Latar belakang penelitian LMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang penelitian

Milium merupakan salah satu tumor jinak kulit yang diklasifikasikan berdasarkan asal jaringannya. Salah satu klasifikasinya adalah kista kutaneus. Beberapa kista kutaneus dapat terjadi di kulit dan jaringan subkutan. Menurut Bhawan et al 1990 milium merupakan salah satu kista kutaneus yang berasal dari epitel skuamous. 1 Milium terbagi atas milium primer dan milium sekunder. 2,3 Milium primer muncul secara spontan tanpa adanya faktor predisposisi. Ada kecenderungan herediter dalam suatu keluarga untuk menderita milium. Milium sekunder muncul akibat proses inflamasi dan penyakit-penyakit seperti epidermolisis bulosa, pemfigus, pemfigoid bulosa, porphyria cutanea tarda, herpes zoster, dermatitis kontak dan setelah penggunaan obat-obat anti inflamasi non steroid, kortikosteroid jangka panjang, setelah terapi 5-Fu dan topikal nitrogen, setelah pembedahan, dermabrasi dan radioterapi. 1,2,4,5 Milium dapat terjadi pada semua umur namun lebih sering dijumpai pada masa infant. Prevalensi jenis kelamin sama untuk milium primer dan milium sekunder. 3 Lesi kulit berupa kista berwarna putih atau kekuning-kuningan, ukuran diameter 1-2 mm muncul terutama diwajah tetapi bisa dijumpai di genitalia atau Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 daerah lainnya. Montgemory menggambarkannya sebagai massa glaboid putih mutiara biji beras diliputi selaput translusen. 1,2,6,7 Tidak ada terapi topikal dan sistemik yang efektif untuk milium primer maupun sekunder. 3 Milium terletak sangat superficial bisa digunakan keratolitik seperti asam salisilat 5 . 2 Terapi milium adalah dengan membuka atapnya dan mengeluarkan isinya. Dapat dilakukan dengan mencucuk dengan jarum atau insisi dengan pisau No.11. 2,8 Ini dapat dilakukan tanpa anestesi lokal. 3 Selain itu dapat dipergunakan kuretase, kauterasi, elektrodesikasi, laser CO2, dermabrasi, krioterapi dan chemical peeling 8 Meskipun sebagian besar milium dapat sembuh sendiri dan angka rekurensinya jarang dan biasanya terjadi sesudah pembedahan, tidaklah tepat membiarkan milium sembuh sendiri tanpa usaha pengobatan, paling sedikit bila ditinjau dari segi kosmetik. Khusus cara pengobatan milium melalui pembedahan dapat dilakukaan dengan cara insisi disertai ekstraktor komedo dan elektrodesikasi. Sampai saat ini di RSUP. H. Adam Malik Medan tehnik elektrodesikasi merupakan tehnik baku dan biasa dilakukan untuk pengobatan milium. Tehnik ini juga sering menimbulkan masalah hiperpigmentasi setelah pembedahan. Tehnik insisi disertai ekstraktor komedo merupakan tindakan pembedahan lain yang akan dilakukan. Tehnik ini lebih mudah dilakukan dan biayanya lebih murah. Disamping itu mengingat masih banyak klinik dan puskesmas yang tidak mempunyai alat bedah Siska Anggreni Lubis : Efektifitas Pengobatan Milium Dengan Insisi Dan Ekstraktor Komedo Dibandingkan Dengan Elektrodesikasi Di RSUP. H.Adam Malik Medan, 2009 USU Repository © 2008 listrik atau tidak adanya aliran listrik maka cara dengan pemakaian bedah listrik tidak dapat dilaksanakan. Sehingga pengobatan dengan cara pembedahan pada keadaan tersebut hanya mungkin dilaksanakan dengan cara insisi disertai ekstraktor komedo. Sejauh mana efektivitas dengan cara insisi disertai ekstraktor komedo ini dapat menyembuhkan penderita milium dan berat lamanya hiperpigmentasi setelah pembedahan yang dapat terjadi masih perlu diadakan penelitian. Diharapkan bila ternyata lebih efektif dapat diterapkan untuk pengobatan milium selanjutnya dan dapat menolong bila pemakaian bedah listrik tidak dapat dilaksanakan.

1.2 Perumusan masalah