Ballenger, 1994.
Gambar 2.3 : Sinus paranasal tampak potongan axial dan koronal
2.2.2 Sinus maksila
Sinus maksila adalah merupakan sinus paranasal terbesar dan terdapat pada daerah tulang maksila pada tiap sisi kavum nasi. Bentuk sinus maksila ini adalah seperti
piramid dengan bagian puncak menghadap ke lateral dan meluas ke arah prosesus zygomatikus dari maksila atau ke arah tulang zygoma. Bagian dasar terletak medial, dan
dibentuk oleh dinding lateral kavum nasi. Tulang pada dinding medial sinus maksila ini sangat tipis dan terdiri dari : dinding medial maksila, prosesus maksila konka inferior,
lamina perpendikularis palatum, prosesus uncinatus os etmoid, dan bagian tulang lakrimal. Atap sinus maksila ini berbentuk landai ke bawah dari arah medial ke lateral
dan dibentuk oleh permukaan orbita os maksila. Pada bagian ini terdapat penonjolan bidang sagital yang merupakan tempat saraf infra orbita. Dinding anterior dan posterior
sinus secara bersama membentuk permukaan maksila, dan langsung berhubungan dengan
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
permukaan wajah pada daerah pipi dan fossa infratemporal Ballenger, 1994; Lund, 1997
Dasar sinus maksila dibentuk oleh prosesus alveolaris dan prosesus palatina os maksila. Pada orang dewasa, dasar sinus maksila ini terletak 1 sampai 1,2 cm dibawah
dasar rongga hidung sedangkan pada anak-anak dasar rongga sinus maksila ini lebih tinggi dari dasar hidung. Dinding posterior inferior atau dasar sinus maksila bagian
belakang merupakan tulang yang paling tebal. Ballenger, 1994; Lund, 1997
Gambar 2.4 : Anatomi tulang maksila pandangan lateral dan medial, tampak adanya prosesus frontal,
zygomatik, dan palatina. Maksila terdapat kanal insisivus, foramen infraorbita, dan permukaan anterior foramen
spenopalatina Marks,
2000
Ukuran sinus maksila pada tiap individu berbeda. Pada orang dewasa tinggi 33 mm, lebar 23 mm, dan diameter anterior posterior 34 mm, dengan volume 14,75 ml. Pada
keadaan tertentu volume sinus maksila ini dapat mencapai 30 ml. Secara umum ukuran sinus maksila ini adalah sama, tetapi pada beberapa keadaan sinus maksila ini dapat
kurang berkembang atau tidak berkembang sama sekali Ballenger, 1994; Lund,1997 .
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
Hubungan sinus maksila dengan gigi tidak hanya tergantung pada usia, dan proses pembentukan gigi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat perkembangan sinus kearah
prosesus alveolaris. Gigi kaninus tumbuh pada bagian yang menonjol permukaan anterior sinus maksila. Gigi molar adalah merupakan bagian gigi yang langsung berhubungan
dengan lantai sinus maksila, kadang kadang gigi premolar juga dapat langsung berhubungan dengan sinus maksila. Hubungan dasar sinus maksila dengan akar gigi
dapat berupa adanya tonjolan atau tanpa tonjolan pada lantai sinus dan juga dipengaruhi arah pertumbuhan akar gigi. Secara normal akar gigi ini dilapisi oleh lapisan tulang yang
padat, tetapi pada beberapa keadaan lapisan ini dapat tidak terbentuk dan akar gigi langsung berhubungan dengan lapisan mukosa sinus, sehingga proses supuratif yang
terjadi di sekitar gigi dapat menjalar ke mukosa sinus maksila melalui pembuluh darah atau limfe. Ballenger, 1994; Lund, 1997
Sinus maksila mempunyai hubungan dengan infundibulum di meatus media melalui lobang kecil, yang disebut ostium. Ostium ini terletak diatas dinding
posteromedial. Ostium sinus maksila selalu terbuka dan berhubungan langsung dengan meatus media melalui celah sempit yang disebut infundibulum. Diameter ostium ini
adalah 3-4 mm, tetapi pada preparat tengkorak ukuran ostium lebih lebar, oleh karena secara normal ostium ini dilapisi oleh membran. Van aylea 1936 mendapatkan pada 163
spesimen yang diperiksa, 83,4 ostium ini terletak 13 posterior infundibulum, atau pada daerah sekitar lekukan prosesus uncinatus. Hanya terdapat sedikit yang terletak di
bagian anterior atau di 13 tengah infundibulum. Ostium asesoris ditemukan pada 30 spesimen dan terletak disekitar dinding lateral rongga hidung Evans, 1987
Adanya sumbatan ostium dapat mengganggu proses mekanisme pembersihan sinus, sehingga sekret akan menumpuk dan berubah komposisinya. Penumpukan sekret
ini merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme Becker, Naumann,Pflatz 1994
Gambar 2.5 : Sinus maksila kiri dengan dinding anterior yang dibuka Marks, 2000
Seluruh rongga sinus maksila ini dilapisi oleh lapisan mukosa, yang merupakan lanjutan dari mukosa hidung berupa epitel torak bersilia. Pada lapisan ini terdapat sel-sel
goblet dan pembuluh darah Taher, 2000. Lapisan mukosa sinus maksila dari bawah epitel, berturut-turut :
1. Membran basalis yang sangat tipis
Jika terjadi penebalan akan terlihat lapisan hialin, dan pada bagiannya kadang- kadang terlihat serabut elastin
2. Tunika propria
Lapisan ini berupa jaringan ikat longgar, berbentuk spons dan berisi cairan, sehingga sedikit saja rangsangan pada lapisan ini akan menyebabkan
pembengkakan. Pada lapisan ini juga terdapat serabut kolagen dan fibrin yang
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
tipis dan mudah ruptur bila terkena trauma. Fungsi lapisan ini sebagai jaringan penunjang, alat nutrisi dan sel fagosit jika terjadi radang.
3. Lapisan periostium
Letaknya berdekatan dengan periostium tulang. Seperti halnya periostium tulang, lapisan ini berfungsi untuk reabsorbsi atau mendeposit tulang. Lapisan ini sangat
padat, sehingga tahan terhadap infeksi. Sinus maksila di perdarahi oleh arteri kecil yang langsung menembus
dinding tulang, sebagian basar berasal dari cabang arteri maksila, fasial, infraorbita dan palatina. Pada daerah ostium sinus maksila terdapat arteri besar
yang merupakan cabang arteri yang berasal dari konka inferior. Pembuluh vena berjalan bersama arteri dan berasal dari vena fasialis anterior dan pleksus
pterigoid Lund, 1997. Darah dari sinus maksila dialirkan ke v. Infraorbita, v. Supraorbita,
pleksus venous lakrimalis dan juga berhubungan dengan pleksus venosus pterigoideus, vena fasialis, dan vena sinus sphenoid. Aliran darah rata-rata pada
mukosa sinus maksila sebesar 125 ml 100 gr jaringanmenit yang lebih besar dari aliran pada otot, otak dan ginjal Ballenger , 1994 ; Higler, 1997; Soetjipto
2001 Sistem limfatis sinus maksila dialirkan langsung melalui ostium maksila
kearah rongga hidung atau langsung menembus foramen infraorbita dan semua sistem limfatis sinus maksila berasal dari pembuluh limfe submandibula
Lund,1997.
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
Lapisan mukosa sinus maksila dipersarafi oleh n. alveolaris superior anterior, medial,dan posterior, n. palatina anterior dan n. infraorbita, divisi
kedua maksilaris n. trigeminus. Semua cabang saraf tersebut mempersarafi sensasi pada gigi bagian atas dan sinus maksila Lund, 1997
Tabel 2.2 : Sinus maksila Amadee, 1993
Embriologi Ukuran
Lahir Dewasa
Volume Perdarahan
Arteri Vena
Persarafan Merupakan sinus paransal yang berkembang, dimulai dari invaginasi
permukaan inferolateral etmoid kapsul nasi pada sekitar hari ke 65 kehamilan
7 x 4 x 4 mm 34 x 33 x 23 mm
14,75 mm Cabang maksila termasuk arteri infraorbital, arteri lateral nasal
cabang spenopalatina, palatina, dan arteri alveolaris superior dan anterior
Sebagian besar dinding sinus berasal dari vena maksila yang mempunyai hubungan dengan pleksus venosus pterigoideus
Persarafan mukosa berasal dari lateroposterior hidung, dan cabang alveolaris superior n. infraorbita, semua berasal dari n. maksilaris
2.3 Transport Mukosiliar