Perumusan masalah Tujuan penelitian Manfaat penelitian Penyembuhan luka pada milium

listrik atau tidak adanya aliran listrik maka cara dengan pemakaian bedah listrik tidak dapat dilaksanakan. Sehingga pengobatan dengan cara pembedahan pada keadaan tersebut hanya mungkin dilaksanakan dengan cara insisi disertai ekstraktor komedo. Sejauh mana efektivitas dengan cara insisi disertai ekstraktor komedo ini dapat menyembuhkan penderita milium dan berat lamanya hiperpigmentasi setelah pembedahan yang dapat terjadi masih perlu diadakan penelitian. Diharapkan bila ternyata lebih efektif dapat diterapkan untuk pengobatan milium selanjutnya dan dapat menolong bila pemakaian bedah listrik tidak dapat dilaksanakan.

1.2 Perumusan masalah

Apakah efektifitas pengobatan milium antara tehnik insisi disertai ekstraktor komedo dan elektrodesikasi mempengaruhi waktu penyembuhan dan berat lamanya hiperpigmentasi setelah pembedahan

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk membandingkan efektifitas pengobatan milium dengan insisi dan ekstraktor komedo dengan elektrodesikasi 2. Untuk membandingkan berat dan lamanya hiperpigmentasi milium antara insisi dan ekstraktor komedo dengan elektrodesikasi

1.4 Manfaat penelitian

Dengan mengetahui pengobatan milium yang lebih efektif maka dapat diketahui tehnik yang terbaik untuk mempercepat waktu kesembuhan dan mengurangi berat dan lamanya hiperpigmentasi setelah pembedahan. Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Milium 2.1.1 Defenisi Milium adalah salah satu bentuk dari kista epidermal yang merupakan kista kecil pada folikel rambut atau duktus ekrin yang tersumbat. 6 Milium bisa timbul spontan atau sesudah terjadinya trauma atau lepuhan, ukuran diameter 1-2 mm. 3,6 Lokalisasi tersering adalah wajah khususnya dibawah mata, pipi, hidung dan dahi. 2 Dapat juga dijumpai di genitalia scrotum, dan tempat lain ditemukan pada jari-jari tangan, telapak kaki, tungkai dan lengan. 6,7,9,10 . Pada beberapa kasus dapat juga terjadi pada palatum dan ginggiva yang disebut dengan Epstein’s pearls 11,12. Pada beberapa keluarga ada kecenderungan bawaan untuk terbentuk milia didaerah pipi dan sekitar mata. 13

2.1.2 Epidemiologi

Di Amerika serikat, milium primer pada infant kebanyakan dianggap normal. Milium dapat terjadi pada semua ras, perbandingan pria dan wanita sama pada bentuk milium primer dan sekunder. Milium dapat terjadi pada semua umur, lebih sering dijumpai pada masa infant 40-50 3,6,10 Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008

2.1.3 Etiologi

Milium dianggap berasal dari folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea, atau epidermis. Milium primer diyakini berasal dari bagian terbawah dari infundibulum rambut vellus. 11 . Keadaan ini menyebabkan prevalensi yang tinggi pada infant. 3 Milium sekunder timbul akibat retensi kista sesudah terjadi trauma kulit dan diyakini berasal dari folikel rambut, kelenjar ekrin, kelenjar sebaseus atau epidermis yang belum berkembang sempurna. 1,2,6,11 Milium sekunder dapat juga timbul pada penyakit bula seperti epidermolisis bullosa, pada penggunaan obat-obat anti inflamasi non steroid, kortikosteroid jangka panjang, setelah terapi 5-FU dan topikal nitrogen. 1,2,4,5,11,14,15 Milium dapai juga timbul sekitar 2-3 minggu dan paling lama 6 bulan setelah pembedahan. Setelah trauma kulit seperti dermabrasi, radioterapi dan peeling pada wajah. 3,4,11 Pada beberapa laporan disebutkan kedua bentuk milium merupakan penyakit yang diturunkan genodermatosis secara autosomal dominan. 2,5

