Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010.
4. 2. 2. Karakteristik Pengolahan Dodol Salak a.
Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan merupakan buah salak padangsidempuan yang masih segar. Untuk satu kali produksi dodol salak digunakan salak padangsidempuan sebanyak
30 kg untuk tahun 2008 dan sebanyak 40 kg untuk tahun 2009. Bahan baku ini didapat dari para petani yang merupakan petani salak di sekitar daerah penelitian.
b. Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang digunakan merupakan tepung ketan dan gula pasir. Untuk satu kali produksi dodol salak digunakan tepung ketan sebanyak 4 kg untuk tahun 2008
dan sebanyak 5 kg untuk tahun 2009. Gula pasir digunakan sebanyak 8 kg untuk tahun 2008 dan 11 kg untuk tahun 2009. Sedangkan untuk kelapa digunakan 5 butir kelapa
untuk tahun 2008 dan 7 butir kelapa untuk tahun 2009. Bahan penunjang yang digunakan ini didapat dari pemasok yang diberi kepercayaan untuk memenuhi kebutuhan
tepung ketan, gula pasir dan kelapa yang dibutuhkan.
c. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan untuk industri kecil pengolahan dodol salak sebanyak 16 orang. Terdiri dari 10 orang tenaga kerja wanita dan 6 orang tenaga kerja pria. Tenaga
kerja tersebut merupakan penduduk yang bertempat tinggal di sekitar daerah penelitian.
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010.
d. Analisis Usaha
Analisis usaha industri kecil pengolahan dodol salak untuk satu kali produksi dapat dilihat dari tabel dibawah ini :
Tabel 8. Analisis Usaha Industri Kecil Pengolahan Dodol Salak
Tahun Produksi
kotak Harga Jual
Rpkotak Peneriman
Rp Biaya
Keuntungan Rp
B. Tetap Rp
B.Variabel Rp
1 150
7500 1.125.000
19,537.59 806,867.00 298.595.41
2 200
7500 1.500.000
19.537,59 1,149,770.00 330.692.41
Sumber : Lampiran 14
Dari tabel 8 dapat dilihat jumlah produksi dodol salak mengalami kenaikan untuk tahun kedua ± sebanyak 34 dari tahun pertama. Sehingga keuntungan yang diperoleh
akan mengalami kenaikan juga yaitu dari Rp 298.595.41 tahun pertama menjadi Rp 330.692.41 tahun kedua.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5. 1. Ketersediaan Bahan Penunjang Pada Industri Pembuatan Dodol Salak
Bahan penunjang yang digunakan dalam proses pengolahan dodol salak adalah tepung ketan, gula pasir dan kelapa. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden
diketahui bahwa kebutuhan tepung ketan dan gula pasir untuk dodol salak dapat diperoleh di pasar Sangkumpal Bonang yang terletak tidak jauh dari daerah penelitian.
Dan untuk memperlancar ketersediaan pasokan tepung ketan, gula pasir, dan kelapa.
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010.
Responden memiliki beberapa pelanggan atau pihak yang diberi kepercayaan untuk memenuhi permintaan tepung ketan, gula pasir dan kelapa setiap kali akan berproduksi.
Adapun ketersediaan tepung ketan, gula pasir dan kelapa untuk tahun 2008 di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah :
Tabel 9. Ketersediaan, Konsumsi Tepung Ketan dan Gula Pasir Kabupaten Tapsel dan Kebutuhan Industri Kecil Agrina terhadap Tepung Ketan dan Gula Pasir, 2008
Bahan Penunjang
Ketersediaan Konsumsi
Kebutuhan industri kecil Agrina
Persentase Tepung
Ketan 16,900.00 kgthn
16,230.00 kgthn
960 kgthn 5.68
Gula Pasir 5,000.00 kgthn
4,875.00 kgthn 1.920 kgthn
38,4 Kelapa
327.675 butirthn 319.742
butirthn 1.200 butirthn
0.36
Sumber
:
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tapanuli Selatan, 2008
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketersediaan bahan penunjang yang digunakan dalam industri pengolahan dodol salak di Kabupaten Tapanuli Selatan
mencukupi. Ketersediaan tepung ketan di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 16,900.00 kgthn sedangkan konsumsi tepung ketan sebanyak 16,230.00 kgthn, untuk
industri pengolahan dodol salak di tahun 2008 kebutuhan tepung ketan sebanyak 960.00 kgthn 5.68 . Jadi dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tepung ketan di daerah
penelitian tersebut mencukupi kebutuhan tepung ketan untuk industri pengolahan dodol salak. Ketersediaan gula pasir di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 5,000.00 kgthn,
konsumsi gula pasir di Kabupaten Tapanuli Selatan sebanyak 4,875.00 kgthn sedangkan kebutuhan gula pasir untuk industri pengolahan dodol salak di tahun 2008 sebanyak
1,920.00 kgthn 38.4 . Jadi dapat disimpulkan bahwa ketersediaan gula pasir di daerah penelitian tersebut mencukupi kebutuhan gula pasir untuk industri pengolahan dodol
salak. Untuk kelapa, ketersediaannya sebanyak 327.675 butirthn, konsumsi sebanyak 319.742 butirthn sedangkan kebutuhan kelapa untuk industri kecil pengolahan dodol
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010.
salak sebesar 1.200 butirthn 0.36 . Jadi dapat disimpulkan bahwa ketersediaan kelapa di daerah penelitian tersebut mencukupi kebutuhan kelapa untuk industri kecil
pengolahan dodol salak. Dengan demikian hipótesis 1 yang menyatakan ketersediaan bahan penunjang untuk industri kecil pengolahan dodol salak tercukupi diterima.
