Pembahasan LMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2 Pembahasan

Bila dilihat tabel karakteristik demografi responden, distribusi frekwensi umur dari penelitian yang terbanyak adalah pada kelompok umur 10 – 19 tahun 45, kemudian diikuti kelompok umur 30 – 39 tahun 25. Untuk menguatkan data yang diperoleh sewaktu penelitian, dilakukan penelitian retrospektif di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2006 kelompok umur terbanyak adalah 10-19 tahun 30 diikuti keompok umur 30-39 tahun 20. Pada tahun 2007 kelompok umur yang terbanyak adalah pada umur 10-19 tahun 35 diikuti kelompok umur 30-39 tahun 25. Menurut literatur milium dapat terjadi pada semua umur namun lebih sering dijumpai masa infant 40 -50 . Milium pada infant disebabkan oleh produksi sebum yang berlebihan. Di dalam badan bayi terdapat hormon androgen ibu yang akan menstimulasi diproduksinya sebum sehingga terjadi kelebihan produksi sebum. Kelebihan sebum ini mengakibatkan kulit bayi sulit untuk melakukan proses pembersihan diri dari sel sel kulit mati. Sel kulit mati ini akan terperangkap dalam pori pori wajah dan menyebabkan terbentuknya milia. Pada infant milium dapat sembuh sendiri dimana lesi dapat menghilang pada beberapa hari tanpa meninggalkan skar, sedangkan milium pada anak-anak dan dewasa cenderung menetap sehingga sebagian besar pasien menginginkan perawatan dengan alasan kosmetik. Distribusi frekuensi jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan 95 dengan sebaran pekerjaan yang terbanyak adalah mahasiswa 35 dan pelajar 20. Jenis kelamin laki-laki 1. Berdasarkan penelitian retrospektif di RSUP H. Adam malik medan pada tahun 2006 jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan 95 dengan laki-laki 1. Pada tahun 2007 mendapatkan hasil yang tidak berbeda dengan tahun sebelumnya, kelompok jenis kelamin perempuan 95 dan laki-laki 1. Menurut literatur perbandingan pria dan wanita sama pada semua bentuk milium. Dari tabel karakteristik penyakit keluhan utama pasien secara umum adalah bintil putih diwajah 100, dengan keluhan tambahan yang terbanyak adalah Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 hilang timbul 70, diikuti dengan keluar cairan putih 15. Sesuai dengan literatur bahwa milium dapat sembuh sendiri tanpa meninggalkan skar dan dapat timbul kembali. Pada tabel di atas dilihat dari riwayat berobat sebagian besar pasien belum pernah berobat 75. Pasien sudah berobat sebelumnya pada tempat lain 15. Menurut literatur milium dapat hilang timbul namun rekurensi jarang terjadi. Pada tabel status dermatologi ukuran milium yang terbanyak adalah ukuran 1-2 mm 70 diikuti dengan ukuran 1 mm 30. Sedangkan lokalisasi terbanyak adalah Regio supra orbitalis et infra orbitalis 35, kemudian regio nasalis 15, Menurut literatur ukuran milium paling sering dijumpai sekitar 1 -2 mm dan paling banyak diijumpai pada daerah wajah terutama sekitar mata regio infra orbitalis dan regio supra orbitalis, hidung regio nasalis, pipi regio zygomatikus, dan dahi regio frontalis berhubungan dengan velus folikel rambut. Pada tabel hubungan intervensi dengan lama penyembuhan didapatkan lama kesembuhan 1 minggu untuk tehnik insisi dan ekstraktor komedo 100 sedangkan tehnik elektrodesikasi 45,. Pada tehnik elektrodesikasi sebagian pasien dengan lama kesembuhan 2 minggu 55 Menurut literatur prinsip penyembuhan luka milium dengan menggunakan ekstraktor komedo merupakan luka dangkal disebabkan milium bersifat superficial dan terletak di epidermis. Luka-luka superficial dengan cepat akan menyembuh 1-2 minggu. Setelah pembukaan atap dengan tusukan atau insisi dengan nald maka isi milium dikeluarkan dengan penekanan yang lembut menggunakan