2.1.4 Patofisiologi

Milium mirip dengan kista epidermal kecil hanya berbeda ukuran. Kista ini kemungkinan berasal dari folikel pilocebaseus. 12 Milium primer timbul pada wajah berhubungan dengan velus folikel rambut. Milium sekunder merupakan akibat dari kerusakan unit pilocebaseus. 3,11

2.1.5 Gambaran klinis

Secara klinis milium superficial berbentuk papul dengan ukuran diameter 1 – 2 mm, padat, berwarna putih seperti mutiara atau kekuning-kuningan, lembut, Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 muncul terutama di wajah khususnya sekitar mata, hidung, dahi dan pipi, tetapi bisa dijumpai di genitalia atau daerah lainnya. 9,12,16 Biasanya bersifat asimptomatis 17 Secara mikroskopis gambarannya hampir sama dengan kista epidermal. 1,2,6,7 Ada beberapa varian milium yaitu Multiple Eruptive Milia MEM. Beberapa kasus pernah dilaporkan berupa sejumlah besar milium like nodule pada wajah dan badan bagian atas muncul pada usia dewasa secara tiba-tiba tanpa adanya penyebab eksternal. Biasanya simetris, diameter ukuran 1-5 mm. MEM ini berhubungan dengan trichoepitelioma multipel dan bersifat autosomal dominan. Varian lain yaitu Milium Enplaque MEP, muncul sebagai kelompok milium membentuk plak, pada umumnya pada daerah wajah, post auricular,tetapi dapat juga terjadi pada daerah preauricular dan supraclavicular. Penyebab MEP belum diketahui secara jelas 2,8,11

2.1.6 Pemeriksaan penunjang

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis. Tidak ada pemeriksaan penunjang untuk milium yang sederhana. 18 Pemeriksaan diperlukan untuk penyakit penyerta diperlukan untuk milium sekunder. 3 Pemeriksaan histopatologis diperlukan bila diagnosis meragukan dan untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti siringoma dan trichoepitelioma. 3 Secara histopatologis milium merupakan kista kecil yang superfisial, multipel yang berisi keratin dikelilingi oleh infiltrat limfositik. 19 Milium yang timbul setelah bula dapat ditelusuri dari duktus kelenjer ekrin. Pinggir dari daerah lesi Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 biasanya terletak didalam sisa kelenjer pilosebasea yang mengalami perubahan. Milium yang terletak diwajah umumnya terletak didalam kelenjar sebasea yang mengelilingi banyak folikel rambut. 20

2.1.7 Diagnosis banding

• Siringoma : tumor jinak yang disebabkan oleh kelainan kelenjar ekrin. Lesi pada syringoma adalah papul berukuran kurang dari 3 mm yang berwarna sama seperti kulit sampai kekuningan. Predileksi siringoma adalah di bawah lipatan mata dan dagu. 3,8 • Trichoepitelioma : tumor jinak adneksa kulit yang disebabkan oleh kelainan genetik. Lesi berbentuk papul aau nodul , bulat, warna seperti kulit, berukuran 2-8 mm. Predileksinya adalah lipatan nasolabial, hidung, dahi, bibir atas dan kulit kepala. Jarang timbul pada badan dan leher. 3,8, • Akne vulgaris tipe komedo : Lesi bentuknya polimorf dengan gambaran khas komedo. Memiliki predileksi pada wajah, bahu, dada bagian atas dan punggung bagian atas. 3,8