5. 2. Keuntungan Pada Industri Pembuatan Dodol Salak
Menurut Samuelson 2001 keuntungan adalah total penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Penerimaan adalah nilai rupiah dari total
produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual produk. Biaya produksi yang dimaksud adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam pengolahan dodol salak. Berikut
tabel penerimaan, biaya dan keuntungan responden di daerah penelitian pada tahun 2009:
Tabel 10. Penerimaan, Biaya dan Keuntungan Pada Industri Pembuatan Dodol Salak di Daerah Penelitian Responden Tahun 2009
Sampel Tahun
Total Produksi
DodolKtk Total
Penerimaan RpThn
Total Biaya Produksi
RpThn Total
Keuntungan RpThn
1 1
48.000 270.000.000
199.122.823 70.877.177
2 36.000
360.000.000 281.419.543
78.580.457 Total
84.000 630.000.000
480.542.366 149.457.634
Sumber : Data diolah dari Lampiran 16
Dari Tabel 10 diatas diketahui bahwa dengan asumsi dalam 2 tahun responden aktif bekerja membuat dodol salak selama 240 harisatu kali produksi dilakukan selama satu
hari dan dalam satu minggu produksi dilakukan sebanyak lima kali maka diperoleh produksi dodol salak sebesar 84.000 ktk dengan menghabiskan bahan baku berupa salak
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010.
segar 33.600 kg, serta bahan penunjang berupa tepung ketan sebanyak 2,160.00 kg, gula pasir sebanyak 4.560 kg, dan kelapa sebanyak 2.880 butir Lampiran 7 dan harga jual Rp
7.500,-ktk maka diperoleh bahwa total penerimaan tahun pertama sampai tahun kedua
sebesar Rp 630,000,000.00,- dan total biaya produksi sebesar Rp 480.542.366,-, dengan demikian maka dapat diketahui keuntungan yang diperoleh yaitu sebesar Rp
149.457.634,-tahun. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa total pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total biaya produksi TRTC, hal ini menunjukkan bahwa
usaha pengolahan dodol salak di daerah penelitian menguntungkan, maka hipotesis 2 yang menyatakan industri kecil pengolahan dodol salak menguntungkan diterima.
5. 2. 3. Analisis Kelayakan Usaha Pada Industri Pembuatan Dodol Salak
Analisis kelayakan usaha industri pembuatan dodol salak dilakukan untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha industri pembuatan dodol salak yang dijalankan
responden di daerah penelitian secara finansial. Untuk mengetahui kelayakan usaha secara finansial industri pembuatan dodol salak di daerah penelitian digunakan kriteria
kelayakan Net BC Benefit Cost Ratio dikenal sebagai perbandingan antara keuntungan dan biaya, dan IRR Internal Rate of Return yaitu perbandingan dengan tingkat suku
bunga yang berlaku. Tingkat kelayakan usaha pengolahan dodol salak dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Tabel 11. Keuntungan, Net BC dan IRR No
Uraian RpHari
RpBulan RpTahun
1 Keuntungan
298.595,41 5.906431.34
149.457.634 2
Net BC 1.13
3 IRR
19.29
Sumber : Data diolah dari Lampiran 17
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010.
Dari Tabel 11 dapat diketahui tingkat kelayakan suatu usaha untuk dilaksanakan pada discount faktor 9.5 sesuai dengan suku bunga pinjaman bank Mandiri pada bulan
Agustus Oktober 2009. Untuk industri pengolahan dodol salak yang terdapat di daerah penelitian diperoleh nilai Net BC adalah 1.13 . Sesuai dengan kriteria apabila nilai Net
BC 1 maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan. Untuk mengetahui kelayakan Internal Rate of Return IRR dapat diketahui dengan menghitung nilai IRR. Nilai IRR
yang diperoleh di daerah penelitian mencapai 19.29 dimana suku bunga pinjaman yang berlaku sebesar 9.5 maka IRR suku bunga pinjaman bank, dengan demikian industri
pengolahan dodol salak di daerah penelitian menguntungkan dan layak untuk
dikembangkan secara finansial. Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan industri kecil pengolahan dodol salak layak dikembangkan secara finansial diterima.
5. 4. Prospek Pengembangan Prospek Pengolahan dodol salak
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan masalah yang dihadapi perusahaan Agrina di Tapanuli Selatan dapat ditarik kesimpulan bahwa permintaan dodol salak pada
tahun kedua meningkat, sehingga mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Namun untuk memperoleh keadaan itu diperlukan strategi pengembangan
dengan membandingkan faktor internal dan eksternal yang ada untuk prospek jangka panjang.
Strategi pengembangan itu dapat dilakukan dengan Analisis SWOT.
1. Persiapan : Menyamakan pemahaman Persepsi
Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010.
Pada tahap ini dilakukan penyamaan pemahaman terhadap faktor – faktor yang masuk ke dalam faktor internal maupun eksternal. Untuk industri kecil pengolahan dodol
salak Agrina, faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan merupakan faktor – faktor yang ada di dalam lingkungan industri kecil pengolahan dodol salak sedangkan
yang masuk ke dalam faktor eksternal yang berupa peluang dan ancaman merupakan faktor – faktor yang berada di luar lingkungan industri kecil pengolahan dodol salak
Agrina.
2. Menentukan Faktor – Faktor Internal dan Eksternal