Pengaturan Terkait Hak Asasi Manusia Terhadap Tahanan

Universitas Sumatera Utara menolak ketentuan Deklarasi Amerika tentang Hak dan Kewajiban Manusia diterapkan untuk kegiatan di Teluk Guantanamo. 106

C. Pengaturan Terkait Hak Asasi Manusia Terhadap Tahanan

HI secara historis membedakan antara penahanan yang terjadi di negara- negara saat damai dan yang terjadi selama perang. Dalam masa damai, hukum HAM internasional membebankan batasan prosedural dan substantif pada otoritas negara untuk menahan. Misalnya, penahanan harus didasarkan pada hukum, tidak sewenang-wenang, dan tunduk pada judicial review . Pada masa perang, hukum konflik bersenjata atau hukum humaniter umumnya berlaku dan memungkinkan negara untuk menahan orang yang patut diduga mengancam keamanan negara, tanpa memberikan para tahanan jaminan peradilan. 107 Penahanan didasarkan pada proses pidana atau imigrasi yang dimaksudkan kurang lebih untuk dua kepentingan pemerintah yang terpisah, yaitu kepentingan mencegah suatu keinginan yang mengandung ancaman keamanan dan kepentingan untuk mencoba dan menghukum atau mendeportasi individu. Namun, tujuan utama dari penahanan adalah untuk mencegah setiap kemungkinan-kemungkinan yang mengancam keamanan. 108 Terdapat dua jenis penahanan yaitu penahanan pidana dan penahanan administratif. Penahanan pidana adalah proses penahanan biasa yang dilakukan berdasarkan hukum pidana yang berlaku. Penahanan administratif digunakan karena alasan keamanan nasional dimana cenderung dilaksanakan dalam bentuk salah satu dari tiga cara sebagai berikut: 106 Matthew Happold. Op.Cit., halaman 10 107 Monica Hakimi. 2008. International Standards for Detaining Terrorism Suspects: Moving Beyond the Armed Conflict-Criminal Divide. The Yale Journal of International Law. Vol. 33: 369-416, halaman 370 108 Ibid ., halaman 392 Universitas Sumatera Utara 1. Proses penahanan dilakukan sebelum mengajukan tuntutan pidana. 2. Proses penahanan dilakukan selama menunggu deportasi. 3. Proses penahanan murni berdasarkan keamanan hanya terhadap setiap kemungkinan yang mengandung ancaman keamanan. 109 Terlepas dari apapun jenis dan cara penahanannya, yang terpenting adalah bahwa hak dan kewajiban para tahanan tetap menjadi perhatian dimana para tahanan harus tetap diperlakukan seperti manusia tanpa mengesampingkan proses hukum yang berjalan terhadap para tahanan. Hal ini untuk menghindarkan penyelewengan dan perlakuan tidak manusiawi terhadap para tahanan, seperti yang marak dipraktekkan di hampir seluruh negara di dunia selama bertahun- tahun belakangan, baik yang dilakukan secara rahasia maupun tidak. Hak dan kewajiban yang dimiliki para tahanan adalah seperti yang diatur dalam instrumen HAM pada umumnya, selain itu juga terdapat instrumen HAM yang khusus terhadap para tahanan. Berikut adalah instrumen HAM yang khusus terhadap para tahanan: 1. Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners 1955 110 Aturan minimum standar ini tidak dimaksudkan untuk mendeskripsikan secara rinci sebuah model sistem lembaga penjara. Aturan ini hanya bermaksud menguraikan, berdasarkan konsensus umum, unsur-unsur esensial dari berbagai sistem, dan hal-hal yang secara umum telah diterima sebagai prinsip dan praktek yang baik di bidang penanganan tahanan dan manajemen lembaga penjara. Namun, aturan tersebut jelas 109 Ibid ., halaman 389 110 Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen. Op.Cit., halaman 429-449 Universitas Sumatera Utara tidak secara keseluruhan dapat diterapkan dalam setiap tempat dan waktu karena sangat beragamnya kondisi hukum, sosial, ekonomi, dan geografis di dunia. Akan tetapi, Aturan tersebut seyogyanya dapat merangsang lahirnya usaha yang terus-menerus untuk mengatasi kesulitan mengenai penerapannya, dimana perlu kesadaran bahwa aturan tersebut secara keseluruhan mewakili kondisi minimum yang oleh PBB telah diterima sebagai kondisi yang cukup layak. Aturan tersebut memuat standar-standar minimum terhadap para tahanan dalam berbagai bidang, beberapa diantaranya sebagai berikut: a. bahwa setiap lembaga penjara memiliki lembaga pelayanan medis yang memadai beserta para pegawai medis yang mempunyai kualifikasi yang cukup. Lemabaga tersebut memberikan pelayanan dan perawatan medis yang diperlukan bagi setiap tahanan, baik laki-laki maupun wanita. b. bahwa setiap lembaga penjara menyediakan sel tahanan yang layak dengan mempertimbangkan faktor kebersihan, daya tampung, dan sirkulasi udara yang memadai bagi kelangsungan hidup tahanan selama di dalam sel. Menjamin fasilitas penunjang aktifitas