadi salah satu pilihan biomarker untuk menilai derajat keparahan PPOK
eksaserbasi
3.6. BAHAN DAN CARA. 3.6.1. DESAIN PENELITIAN.
Penelitian dilakukan secara potong lintang yang bersifat deskriptif analitik.
3.6.2. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN.
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2008 sd Juni 2008 di Poliklinik Devisi Pulmonologi dan Alergi-Imunologi dan rawat inap RSUP H Adam Malik Medan dan
Poliklinik Pulmonologi dan Alergi-Imunologi dan rawat inap RSUD Dr Pirngadi Medan.
3.6.3. SUBYEK PENELITIAN.
Penderita PPOK eksaserbasi yang berobat jalan dan rawat inap di RSUD Dr Pirngadi dan RSUP H Adam Malik Medan.
3.6.4. KRITERIA INKLUSI.
1. Penderita PPOK Eksaserbasi.
2. Berusia diatas 40 tahun. 3. Bersedia ikut dalam penelitian.
3.6.5. KRITERIA EKSKLUSI.
1. Penderita PPOK dengan gangguan fungsi hati. 2. Penderita PPOK yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kadar CRP statin,
aspirin, vit C, vit E, antibiotika, steroid sistemik dan inhalasi. 3. Penderita penyakit autoimun dan penyakit kolagen.
4. Penyakit paru lainnya seperti bronkiektasis, fibrosis kistik, tuberkulosis atau asma. 5. Penderita Sindroma Metabolik.
3.6.6. DEFINISI OPERASIONAL.
3.6.6.1. C-reactive Protein CRP
CRP merupakan High Sensitive C-reactive Protein yang diambil dari serum subyek yang telah disentrifus 3000 rpm selama 10 menit, dan dinilai
secara metode Immunotubidimetric dengan alat HITACHI 912.
3.6.6.2. Penderita PPOK Eksaserbasi.
1
Subyek yang ditegakkan sebagai PPOK melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, foto thoraks dan spirometri derajat I-IV berdasarkan kriteria GOLD
2007 yang secara klinis sedang mengalami eksaserbasi sesak yang bertambah, volume sputum meningkat dan sputum menjadi purulen.
3.6.6.3. Uji Bronkodilator.
1
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri Chest Graph HI-701.
- Pasien sebelumnya tidak boleh menggunakan obat-obatan
bronkodilator selama 6 jam untuk bronkodilator yang kerja singkat,
dan 12 jam untuk bronkodilator kerja panjang, dan 24 jam untuk teofilin yang lepas lambat
- Dilakukan pengukuran VEP
1
sebelum pemakaian bronkodilator.
- Kemudian diberikan 400 µg bronkodilator
2
agonis kerja singkat melalui Metered-Dose Inhaler dalam hal ini dengan memakai fenoterol.
- Dilakukan pengukuran setelah 10-15 menit setelah pemberian inhalasi
bronkodilator.
- Bila didapati peningkatan kurang dari 12 atau kurang dari 200 ml
paska bronkodilator dibandingkan dengan hasil pre bronkodilator, maka dipastikan didapati adanya hambatan aliran udara yang bersifat
non reversibel.
3.6.6.4. Derajat Keparahan PPOK.
Derajat keparahan penderita PPOK ditentukan dengan klasifikasi menurut kriteria Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease 2007.,
seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Klasifikasi derajat keparahan PPOK berdasarkan spirometri.
1
Derajat Karakteristik
I : PPOK ringan VEP
1
KVP 0,70 VEP
1
80 prediksi II : PPOK sedang
VEP
1
KVP 0,70 50 VEP
1
80 prediksi III : PPOK berat
VEP
1
KVP 0,70 30 VEP
1
50 prediksi IV : PPOK sangat berat
VEP
1
KVP 0,70 VEP
1
30 prediksi atau
VEP
1
50 prediksi ditambah gagal nafas kronik
VEP
1
: Volume Ekspirasi Paksa satu detik;
KVP
: Kapasitas Vital Paksa; Gagal nafas : Tekanan Oksigen Parsial Arteri PaO
2
kurang 8,0 kPa 60 mmHg dengan atau tanpa Tekanan CO
2
Parsial Arteri PaCO
2
6,7 kPa 50mmHg saat bernafas pada ketinggian rata-rata air.
Tabel 2. Kriteria klinis PPOK Eksaserbasi
10
[
Tipe Eksaerbasi Karakteristik Tipe I
eksaserbasi berat Sesak nafas bertambah, volume sputum meningkat dan sputum menjadi purulen
Tipe II eksaserbasi sedang Dijumpai 2 gejala diatas
Tipe III eksaserbasi ringan Dijumpai satu gejala diatas ditambah
infeksi saluran nafas atas lebih dari 5 hari, demam tanpa sebab lain,
peningkatan batuk, peningkatan mengi, atau peningkatan frekuensi pernafasan
20 baseline atau frekuensi nadi 20 baseline
3.6.6.5. SINDROMA METABOLIK.
32
Sindroma Metabolik didefinisikan berdasarkan The IDF Consensus Worldwide definition of the Metabolic Syndrome yaitu seseorang yang
memiliki Obesitas sentral didefinisikan sebagai lingkar pinggang 90 cm untuk pria , dan 80 cm untuk wanita ditambah 2 dari empat faktor
dibawah ini :
1. Peningkatan trigliserida 150 mgdL 1,7 mmolL atau dengan terapi spesifik untuk abnormalitas lipid ini.
2. Penurunan nilai kolesterol HDL, 40 mgdL 1,03 mmolL untuk pria dan 50 mgdL 1,29 mmolL untuk wanita, atau dengan terapi
spesifik untuk abnormalitas lipid ini. 3. Peningkatan tekanan darah sistolik 130 atau diastolik 85 mmHg
atau dengan pengobatan dimana sebelumnya didiagnosa sebagai hipertensi.
4. Peningkatan Kadar Gula Darah Puasa 100 mgdL 5,6 mmolL atau sebelumnya didiagnosa sebagai Diabetes Mellitus Tipe 2.
3.6.7. KERANGKA OPERASIONAL.