M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
Gejala yang biasa ditemukan pada rinosinusitis maksila kronis meliputi sumbatan hidung kronis, sekret mukoid atau purulen, neuralgia pada daerah distribusi nervus
infraorbita, gangguan penciuman, hidung berbau, konka hipertropi, sekret yang mengalir kebelakang hidung dan terkadang sering disertai adanya pertumbuhan polip Becker,
Naumann, pfaltz, 1994.
2.1 Embriologi Sinus Paranasal
Embriologi pembentukan kavum nasi dan sinus adalah merupakan proses yang rumit. Proses ini dibagi menjadi dua tahap. Pertama, perkembangan kepala embrio ke
pembentukan struktur pada kavum nasi. Kedua, dinding lateral kavum nasi mengalami invaginasi dengan membentuk kompleks lipatan, yang disebut konka, dan kemudian
pembentukan rongga yang dikenal sebagai sinus. Selama kehamilan bulan ke 4 sampai ke 8, dalam perkembangannya embrio akan membelah kavum nasi sebagai frontonasal dan
pertautan maksila. Prosesus frontonasal akan meluas melewati pembentukan forebrain, yang kemudian akan mempengaruhi pembentukan plakoda olfaktorius hidung. Tonjolan
bagian lateral dan medial hidung berkembang dari lekukan plakoda olfaktorius hidung, kemudian proses ini berlanjut dengan pembentukan bagian atas maksila dan filtrum
Kern, walsh, 2006. Secara embriologis sinus paranasal berasal dari invaginasi rongga hidung dan
perkembangannya dimulai sejak fetus berusia 3 – 4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada sejak lahir, sedangkan sinus frontal
berkembang dari sinus etmoid anterior pada saat anak berusia sekitar 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8 – 10 tahun dan berasal dari bagian
postero-superior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15 – 18 tahun Soetjipto, Mangunkusumo, 2001 .
Bakal sinus paranasal pada janin timbulnya agak lambat, terutama sinus frontal. Kavum nasi mulai berdifferensiasi pada saat janin berumur 1 hingga 2 bulan. Sinus
paranasal berasal dari tonjolon atau resesus epitel mukosa hidung setelah janin berusia 2 bulan, kemudian resesus tersebut akan menjadi ostium sinus. Ballenger, 1994
Perubahan yang progresif pada dinding lateral hidung dengan pembentukan sinus paranasal terjadi bersamaan dengan pembentukan palatum. Pada usia janin 40 hari, celah
horizontal pada dinding lateral akan membentuk meatus media dan inferior. Diantara daerah tersebut terjadi proliferasi mesenkim maxilloturbinate, yang menonjol kedalam
lumen, dan kemudian akan membentuk konka inferior. Konka superior terbentuk dari etmoidturbinate. Pembentukan sinus terjadi setelah pembentukan konka, proses ini
kemudian menjadi lambat sampai pembentukan tulang saat dewasa. Hanya sinus maksila dan etmoid yang terbentuk pada awal pembentukan janin Evans, 1987
Gambar 2.2 : Perkembangan embriologi sinus maksila dikutip dari atlas Sobbota
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
Selama kehamilan minggu ke 6 terjadi pembentukan jaringan mesenkim dinding lateral hidung. Kehamilan minggu ke 7, terbentuk 3 celah, yang kemudian akan
membentuk konka. Pada minggu ke 10, pembentukan sinus maksila dimulai dengan invaginasi meatus media. Pada saat yang sama, prosesus unsinatus dan bula etmoid akan
membentuk daerah sempit berbentuk celah yang disebut hiatus semilunaris. Pada kehamilan minggu ke 14, akan terjadi proses pembentukan sel etmoid anterior yang
berasal dari meatus media dan sel etmoid posterior terbentuk dari dasar meatus superior, pada kehamilan minggu ke 36 dinding lateral kavum nasi sudah terbentuk sempurna.
Semua sinus paranasal mempunyai perkembangan yang berbeda pada saat bayi, tetapi mempunyai waktu perkembangan yang jelas. Sinus etmoid adalah yang pertama
terbentuk sempurna, diikuti oleh sinus maksila, sfenoid, dan frontal Kern, Walsh, 2006 Sinus maksila marupakan sinus yang pertama terbentuk, diperkirakan
pembentukan sinus tersebut terjadi pada hari ke 70 masa kehamilan. Sinus maksila ini mulanya tampak sebagai cekungan ektodermal yang terletak dibawah penonjolan konka
inferior. Celah ini kemudian akan berkembang menjadi tempat ostium sinus maksila yaitu di meatus media. Dalam perkembangannya, celah ini akan lebih ke arah lateral
sehingga terbentuk rongga yang berukuran 7 x 4 x 4 mm, yang merupakan rongga sinus maksila. Perluasan rongga tersebut akan berlanjut setelah lahir, dan berkembang sebesar
2 mm vertikal, dan 3 mm anterior posterior pada tiap tahun. Pada usia 12 tahun, lantai sinus maksila ini akan turun, dan akan setinggi dasar hidung dan kemudian akan
berlanjut meluas kebawah bersamaan dengan perluasan rongga. Perkembangan sinus ini akan berhenti pada saat erupsi gigi Ritter, 1992 ; Lund, 1997.
M. Tri Andika Nasution : Frekuensi Penderita Rinosinusitis Maksila Kronis Yang Disebabkan Infeksi Jamur…, 2007 USU e-Repository © 2008
2.2 Anatomi 2.2.1 Sinus paranasal