Latar Belakang Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel)

Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010. BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan yang secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk agroindustri, baik pada orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan mampu menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah system yang terkait dengan industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktivitas budidaya on farm agribusiness nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat ditingkatkan melalui kegiatan hilir off farm agribusiness , berupa agroindustri dan jasa berbasis pertanian Mangunwidjaja dan Illah, 2005 . Salah satu produk pertanian yang bisa ditingkatkan nilai tambahnya adalah buah salak. Hasil olahan salak misalnya dodol salak. Menurut Tim Penulis Penebar Swadaya 1992 konsumsi salak untuk pasaran local tercatat sangat tinggi sebab rakyat Indonesia yang jumlahnya ratusan juta jiwa umumnya menggemari buah salak. Kabupaten Tapanuli Selatan sendiri sudah sejak lama dikenal sebagai penghasil buah salak di Sumatera Utara dengan tingkat produksi 426.758 tontahun dapat dilihat pada lampiran 1. Dari data Dinas Perindustrian Perdagangan dan KoperasiUKM Kab. Tapsel Sumatera Utara 2008 diketahui bahwa sejak tahun 1999, Menteri Pertanian RI telah menetapkan varietas lokal salak Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi “Salak Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010. Merah” dan ”Salak Putih”, sebagai dua varietas salak nasional, melengkapi 6 varietas salak unggulan yang ditetapkan di Indonesia. Sebagai buah asli Indonesia, salak mempunyai prospek cukup cerah, masyarakat Indonesia menyukai buah ini sehingga konsumsi salak untuk pasaran lokal cukup tinggi. Bahkan meskipun dalam volume yang masih relatif kecil, buah tropis ini sudah menembus pasar luar negeri. Oleh pemerintah, salak ditetapkan sebagai salah satu komoditas yang mendapat prioritas untuk ditingkatkan nilai ekspornya Yustina dan Farry, 1993. Jenis buah salak yang terdapat di daerah Tapanuli Selatan ini sangat variatif. Ditinjau dari produtivitasnya, daerah sentra penghasil buah salak terdapat di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Angkola Barat, Angkola Selatan, Angkola Timur, Marancar dan Sayur Matinggi. Kecamatan Angkola Barat merupakan daerah yang memiliki luas area tanaman salak terbesar dan jumlah produksi salak terbanyak dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Tapanuli Selatan dapat dilihat pada lampiran 1. Buah salak akan tersedia sepanjang tahun dalam jumlah maupun mutu yang sesuai dengan permintaan konsumen. Ini berarti pula suatu usaha agar tidak terjadi panen buah salak secara serempak yang mengakibatkan harga buah salak menjadi rendah Soetomo, 2001. Menurut Naibahob 2009 karena harga buah salak tidak pernah stabil atau menjadi rendah di pasaran hingga sering membuat para petani menjadi bingung dan bahkan buah salak kebanggaan Kota Padangsidempuan ini tidak laku dijual. Bahkan, sering buah salak tidak jadi dipanen si pemiliknya karena tingginya biaya operasional dan distribusi dari lahan perkebunan hingga di pasar dan tidak sebanding dengan nilai jualnya yang sangat rendah. Maka muncullah strategi dari para kelompok Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010. tani untuk mengolah buah salak menjadi bahan produksi yang dapat dijual dengan sistem kemasan. Sehingga jangkauan pemasarannya bisa lebih luas lagi, tidak hanya masyarakat Tapanuli bagian Selatan saja dan tidak hanya menjual buah yang di panen dari kebun, tetapi sudah bisa diekspor baik dengan kemasan dan olahan yang baru ke seluruh daerah di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Untuk pasar luar negeri, kriteria standar mutu buah ditentukan negara pengimpornya. Maka buah – buahan yang tidak memenuhi standar mutu tersebut dapat dimanfaatkan menjadi dodol. Pengolahan buah – buahan menjadi dodol merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang daya simpan buah dan menekan kehilangan pascapanen pada buah – buahan. Pengembangan usaha industri dodol dengan skala usaha kecil menengah memiliki prospek yang cukup baik, mengingat potensi pasarnya sangat mendukung. Selain itu, proses pembuatan dodol buah pada dasarnya tidak terlalu sulit dan memiliki nilai ekonomis yang cukup menggiurkan Satuhu dan Sunarmani, 2004. Di Kabupaten Tapanuli Selatan sendiri sudah ada industri kecil pengolahan buah salak yang menjadi berbagai produk turunan seperti dodol salak dan berbagai produk turunan lainnya. Industri kecil pengolahan buah salak ini sangat tertarik untuk meneliti buah salak karena menurut penelitian Mardiah pada skripsi dan penelitian dari Laboratorium IPB Bogor bahwa buah salak dapat menjadi makanan diet pengganti nasi karena zat yang terkandung dalam 100 mg buah salak dapat menggantikan fungsi nasi dalam tubuh manusia karena kandungan gizinya yang cukup lengkap. Selain itu buah salak segar dan salak olahan bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, kadar gula dalam darah, mempertahankan kelembaban kulit, memperkuat struktur tulang dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit antibodi. Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010. Pengolahan buah salak ini bertujuan agar daya tahannya lebih lama dan awet. Selama ini untuk buah salak segar biasanya hanya bisa bertahan dan dapat disimpan selama kira-kira 1-7 hari saja. Tim Ahli Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina membuktikan salak olahannya bisa bertahan sampai delapan bulanan lebih. Menurut mereka, pada saat musim panen rayapanen besar di Tapanuli Selatan, biasanya harga salak di pasaran akan lebih murah, hingga para petani banyak yang rugi. Karena itulah maka timbul ide untuk mengolah salak ini agar punya nilai jual dan bisa bertahan dipasaran. Melalui penelitian oleh Tim Ahli Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina, telah ditemukan beberapa produk unggulan yang terbuat dari buah salak yaitu nagogo drink, sirup salak, madu salak, kurma salak, dodol salak dan keripik salak. Produk unggulan prioritas peringkat pertama adalah dodol salak dan kurma salak dengan jumlah produksibulan sebesar 10.000 kotak Namun dari jumlah pekerja, produk dodol salak lebih banyak menggunakan tenaga kerja yaitu sebanyak 16 orang dapat dilihat pada lampiran 2. Selain itu terpilihnya dodol salak sebagai produk unggulan diantara keenam produk unggulan Industri Kecil Pengolah Buah Salak Agrina karena dodol memiliki keunggulan seperti dodol salak merupakan makanan tradisional yang cukup populer di beberapa daerah Indonesia dan memiliki rasa yang khas dan enak. Rasa dan aroma dodol salak yang dihasilkan akan sama dengan buah aslinya yaitu tergantung pada varietas salak yang digunakan Satuhu dan Sunarmani, 2004. Berdasarkan keunggulan – keunggulan yang dimiliki dodol salak tersebut, maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan Industri Kecil Laila Nurhasanah Siregar : Analisis Finansial Industri Pengolahan Dodol Salak Dan Prospek Pengembangannya Di Kabupaten Tapanuli Selatan Studi Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab. Tapsel, 2010. Pengolah Buah Salak Agrina layak dikembangkan secara finansial dan bagaimana prospek pengembangannya.

1.2. Identifikasi Masalah