M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
Lapisan mukosa sinus maksila dipersarafi oleh n. alveolaris superior anterior, medial,dan posterior, n. palatina anterior dan n. infraorbita, divisi
kedua maksilaris n. trigeminus. Semua cabang saraf tersebut mempersarafi sensasi pada gigi bagian atas dan sinus maksila Lund, 1997
Tabel 2.2 : Sinus maksila Amadee, 1993
Embriologi Ukuran
Lahir Dewasa
Volume Perdarahan
Arteri Vena
Persarafan Merupakan sinus paransal yang berkembang, dimulai dari invaginasi
permukaan inferolateral etmoid kapsul nasi pada sekitar hari ke 65 kehamilan
7 x 4 x 4 mm 34 x 33 x 23 mm
14,75 mm Cabang maksila termasuk arteri infraorbital, arteri lateral nasal
cabang spenopalatina, palatina, dan arteri alveolaris superior dan anterior
Sebagian besar dinding sinus berasal dari vena maksila yang mempunyai hubungan dengan pleksus venosus pterigoideus
Persarafan mukosa berasal dari lateroposterior hidung, dan cabang alveolaris superior n. infraorbita, semua berasal dari n. maksilaris
2.3 Transport Mukosiliar
Lapisan mukosa dan epitel silia adalah merupakan kombinasi dari sistem mukosiliar. Gabungan sistem tersebut dapat mencegah timbulnya infeksi pada sinus.
Lapisan mukosa mengandung enzim lisozim muramidase, dimana enzim ini dapat merusak beberapa bakteri. Enzim tersebut sangat mirip dengan imunoglobulin A Ig A,
dengan ditambah beberapa zat imunologik yang berasal dari sekresi sel. Imunoglobulin G
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
Ig G dan interferon dapat juga ditemukan pada sekret hidung pada serangan akut infeksi virus. Bakteri selalu akan terperangkap dan melekat pada permukaan mukosa dan akan
dibawa ke arah rongga faring, kemudian akan dihancurkan dilambung Amedee, 1993. Sistem mukosiliar atau sistem pembersihan terdiri dari dua sistem yang bekerja
secara simultan. Sistem ini tergantung dari gerakan aktif silia yang mendorong gumpalan mukus. Ujung silia tersebut dalam keadaan tegak dan masuk menembus gumpalan
mukus kemudian menggerakkannya kearah posterior bersama materi asing yang terperangkap didalamnya ke arah faring. Lapisan cairan perisilia dibawahnya akan
dialirkan kearah posterior oleh aktivitas silia, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti. Transport mukosilia yang bergerak secara aktif ini sangat penting untuk
kesehatan tubuh. Bila sistem ini tidak bekerja secara sempurna maka materi yang terperangkap oleh palut lendir akan menembus mukosa dan menimbulkan penyakit
Ballenger, 1994. Karena pergerakan silia lebih aktif pada meatus media dan inferior maka gerakan
mukus dalam hidung umumnya ke belakang, silia cendrung akan menarik lapisan mukus dari meatus komunis kedalam celah-celah ini. Sedangkan arah gerakan silia pada sinus
seperti spiral, dimulai dari tampat yang jauh dari ostium. Kecepatan gerakkan silia bertambah secara progresif saat mencapai ostium, dan pada daerah ostium silia tersebut
berputar dengan kecepatan 15 hingga 20 mm menit Higler,1997 Kecepatan gerakan mukus oleh kerja silia berbeda di berbagai bagian hidung,
pada segmen hidung anterior kecepatan gerakan silianya mungkin hanya 16 segmen posterior, sekitar 1 hingga 20 mmmenit. Kerusakan mukosiliar baik yang diturunkan
maupun didapat telah terbukti berkaitan dengan keadaan penyakit bermakna Higler,1997
Pada dinding lateral rongga hidung sekret dari sinus maksila akan bergabung dengan sekret yang berasal dari sinus frontal dan etmoid anterior didekat infundibulum
etmoid, kemudian melalui anteroinferior orifisium tuba eustachius akan dialirkan kearah nasofaring. Sekret yang berasal dari sinus etmoid posterior dan sfenoid akan bergabung
di resesus sfenoetmoid, kemudian melalui posteroinferior orifisium tuba eustachius menuju nasofaring. Dari rongga nasofaring mukus turun kebawah oleh gerakan menelan
Soetjipto, Mangunkusumo, 2001
Gambar 2.6 : Gerakan mukosiliar sinus maksilaris yang menuju ostium natural Chandler, 2000
Lapisan mukus, selain berfungsi menangkap dan mengeluarkan partikel asing, juga merupakan sawar terhadap alergen, virus dan bekteri. Akan tetapi walaupun
organisme hidup mudah dibiak dari segmen hidung anterior, sulit mendapat suatu biakan postnasal yang positif oleh karena lisozim yang terdapat pada lapisan mukus ini bersifat
destruktif terhadap dinding sebagian bakteri. Fagositosis aktif dalam membran hidung merupakan bentuk proteksi dibawah permukaan. Membran sel pernafasan juga
memberikan imunitas induksi seluler. Higler, 1997
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
2.4 Fungsi Sinus Paranasal