2.1.8 Terapi

Milium pada infant tanpa pengobatan dapat menghilang spontan pada beberapa minggu tanpa meninggalkan skar. 13,18 Pengangkatan milium biasanya dilakukan karena alasan kosmetik. 18,21 Pada orang dewasa milium superfisial dapat diterapi menggunakan pengobatan topikal keratolitik seperti asam salisilat 5. Satu laporan kasus pernah memperlihatkan keberhasilan tretinoin topikal, Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 minosiklin dan doksisiklin sebagai pengobatan milium, namun ada beberapa laporan mengenai pemakaian krim, salep dan lotion tidak dianjurkan. 2,3,10,19 Tindakan bedah dapat dilakukan dengan insisi atapnya dan mengeluarkan isinya. 3,12 Dapat dilakukan dengan mencucuk dengan jarum atau scapel No.11. 2,8,11 Selain itu dapat dipergunakan kuretase, ekstraktor komedo, kauterasi, elektrodesikasi, laser CO2, dermabrasi dan krioterapi dan pengelupasan kimiawi 4,8,16,22,23 1. Pengobatan topikal. Pengobatan yang dapat dipakai sendiri oleh penderita, dipakai secara teratur setiap malam, biasanya sampai dengan 12 minggu. Sebelum dipakai jaringan yang mati harus diangkat dulu. Obat –obat yang dapat dipakai adalah : a. Asam salisilat 5 . Obat ini tersedia dalam bentuk larutan, bedak kocok, krem dan pasta. Asam salisilat dalam bentuk paint mudah memakainya karena cepat mengeras jadi tidak perlu ditutup, sehingga relatif tidak menganggu secara kosmetik dan relatif tidak memberi efek samping. 24 Asam salisilat 5 dapat mengeringkan kulit, menyebabkan eritem, deskuamasi dan meningkatkan epidermal cell turn over. Diduga asam salisilat mempunyai efek langsung terhadap ikatan antar sel korneosit. Keadaaan ini dapat mencegah retensi sel keratin sehingga dapat mencegah terbentuknya milium 24 Asam salisilat 5 merupakan pengobatan pilihan untuk anak-anak dan terutama diberikan pada milium terletak sangat superfisial. 24 Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 b. Tretinoin Asam retinoat dapat diperoleh dalam bentuk larutan, gel, krem dengan konsentrasi 0,025 , 0,0 5 dan 0,1 . 25 Asam retinoat merupakan keratolitik yang dapat meningkatkan pelepasan keratinosit dan mengurangi kohesi interkorneosit dan memfasililitasi pengeluaran isi milium. 26 Cara pemakaian yang dianjurkan dipakai sekali sehari pada malam hari. Lama setiap pemakaian dapat dimulai dengan 2 jam, secara bertahap ditingkatkan sampai satu malam. Selama pemakaian retinoat penderita diajurkan menghindari pajanan sinar matahai, karena kulit yang telah menggunakan asam retinoat sangat peka terhadap sinar matahari, juga menghindarkan bahan-bahan pembersih yang menggunakan alkohol konsentrasi tinggi, sabun abrasif yang mempunyai efek sangat mengeringkan dan akan menyebabkan meningkatnya efek iritasi obat. 24, 25 Efek samping berupa reaksi iritasi berupa eritem dan deskuamasi disertai rasa gatal dan rasa terbakar, selain itu dijumpai juga hiperpigmentasi atau hipopigmentasi kadang-kadang yang bersifat sementara. 24 2. Pengobatan sistemik Keberhasilan penggunaan antibiotik secara sistemik pada pengobatan milium pernah dilaporkan. Sasaran utamanya adalah mengurangi serta menghambat pertumbuhan bakteri, dapat menekan proses radang dengan mengurangi asam lemak bebas, mengurangi jumlah lipase, dan menekan kemotaksis leukosit. 