Kerangka Kerja Batasan Operasional Subyek dan Bahan Penelitian

3.6 Kerangka Kerja

- Umur - Jenis Kelamin - Keluhan Yang menonjol Penderita rinosinusitis kronis Pemeriksaan radiologi : Foto SPN CT Scan Punksi aspirasi rongga sinus maksila Sinusitis Maksila perselubungan atau air fluid level Pemeriksaan THT Pemeriksaan KOH kultur jamur M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008 M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008

3.7 Batasan Operasional

a. Rinosinusitis maksila kronis adalah merupakan suatu proses peradangan mukosa sinus maksila yang telah berlangsung lebih dari 3 bulan b. Rinosinusitis jamur adalah merupakan proses inflamasi mukosa sinus yang disebabkan oleh infeksi jamur c. Usia berdasarkan ulang tahun terakhir diatas 17 tahun oleh karena pada usia ini penderita sudah kooperatif untuk dilakukan punksi dan irigasi sinus d. Pemeriksaan radiologi adalah merupakan prosedur rutin dengan melihat keadaan rongga sinus maksila melalui rontgen atau CT scan. e. Punksi aspirasi adalah pengambilan cairan dari sinus maksila dengan menggunakan coaley trokar melalui meatus inferior f. Pemeriksaan KOH adalah merupakan suatu pemeriksaan langsung pada sampel dengan menggunakan potasium hidroksida 10 g. Kultur adalah merupakan metode definitif untuk melakukan identifikasi jamur

3.8 Subyek dan Bahan Penelitian

Alat penelitian : Alat pemeriksaan THT rutin Alat punksi sinus Coaley trocars Spuit steril 10 cc merek Terumo Wing needle no 23 merek Terumo Alat Centrifuge Tabung steril Mikroskop merek Olympus Bahan penelitian M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008 Nacl 0,9 steril Potasium hidroksida 10 KOH 10 Lactophenol cotton blue Sabouroud dextrose agar SDA Semua penderita yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan : 1. Anamnesis yang berhubungan dengan keluhan pasien 2. Pemeriksaan THT rutin 3. Foto polos sinus paranasal atau CT Scan hidung dan sinus paranasal Setelah ditegakkan diagnosa rinosinusitis maksila kronis secara klinis dan radiologis , maka: 1. Dilakukan punksi sinus maksila dengan menggunakan trokar pada meatus inferior 2. Sekret dalam sinus maksila dihisap dengan menggunakan spuit terumo 10 cc melalui wing needle terumo no 23. Apabila tidak dijumpai sekret, dimasukkan 5 cc Nacl, kemudian dihisap kembali dengan spuit. Bahan pemeriksaan tersebut langsung dibawa ke bagian mikrobiologi klinis FK USU 3. Bahan pemeriksaan atau spesimen yang berasal dari sinus maksila diaduk selama 30 detik kemudian didiamkan sampai 15 menit dengan suhu kamar lalu dengan menggunakan tabung reaksi steril dilakukan Cenrtifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit sampai terbentuk endapan. 4. Endapan yang terbentuk dibuat menjadi sedian basah dengan menggunakan KOH 10 dan dilakukan kultur pada Sabouroud dextrose agar SDA dengan suhu 30 C M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008 5. Dengan pemeriksaan KOH 10, hifa jamur diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop. 6. kultur jamur pada media sabouroud dextrose agar di biarkan tumbuh selama 2 - 4 minggu, kultur diperiksa setiap hari untuk mengetahui perkembangan jamur. Untuk jamur yang mengandung filamen Hifa dilakukan identifikasi menggunakan mikroskop dengan membuat preparat basah lactophenol cotton blue yang berasal dari biakan jamur yang tumbuh

3.9 Analisa Data