tahanan, seperti instalasi sanitasi yang baik dan aktifitas keagamaan. c. bahwa setiap lembaga penjara menjamin persediaan makanan yang bergizi dan minuman yang bersih bagi para tahanan. Memberikan alat-alat kebersihan, pakaian, dan perlengkapan tidur yang cukup. Selain itu juga melaksanakan kegiatan- kegiatan yang positif bagi para tahanan, seperti olahraga. d. bahwa setiap lembaga penjara menyediakan sarana informasi yang memadai yang dapat digunakan para tahanan sebagai bahan bacaan atau bahan pendidikan yang dapat dipakai dalam waktu tertentu. Sarana informasi tersebut meliputi buku, koran, majalah, radio, dan TV sehingga para tahanan tetap mendapat pengetahuan yang cukup. e. bahwa setiap lembaga penjara menjamin berlangsungnya komunikasi para tahanan dengan baik namun tetap dalam pengawasan lembaga penjara. Tidak dibenarkan pembatasan komunikasi antar para tahanan kecuali karena alasan khusus. Memfasilitasi komunikasi para tahanan dengan keluarga atau pihak lainnya selama dalam batas normal. Universitas Sumatera Utara Aturan tersebut juga tidak melarang adanya perkembangan atas standar minimum terhadap para tahanan selanjutnya. 2. Code of Conduct for Law Enforcement Officials 1979 111 Aparat penegak hukum harus selalu memenuhi tugas yang diberikan kepada mereka, melayani masyarakat dan melindungi semua orang dari tindakan-tindakan ilegal, dengan tanggung jawab yang tinggi. Instrumen tersebut adalah sebuah instrumen yang memuat ketentuan- ketentuan terkait etika para penegak hukum dalam menjalankan tugasnya Beberapa ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: a. dalam melaksanakan tugasnya, aparat penegak hukum harus menghormati dan melindungi martabat manusia dan mempertahankan dan menjunjung tinggi HAM terhadap semua orang, tanpa terkecuali. Terkait dengan hal itu maka para penegak hukum harus mematuhi instrumen HAM nasional dan internasional. b. dalam melaksanakan tugasnya, aparat penegak hukum tidak dibenarkan menggunakan kekerasan, penggunaan kekerasan dibenarkan apabila untuk mengendalikan gangguan keamanan, mencegah ancaman berbahaya, penangkapan pelaku yang tidak kooperatif. Penggunaan senjata hanya dibenarkan apabila terdapat situasi yang membahayakan jiwa. c. dalam menjalankan tugasnya, aparat penegak hukum tidak dibenarkan melakukan, menghasut atau membiarkan tindakan penyiksaan, kejam, dan tidak manusiawi. Perintah atasan atau keadaan luar biasa tidak dapat menjadi pembenaran terhadap tindakan penyiksaan, kejam, dan tidak manusiawi. d. dalam menjalankan tugasnya, aparat penegak hukum harus menjamin perlindungan penuh atas kesehatan orang dalam tahanan mereka dan memberikan pelayanan medis yang diperlukan. Selain itu, aparat penegak hukum juga harus memberikan bantuan medis bagi para korban, khususnya korban akibat tindakan mereka. e. dalam menjalankan tugasnya, aparat penegak hukum tidak akan melakukan tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, juga tidak dibenarkan melakukan penyalahgunaan wewenang atau mencari keuntungan pribadi. Para penegak hukum harus selalu mencegah dan memberantas semua tindakan tersebut. 111 Ibid ., halaman 476-486 Universitas Sumatera Utara 3. Principles of Medical Ethics relevant to the Role of Health Personnel, particulary Physicians, in the Protection of Prisoners and Detainees against Torture and Other Cruel, Inhuman, or Degrading Treatment, or Punishment 1982 112 Adalah sebuah prinsip-prinsip yang berhubungan dengan etika medis dikaitkan dengan peran petugas kesehatan dalam perlindungan narapidana dan tahanan dari tindakan penyiksaan atau perlakuan kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. adalah tugas dan kewajiban petugas kesehatan untuk memelihara kesehatan para narapidana dan tahanan, melindungi kesehatan fisik dan mental mereka, dan mengobati mereka berdasarkan standar yang telah ditentukan. b. adalah suatu pelanggaran apabila petugas kesehatan secara aktif atau pasif, baik turut serta, terlibat, maupun menghasut melakukan tindakan penyiksaan atau perlakuan kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat. c. adalah suatu pelanggaran apabila petugas kesehatan tidak mengevaluasi, melindungi, atau memperbaiki kesehatan fisik dan mental para narapidana dan tahanan. d. adalah suatu pelanggaran apabila petugas kesehatan menggunakan pengetahuan dan kemampuannya dalam pemeriksaan kesehatan para narapidana dan tahanan dengan menggunakan cara yang berakibat buruk bagi kesehatan mereka atau cara yang bertentangan dengan ketentuan umum yang relevan. e. adalah suatu pelanggaran apabila petugas kesehatan memberlakukan pembatasan terhadap para narapidana dan tahanan, kecuali pembatasan yang berdasarkan alasan medis. 