27 Preparat yang pernah dilaporkan adalah: Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 a. Minosiklin Merupakan varian dari tetrasiklin yang penyerapannya sangat baik dan tidak dipengaruhi oleh susu atau makanan, obat ini berefek cepat. Dosis diberikan 1x 100 mg sehari atau 2x50 mg sehari. Efek samping yang mungkin terjadi adalah gangguan keseimbangan dan nausea. 27 b. Doksisiklin Efeknya sama dengan minosiklin, sebaiknya obat diberikan setelah makan karena dapat memberi rangsangan pada lambung, sedang efek sampingnya adalah fototoksik dan diabetes insipidus renal Cunliffe, 1989. Dosis diberikan 1 x 100mg sehari atau 2 x 100mg sehari selama 2-4 minggu dan selanjutnya disesuaikan dengan keadaan lesi. 27 3. Tindakan bedah Pemakaian preparat topikal seperti krim atau lotion dan pemakaian preparat sistemik tidak direkomendasikan pada beberapa laporan 10,19,20,21 Pada gangguan kosmetik biasanya dilakukan dengan tindakan bedah yang prinsip utamanya adalah membuka atap dan mengeluarkan isinya. 2,8,11 Beberapa tindakan bedah yang biasa dilakukan pada pengobatan milium adalah : a. Kuretase dan atau kauterisasi Kuret volkman sponn adalah sebuah instrumen berbentuk sendok atau cincin yang tersedia dalam berbagai ukuran. Alat ini digunakan untuk mengangkat tumor kecil, superfisial dan berbatas tegas di tempat-tempat yang dasarnya kencang dan sedikit jaringan yang mobil. Jaringan abnormal yang lunak dengan Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 mudah dapat dikeruk sementara kuret hanya sedikit mengorek dermis yang normal 3,28,29,30 . Penggunaan kuret dapat dengan kauterisasi untuk menghentikan perdarahan. 16 Kepala kuret bisa berbentuk bundar Fox Curette atau oval Piffard curette dengan permukaan potong yang agak tajam. 29 1. Fox Curette yang memiliki kepala pemotong bundar dan pemegang yang lurus atau bersudut. 2. Piffard curette, lebih besar dan sangat berat dengan kepala pemotong berbentuk oval. 3. Common and Rein curette, merupakan model lainnya yang populer dengan kepala berbentuk oval. b. Krioterapi Krioterapi merupakan suati prosedur yang menggunakan bahan-bahan kriogen. 31 Dapat juga didefenisikan sebagai perusakan jaringan abnormal secara sengaja dengan pendinginan terkontrol. 32 Penggunaan krioterapi untuk tumor sangat populer. Tindakan ini ideal untuk tumor kulit superfisial, karena dapat dilakukan dengan cepat dan relatif hanya sedikit meninggalkan bekas. 16 Krioterapi biasanya digunakan pada pasien-pasien yang menggunakan antikoagulan, yang alergi anestesi lokal dan menggunakan alat pacu jantung. 31,33 Bahan yang digunakan adalah nitrogen cair, nitrous okside, CO2 cair, yang terbaik adalah nitrogen cair dan diterapkan dengan sebuah tehnik kapas, tehnik Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 probe dan tehnik spray. Untuk milium biasanya digunakan tehnik probe dengan waktu 5 detik sekali penyemprotan . 31 c. Kauterasi Kauterisasi merupakan tehnik menghentikan perdarahan. 16 . Kauter terdiri dari kawat panas dengan voltase kecil untuk membangkitkan arus listrik yang akan memanaskan sebuah elemen dengan tahanan yang tinggi. Elemen yang panas tersebut, sebuah gulungan kawat atau jarum, digunakan untuk membakar jaringan atau menggumpalkan pembuluh darah kecil. Suhu disesuaikan dan tidak ada arus yang mengalir ke badan. 3,28 Kauterisasi diindikasikan untuk pengangkatan tumor-tumor kulit bertangkai, superfisial jinak yang tidak memerlukan biopsi, perusakan tumor- tumor vaskuler jinak kecil dan digabung dengan kuretase. Keuntungannya tehnik cepat, sederhana, mensterilkan instrumen dan kulit serta perdarahan minimal. Kerugian yang dijumpai penyembuhan lambat dan pembentukan jaringan parut. 3,28 d. Pengelupasan kimiawi. Pengelupasan kimiawi merupakan suatu tindakan untuk beberapa kelainan atau untuk perubahan estetika di kulit, meliputi penggunaan satu atau lebih bahan kimia yang mengelupas kulit, menyebabkan pelepasan sebagian epidermis atau dermis serta regenerasi dari jaringan epidermal dan dermal. 24,34,35,36 Pada dasarnya pengelupasan kimiawi merupakan percepatan dari pengelupasan yang diinduksi oleh penggunaan bahan-bahan kimia. Bahan Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 pengelupasan yang sangat ringan menginduksi pengelupasan yang lebih cepat dari sel-sel stratum korneum, sedangkan bahan pengelupasan yang lebih dalam menimbulkan nekrosis dan inflamasi dalam epidermis, papillari dermis atau dermis retikular. 24 Pengelupasan kimiawi menimbulkan perubahan dalam kulit melalui tiga mekanisme 24,34,35,36 - Stimulasi dari pertumbuhan epidermal melalui pengangkatan stratum korneum, bahkan pengelupasan yang sangat ringan - Dengan menghancurkan lapisan-lapisan dan menggantikannya dengan jaringan baru yang normal dan hasil kosmetik lebih baik -Induksi dari reaksi peradangan yang lebih dalam pada jaringan , disamping nekrosis yang diinduksi oleh bahan pengelupas Aktivasi mediator-mediator dari peradangan dapat menginduksi produksi kolagen yang baru dan substansi dasar dalam dermis. Luka-luka epidermis berkemampuan menginduksi endapan kolagen dan glikosaminoglikan dalam dermis. 24 Indikasi pengelupasan kimiawi antara lain photoaging, gangguan pigmentasi, garis-garis kerutan kulit dan lainnya seperti milium namun milium juga dapat timbul setelah adanya trauma seperti pengelupasan kimiawi. 3,4,11,24 e. Laser CO2 Bedah laser adalah bedah yang menggunakan alat laser Ligt Amplification by Stimulaed Emission of Radiation. Sinar laser sebagai bentuk Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 yang merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik. Panjang gelombang sinar laser yang dipakai saat ini meliputi spektrum ultra violet, ”visible” 400-750 nm dan Infra Merah 750-1000000 nm. 37 Beberapa indikasi pemakaian laser, yaitu : Indikasi absolut, indikasi relatif, indikasi yang menguntungkan dan indikasi eksperimental. Pemakaian laser pada milium merupakan indikasi yang menguntungkan dan laser karbondioksida yang biasa digunakan. 37,38 Laser karbondioksida mempunyai ciri-ciri, antara lain memancarkan cahaya-cahaya dalam batas-batas infra merah jauh karena itu berkas sinarnya tidak kelihatan, sebuah lengan operasi buatan digunakan karena radiasi infra- merah jauh tidak dapat dipancarkan melalui sistem serat optik, Absorpsi seragam dengan penghamburan minimal, energinya tidak secara selektif diabsorpsi oleh pigmen-pigmen dan daya tembus rendah 0,1-0,2mm. Penggunaan dapat berupa pemotongan skalpel cahaya dan penguapan abrasi laser 37,38 f. Dermabrasi Dermabrasi menimbulkan efek terapeutik dengan cara menyingkirkan lapisan epidermis dan dermis superfisial, sehingga memungkinkan timbulnya reepitelisasi dari struktur adneksa di bawahnya. Maka tehnik ini paling baik digunakan untuk lesi superficial di wajah. Wajah memiliki banyak struktur adneksa dan suplai darah yang baik yang akan membantu penyembuhan. Paling tidak ada 50 jenis kelainan yang dapat diatasi dengan dermabrasi. Dermabrasi Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 terutama berguna untuk mengatasi lesi superficial di wajah seperti milium. Namun milium juga dapat timbul setelah adanya trauma akibat dermabrasi. 23,35,39 g. Ekstraktor komedo Terdapat dua jenis alat ekstraktor komedo: 1. Ekstraktor Schamberg yang paling sering digunakan. Masing-masing ujungnya bengkok dan terbuka yang memungkinkan ekstruksi adekuat jaringan yang diekspresi. Bagian tengahnya bergerigi guna memberikan pegangan yang lebih kuat. Beberapa ekstraktor komedo memiliki lanset pada salah satu ujungnya guna mengangkat atap dari lesi. Lancet mempunyai ukuran besar dan kecil 28,29,40 2. Ekstraktor Zimmer-Walton yang memiliki jarum steril pada salah satu ujungnya 28,29 Ekstraktor komedo digunakan untuk mengangkat milium dan komedo. Merupakan alat sederhana, mudah digunakan dan tidak menyebabkan skar. Penggunaannya dengan menekan seluruh area sekitar lesi, berbeda dengan tehnik memencet yang hanya pada satu titik. 41,42,43,44 Prinsip pengobatannya pada milium dimulai dengan membuka atapnya dengan menggunakan jarum atau skalpel dan kemudian isinya dikeluarkan dengan menggunakan ekstraktor komedo dengan meletakkan lesi kedalam lubang alat yang membentuk sudut 90 ° dari permukaan kulit dan kemudian ditekan sampai isi milium keluar. 3,4,8,13,20 Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 h. Elektrodesikasi Merupakan salah satu tehnik bedah listrik dengan menggunakan alat bedah listrik yang dapat membangkitkan aliran listrik terkontrol untuk menghasilkan dekstruksi jaringan yang selektif. Elektrodesikasi merupakan salah satu tehnik yang digunakan untuk pengobatan milium yang saat ini sering digunakan 4,8,16,22 Elektrodesikasi merupakan arus bolak balik dengan frekuensi tinggi, berarus lemah, bertegangan tinggi dan mempunyai elektoda monoterminal. Bila elektrodanya kontak dengan jaringan kulit dan terjadi dehidrasi kulit superfisial akan menimbulkan panas karena adanya tahanan dari jaringan tersebut, yang menyebabkan dekstruksi dan hemostatik. Kerusakan terjadi hanya pada lapisan epidermis dan menyebabkan risiko minimal untuk terjadinya luka parut superfisial dan perubahan pigmentasi. 44 Secara histopatologis terlihat sel-sel melisut, nukleus padat dan memanjang dan pembuluh darah menjadi trombose. 28,44,45 Indikasi elektrodesikasi terutama untuk lesi-lesi avaskuler jinak multipel yang tidak memerlukan biopsi misalnya milium, skin tag, keratosis seborhoik. Kontra indikasi adalah memakai alat pacu jantung dan mudah keloid. Keuntungannya selain sederhana dan mudah dipakai ditempat praktek sehari-hari, instrumennya sedikit, tidak memerlukan waktu lama, tidak perlu antiseptik berlebihan, efek hemostasis baik, parut hipertropik dapat dihindarkan dengan arus rendah, trauma minimal dengan hasil kosmetik yang dapat diterima dengan baik, serta tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Sedangkan kerugiannya berupa penyembuhan luka lebih lama, dapat juga timbul hipopigmentasi atau Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 hiperpigmentasi, parut hipertrofik dan keloid bila arus terlalu kuat serta harganya relatif mahal. 28,44,45