ekstraktor komedo, sehingga hanya sedikit menimbulkan luka pada epidermis. Beberapa jam setelah terjadi luka, baru terjadi epitelisasi dengan perpindahan sel-sel epitel dari tepi luka. Dalam waktu 1-2 hari sel-sel epitel yang tinggal pada tepi luka mengalami profilerasi dan menambah sel bermigrasi. Reepitelisasi terjadi tergantung pada kedalaman kulit yang terluka yaitu luka dangkal dan luka dalam. Pada luka dangkal, sel epitel masih dijumpai pada kelenjar-kelenjar folikel rambut, kelenjar Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 sebasea dan ductus ekrin, sehingga jarak migrasi sel epidermis pendek dan reepitelisasi lebih cepat. Pengobatan milium menggunakan elektrodesikasi untuk merusak lesi-lesi jinak avaskuler kecil dengan metode yang cepat. Elektrodesikasi digunakan secara superficial dengan prinsip kerja yang bersifat dekstruktif dan hemostasis. Penyembuhan sesudah elektrodesikasi terjadi secara sekunder, dimana setelah elektrodesikasi akan terbentuk krusta kering yang terdiri dari jaringan nekrose yang menutupi luka. Krusta ini akan tetap kering untuk 2-3 hari, kemudian baru terbentuk eksudat yang menyebabkan permukaan basah untuk 7-10 hari. Sel epitel yang baru akan lambat menghancurkan krusta , maka proses epitelisasi lebih lama. Epstein 1979 mendapatkan penyembuhan sesudah 10-14 hari, Blankensip 1985 mendapat 4-6 minggu, Bunney mendapat 4-6 minggu, dan Wilkinson 1983 mendapat 7-21 hari rata-rata penyembuhan untuk kuret diikuti dengan eletrodesikasi. Dengan analisis Chi square dan Fisher’s Exact test p=0,0001 ada hubungan antara intervensi dengan lama kesembuhan Pada tabel Hubungan intervensi dengan hiperpigmentasi untuk tehnik insisi disertai ekstraktor komedo sebagian besar tidak dijumpai hiperpigmentasi 95, sedangkan tehnik elektrodesikasi hiperpigmentasi 15, tidak ada hiperpigmentasi 85. Menurut literatur salah satu keuntungan pemakaian ekstraktor komedo dapat sembuh tanpa meninggalkan skar dan tidak terjadi perubahan warna, terutama pada lesi-lesi superficial seperti milium. Luka yang ditimbulkan oleh insisi hanya merusak sebagian dari membrana basalis sehingga tidak menganggu proses melanogenesis. Pada pemakaian elektrodesikasi salah satu komplikasi yang akan timbul adalah hipopigmentasi atau hipepigmentasi terutama pada tumor-tumor noduler, tetapi lama –lama akan membaik. Jumlah melanosit dapat mengalami penurunan diduga terjadi selama reepitelisasi, melanosit mengalami perubahan bentuk seperti spindel atau gelendong dengan tangan dendrit yang lebih pendek dan sedikit jumlahnya. Akibatnya dendrit Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 melanosit tidak mampu mencapai keratinositseperti pada keadaan normal. Hal ini menyebabkan perpindahan melanin menuju keratinosit berkurang dan terjadi perubahan warna kulit . Hiperpigmentasi dapat terjadi setelah trauma yang mengakibatkan kerusakan membrana basalis sehingga melanin mencapai dermis dan difagosit oleh makrofag disebut melanofag. Akumulasi melanofag mengakibatkan hiperpigmentasi. Dapat juga disebabkan oleh proses inflamasi yang menghasilkan rangsangan terhadap melanosit epidermal mengakibatkan peningkatan sintesis melanin dan peningkatan transfer melanin ke sekitar keratinosit. 5 Setelah analisis Chi square dan Fisher’s Exact test p=0,605, tidak ada hubungan antara intervensi dengan hiperpigmentasi. Dari tabel hiperpigmentasi sesudah 2 minggu tehnik insisi dan ekstraktor komedo dijumpai hiperpigmentasi 5, sedangkan tehnik elektrodesikasi 15. Dengan analisis Chi square dan Fisher’s Exact test, nilai p=0,605, tidak ada hubungan antara intervensi dengan hiperpigmentasi sesudah 2 minggu pembedahan . Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan