M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
juga sering dijumpai sedangkan keterlibatan n. optikus dan invasi sistem saraf pusat jarang dijumpai. Hal ini menggambarkan bahwa rongga orbita terlibat secara langsung
pada perluasan infeksi. Dhong, Lanza, 2001
2.5.2 Rinosinusitis jamur invasif
Kondisi ini terjadi pada saat terdapat invasi jamur ke jaringan sinus. Rinosinusitis jamur kelompok ini dibagi menjadi dua bentuk : rinosinusitis jamur invasif kronik
indolen dan rinosinuistis jamur invasif akut fulminan. Rinosinusitis jamur invasif kronik banyak ditemukan pada penderita rinosinusitis yang imunokompeten, sedangkan
pada tipe fulminan sering ditemukan pada penderita dengan penurunan sistem imun imunokompromis. Rinosinusitis jamur invasif dipengaruhi oleh lingkungan dan
keadaan penderita yang berhubungan dengan faktor alergi. Bentuk campuran antara tipe invasif dan non invasif dapat terjadi pada beberapa individu. Berdasarkan sifat jamur
yang dapat menginvasi daerah sekitarnya rinosinusitis jamur tipe invasif dapat mematikan oleh karena itu klinisi harus dapat menegakkan diagnosa sedini mungkin
Thanaviratananich, fooanant, 1997; Dhong,Lanza, 2001
2.5.2.1 Rinosinusitis jamur invasif kronik
Rinosinusitis jamur invasif kronik indolen ini perjalanan penyakitnya bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan sampai tahun, dan banyak terdapat pada penderita
dengan imunokompeten, tipe ini dihubungkan dengan gambaran granulomatosa pada pemeriksaan histopatologi. Thanaviratananich, fooanant, 1997, Dhong, Lanza, 2001
Rinosinusitis jamur invasif kronik ini adalah bentuk yang jarang ditemukan. Tanda khas dari infeksi jamur tipe ini adalah adanya invasi jamur ke dalam jaringan
mukosa sinus. Infeksi jamur tipe ini dapat diawali oleh misetoma sinus Fungal ball kemudian menjadi invasif oleh karena perubahan status imun penderita. Oleh karena
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
prognosis yang buruk, tipe ini disarankan dilakukan pentalaksanaan secara agresif. DeShazo, Chapin, 1997; Marks, 20000
Gambaran klinis
Gejala dari infeksi jamur tipe ini secara umum sama seperti rinosinusitis kronis yaitu berupa sakit kepala dan sumbatan hidung. Pada keadaan tertentu dapat ditemukan
massa pada daerah sinus, massa tersebut dapat mengerosi pembatas anatomi ke dalam pipi, orbita, palatum durum, otak ataupun kelenjar pituitari. Keluhan pandangan ganda,
termasuk proptosis sering ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan biopsi yang menggambarkan adanya invasi jaringan oleh hifa jamur. Pada pemeriksaan fisik, terdapat
deformitas wajah, proptosis, dan disfungsi saraf kranialis. Pemeriksaan endoskopi hidung tampak gambaran yang sangat mirip dengan fungal ball misetoma. Tampak
inflamasi kronis pada sinus yang terinfeksi disertai jaringan granulasi yang mudah berdarah. Dhong, Lanza, 2001
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan dengan CT scan dianjurkan, dan didapatkan gambaran penebalan jaringan yang meluas ke bagian tulang. Pemeriksaan dengan MRI direkomendasikan
pada pasien dengan infeksi yang meluas ke rongga orbita dan kompartemen intrakranial. Marks, 2000; Dhong, Lanza, 2001
Patologi
Terdapat invasi jaringan dibawah epitel termasuk tulang dan pembuluh darah. Keterlibatan pembuluh darah tidak menyebabkan nekrosis jaringan akut seperti pada
rinosinusitis jamur akut invasif. Secara histologi, terdapat reaksi inflamasi kronis dengan pembentukan giant sel dan granulasi pada jaringan. Marks, 2000; Dhong, Lanza, 2001
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
Perbedaan antara rinosinusitis jamur kronis invasif dengan misetoma tidak terlalu
jelas. Hanya dapat dibedakan dengan cara memastikan adanya hifa jamur pada jaringan sinus McCaffrey, 1997
Mikrobiologi
Aspergilus adalah organisme yang paling sering ditemukan pada infeksi jamur tipe ini. Hifa Aspergilus sedikit dan sulit dilihat dengan pemeriksaan yang menggunakan
pewarnaan rutin. Gambaran Aspergilus ini seperti lobang pada giant cell yang dapat diidentifikasi dengan pewarnaan perak. Organisme ini berpendar berfluoresensi pada
pemeriksaan dengan lampu ultraviolet Dhong, Lanza, 2001
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang paling baik adalah dikombinasikan dengan tindakan bedah. Diagnosis dikonfirmasikan melalui pemeriksaan histopatologi potongan beku dari
jaringan yang dicurigai. Reseksi lokal yang luas merupakan pilihan dan dikombinasikan dengan pemberian anti jamur sistemik. Tergantung lokasi sinus yang terinfeksi dan
pengalaman ahli bedah, pembedahan dapat dilakukan dengan tehnik minimal invasif atau tehnik operasi terbuka. Biasanya diperlukan tindakan biopsi ulang untuk mengetahui
apakah ada sisa jamur atau penyakit yang berulang. Penggunan anti jamur dipilih berdasarkan jamur yang menginfeksi. Amfoterisin merupakan anti jamur yang paling
sering digunakan. Lamanya pengobatan tergantung dari sisa infeksi jamur atau letak infeksi, kemungkinan penyakit berulang yang dipengaruhi oleh penurunan daya tahan
tubuh penderita dan respon pengobatan. Kekambuhan sering terjadi, walaupun telah diberikan pemberian anti jamur sistemis setelah pembedahan. Biasanya tidak perlu
dilakukan pembedahan ulang, dan pasien dapat terapi dengan pilihan anti jamur lainnya seperti Itrakonazol. Dhong, Lanza, 2001
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
2.5.2.2 Rinosinusitis jamur invasif akut fulminan