2.1.9. Prognosis

Prognosis umumnya baik sebab milium pada masa infant dapat sembuh sendiri.8 Lesi dapat menghilang pada beberapa hari tanpa meninggalkan skar. 3,19,21 . Milium pada anak-anak dan dewasa cenderung menetap. 3 . Rekurensi jarang terjadi. 8

2.1.10 Komplikasi

Pada umumnya tidak dijumpai adanya komplikasi topikal ataupun sistemik. 3,18

2.2. Penyembuhan luka pada milium

Kulit merupakan organ yang penting bagi manusia karena memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai pelindung terhadap lingkungan di sekitarnya dan mempertahankan suhu tubuh. Komplikasi yang diakibatkan oleh kerusakan dan kehilangan jaringan kulit dapat menimbulkan infeksi bakteri, kehilangan cairan tubuh, protein, serta kerusakan jaringan di bawahnya. 46 Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama 47,48 : 1. Lapisan epidermis stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale 2. Lapisan dermis pars papilare dan pars retikulare 3. Lapisan subkutis sel lemak , ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 Gambar 1. Penampang Kulit Luka adalah terputusnya struktur dan fungsi anatomik yang normal, yang terjadi akibat proses patologis yang berasal dari dalam atau dari luar, terhadap organ yang dikenai, misalnya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan, penyakit diabetes dan penyakit pembuluh darah. 47 Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini adalah penyembuhan luka. Penyembuhan luka merupakan proses dinamis yang kompleks, menghasilkan pemulihan kontinuitas anatomik serta fungsinya. Penyembuhan luka pada kulit yang ideal akan mengembalikan kulit kepada struktur anatomik, fungsi dan penampakan yang normal, meliputi dermis dan epidermis yang terdiffrensiasi dan terorganisasi sempurna dengan fungsi sawar yang utuh dan sangat tergantung dari keadaan kesehatan penderita, usia, diet, lokasi luka, dan penanganan lokal terhadap luka tersebut. 47,49 Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 Luka dapat diklasifikasikan sebagai luka akut, yang menyembuh dengan pemulihan integritas anatomik dan fungsional yang teratur serta tepat waktu, atau luka kronik yang tidak menyembuh tepat waktu. Luka kronik tampaknya terpaku pada fase inflamasi atau proliferatif, dengan akumulasi berlebihan komponen matriks ekstrasel dan matriks metaloproteinase, misalnya kolegenase dan elastase yang menyebabkan degradasi dini kolagen dan growth factor. 50 Proses penyembuhan luka dapat terjadi ada 5 tahap. 51,52,53 1. Tahap Inflamasi 2. Tahap pembentukan jaringan granulasi 3. Tahap produksi matriks 4. Tahap epitelisasi 5. Tahap remodeling 1. Tahap inflamasi Tahap ini berlangsung mulai terjadinya luka, sampai kira-kira hari kelima, merupakan suatu periode efek mediator kimiawi dan sel-sel peradangan tampak paling dominan. 47,54 . Pada luka terbuka yang bersih ditandai oleh produksi eksudat yang berlebihan dan berlangsung lebih kurang selama 7-10 hari atau bahkan lebih lama, apabila terjadi komplikasi oleh adanya protein denaturasi jaringan nekrotik yang disebabkan oleh infeksi sekunder, laser, bedah listrik, bedah beku, asam serta kaustik. Tahap peradangan dibagi dua yaitu : tahap peradangan awal dan tahap peradangan lanjut, sesuai dengan jumlah sel netrofil dan mononuklear. 53,55 Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 2. Tahap pembentukan jaringan granulasi Jaringan granulasi merupakan kumpulan makrofag, fibroblast, dan pembuluh darah baru yang bertahan pada matriks longgar yang terdiri atas kolagen, fibronektin dan asam hialuronat dan membuat luka berwarna merah tua. Disamping itu angiogenesis berguna untuk oksigenasi luka serta pemberian nutrisi pada penyembuhan luka. 53,55 3. Tahap pembentukan matriks Tahap ini dimulai bersamaan dengan pembentukan jaringan granulasi akan tetapi beberapa bulan setelah surutnya jaringan granulasi, matriks masih terus mengalami perubahan dengan berkurangnya fibronektin dalam matriks dan pelan- pelan terjadi akumulasi serat kolagen tipe 1 yang membuat parut dan meningkatkan kekuatan luka. 53 4. Tahap epitelisasi Beberapa jam setelah terjadi luka, baru terjadi epitelisasi dengan perpindahan sel-sel epitel dari tepi luka. Dalam waktu 1-2 hari sel-sel epitel yang tinggal pada tepi luka mengalami profilerasi dan menambah sel bermigrasi. Reepitelisasi terjadi tergantung pada kedalaman kulit yang terluka yaitu luka dangkal dan luka dalam. 