112 Ibid ., halaman 474-476 Universitas Sumatera Utara 4. Body of Principles for the Protection of All Persons under Any Form of Detention or Imprisonment 1988 113 Prinsip-prinsip ini berlaku untuk perlindungan bagi semua orang dalam penahanan atau penjara. Beberapa prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. bahwa semua orang dalam penahanan atau pemenjaraan harus diperlakukan dengan cara yang manusiawi dan dengan menghormati martabat yang melekat pada manusia. b. bahwa penangkapan, penahanan, atau pemenjaraan hanya dilakukan secara ketat sesuai dengan ketentuan hukum dan berdasarkan oleh pejabat yang berwenang atau pihak yang berwenang. c. bahwa tidak boleh ada pembatasan atau pengurangan atas HAM yang dimiliki orang-orang dalam penahanan atau pemenjaraan, baik yang terdapat dalam instrumen hukum nasional maupun internasional. d. bahwa setiap penahanan atau pemenjaraan dilakukan berdasarkan otorisasi yang sah dan legal serta mendapat pengawasan dan kontrol yang efektif dari lembaga yang berwenang. e. bahwa tidak ada seorangpun dalam penahanan atau pemenjaraan mengalami penyiksaan serta perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, dan merendahkan martabat. 5. Basic Principles for the Treatment of Prisoners 1990 114 Berisikan prinsip-prinsip dasar dalam memperlakukan tahanan yaitu adalah sebagai berikut: a. semua tahanan harus diperlakukan dengan hormat karena martabat yang melekat dan nilai sebagai manusia. b. tidak ada diskriminasi ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pendapat lain, asal-usul kewarganegaraan atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya. c. menghormati keyakinan agama dan ajaran budaya kelompok yang dimiliki tahanan. d. tanggung jawab lembaga penjara untuk tahanan penjara dan untuk perlindungan masyarakat terhadap tindak kejahatan serta tanggung jawab yang mendasar untuk mempromosikan kesejahteraan dan pembangunan bagi semua anggota masyarakat. 113 Ibid ., halaman 450-459 114 Ibid ., halaman 449-450 Universitas Sumatera Utara e. semua tahanan harus mempertahankan HAM dan kebebasan dasar yang diatur dalam Deklarasi Universal HAM, Kovenan International tentang Hak Sipil, Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya, dan hak-hak lain yang diatur dalam instrumen HAM lainnya. f. semua tahanan berhak untuk ambil bagian dalam kegiatan budaya dan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan diri. g. melakukan dan mendorong upaya penghapusan sel isolasi sebagai hukuman atau membatasi penggunaannya. h. ketentuan ini memungkinkan tahanan untuk melakukan pekerjaan yang akan memperlancar adaptasi mereka saat kembali ke lingkungan masyarakat nanti dan mengizinkan mereka untuk berkontribusi terhadap keuangan pribadi dan keluarga mereka. i. Tahanan harus memiliki akses ke layanan kesehatan yang tersedia tanpa diskriminasi berdasarkan status hukum mereka. j. Dengan partisipasi dan bantuan dari lembaga masyarakat dan sosial, serta dengan memperhatikan kepentingan korban, kondisi yang baik dan menguntungkan harus dibuat saat reintegrasi dari mantan tahanan menjadi anggota masyarakat lagi. k. Prinsip-prinsip tersebut berlaku adil. Universitas Sumatera Utara BAB III PROGRAM PENAHANAN DAN INTEROGASI CIA CENTRAL INTELLIGENCE AGENCY TERHADAP TAHANAN TERORIS

A. Latar Belakang Program Penahanan dan Interogasi CIA

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Oleh Israel Terhadap Warga Sipil Palestina Ditinjau Dari Hukum Internasional

6 79 100

TINDAKAN HUKUM TERHADAP TERDUGA TERORIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, HUKUM POSITIF, DAN HAK ASASI MANUSIA Tindakan Hukum Terhadap Terduga Teroris Dalam Perspektif Hukum Islam, Hukum Positif, dan Hak Asasi Manusia.

0 1 17

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 11

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 1

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 22

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 22

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 1 4

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM KONF

0 0 6

HUKUM HAK ASASI MANUSIA PELANGGARAN HAK

0 0 33

BAB II PENGATURAN HAK ASASI MANUSIA DALAM HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Dan Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Dunia a. Sejarah Hak Asasi Manusia - Perlindungan Terhadap Korban Hak Asasi Manusia (Ham) Berat Di Korea Utara Menurut Hukum Internasional

0 0 35