53,55 Pada luka dangkal, sel epitel masih dijumpai pada kelenjar-kelenjar folikel rambut, kelenjar sebasea dan ductus ekrin, sehingga jarak migrasi sel epidermis pendek dan reepitelisasi lebih cepat. 55 Fibronektin dan kolagen tipe IV dapat memacu migrasi dan mobilitas keratinosit, apakah tetap berada diluar jaringan ikat atau tetap diperlukan untuk Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 migrasi. 55 Akibatnya pada luka yang kering karena penggunaan alkohol, bahan hemostatik, kaustik, laser dan bedah beku akan tebentuk krusta dan karena sel epitel yang baru akan lambat menghancurkan krusta, maka proses reepitelisasi lebih lama. 55,56 Pembentukan kembali melanosit dan fungsinya sering tidak sempurna, sehingga secara klinis tampak hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Hal ini akan terjadi apabila melanosit yang baru dan belum matang terpapar dengan sinar ultraviolet, terkena bahan kimia atau pengaruh hormon. 29,53,55 5. Tahap remodelling Akumulasi kolagen tipe I mengawali remodelling luka, kapiler semakin berkurang proliferasi firoblas juga berkurang sehingga jaringan parut akan menjadi aseluler. Remodelling kolagen ini berlangsung beberapa bulan. 53,55-58 Milium merupakan salah satu bagian dari kista epidermal dan secara mikroskopis mirip dengan kista epidermal. Berdasarkan pembagian tumor jinak ataupun ganas yang ditemukan pada epidermis dan dermis, milium merupakan tumor jinak yang terletak pada epidermis. 16 Secara etiologi milium dianggap berasal dari folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea, atau epidermis. 11 Prinsip penyembuhan luka milium dengan menggunakan ekstraktor komedo merupakan luka dangkal disebabkan milium bersifat superficial dan terletak di epidermis. 1 Luka-luka superfisial dengan cepat akan menyembuh 1-2 minggu. 16 Setelah pembukaan atap dengan tusukan atau insisi dengan nald atau skalpel maka isi milium dikeluarkan dengan penekanan yang lembut Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 menggunakan ekstraktor komedo. 3,8,13,20,42,43 Beberapa jam setelah terjadi luka, baru terjadi epitelisasi dengan perpindahan sel-sel epitel dari tepi luka. Dalam waktu 1-2 hari sel-sel epitel yang tinggal pada tepi luka mengalami profilerasi dan menambah sel bermigrasi. Reepitelisasi terjadi tergantung pada kedalaman kulit yang terluka yaitu luka dangkal dan luka dalam. Pada luka dangkal, sel epitel masih dijumpai pada kelenjar-kelenjar folikel rambut, kelenjar sebasea dan ductus ekrin, sehingga jarak migrasi sel epidermis pendek dan reepitelisasi lebih cepat. 53,55 Pengobatan milium menggunakan elektrodesikasi untuk merusak lesi-lesi jinak avaskuler kecil dengan metode yang cepat. Elektrodesikasi digunakan secara superficial dikarenakan milium yang terletak pada epidermis yang berbentuk papul berukuran 1-2 mm. 16 Penyembuhan sesudah elektrodesikasi terjadi secara sekunder, dimana setelah elektrodesikasi akan terbentuk krusta kering yang terdiri dari jaringan nekrose yang menutupi luka. Krusta ini akan tetap kering untuk 2-3 hari, kemudian baru terbentuk eksudat yang menyebabkan permukaan basah untuk 7- 10 hari. Krusta jangan diganggu sampai trombose pada pembuluh darah sembuh sempurna sampai 1-6 minggu. Epstein 1979 mendapatkan penyembuhan sesudah 10-14 hari, Blankensip 1985 mendapat 4-6 minggu, Bunney mendapat 4-6 minggu, dan Wilkinsos 1983 mendapat 7-21 hari rata-rata penyembuhan untuk kuret diikuti dengan eletrodesikasi. 28 Luka bedah listrik superficial akan sembuh baik dengan prinsip perawatan luka dasar. 44 Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008

2.3 Melanogenesis pada proses penyembuhan luka