Universitas Sumatera Utara
menjadi target operasi. Pada 7 April 2003, CTC menyediakan petunjuk untuk menentukan individu yang dapat ditangkapditahan berdasarkan MON yaitu harus
ada dasar yang cukup untuk menyimpulkan bahwa individu menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan warga AS dan kepentingan negara AS atau
individu yang merencanakan kegiatan teroris. Namun, sekedar kecurigaan bahwa individu atau pihak keluarga individu tersebut menjadi anggota kelompok teroris
tidak dapat menjadi dasar untuk melakukan penangkapanpenahanan.
129
B. Pengaruh Program Penahanan dan Interogasi CIA
Central Intelligence Agency
Terhadap Isu Terorisme
Pada sore 11 september, CIA sudah dapat melaporkan sedikitnya 2 tersangka al Qaeda yang terdaftar dalam manifest penumpang pesawat yang
dibajak. Anggota al Qaeda punya akses untuk membuat passport dan identitas palsu, termasuk passport atau identitas palsu untuk menjadi warga negara AS
secara ilegal sebagai bagian untuk mensukseskan rencana teror mereka.
130
Sebagai organisasi utama negara untuk menganalisis dan mengumpulkan intelijen asing.
CIA memainkan peran penting mengenai isu keamanan nasional, termasuk terorisme asing.
131
Dalam memainkan peran yang penting dalam menjaga keamanan nasional serta dalam menghadapi ancaman teror, maka diambil semua
tindakan yang diperlukan, termasuk salah satunya penahanan terhadap para tersangka teroris. Setidaknya ada 4 cara utama di mana penahanan memiliki
kontribusi dalam pencegahan terorisme: 1.
Pemblokiran.
129
Ibid , halaman 13
130
Laurie Mylroie. Op.Cit., halaman 50
131
Ibid ., halaman 126
Universitas Sumatera Utara
2. Pencegahan.
3. Gangguan.
4. Pengumpulan informasi.
Kecenderungan sebagian besar pemerintah dalam menghadapi ancaman terorisme adalah untuk melumpuhkan tersangka teroris dan tujuan dari
penahananadalah untuk tidak menghukum retributif tetapi sebagai tindakan perlindungan pre-emptive terhadap potensi ancaman. Mantan Jaksa Agung AS,
Mukasey, menjelaskan bahwa AS memiliki hak untuk menangkap dan menahan setiap pejuang musuh yang terlibat dalam konflik bersenjata dan AS tidak perlu
membebaskan mereka sehingga mereka dapat kembali ke medan perang, AS memiliki hak untuk mencegah mereka untuk kembali ke medan perang dan
membunuh tentara AS, tentara sekutu, dan penduduk sipil yang tak berdosa. Selain melumpuhkan ancaman yang ada, penahanan oleh pemerintah adalah untuk
mencegah perekrutan teroris di masa mendatang untuk berpartisipasi dalam terorisme. Dengan kata lain, ditangkap dan ditahannya teroris oleh pemerintah
dapat menghalangi seseorang untuk bergabung dalam kelompok teroris atau melakukan aksi teror.
132
Tampak jelas bahwa pemerintah harus menahan individu untuk mencegah terorisme yang dengan kata lain,harus menahan teroris.
Pemerintahan Bush menegaskan bahwa, baik Pasal II Konstitusi dan AUMF memberikannya kekuatan untuk melakukan penahanan selama konflik terjadi,
baik terhadap anggota atau pendukung al Qaeda, Taliban, dan kelompok lainnya yang terlibat dalam konflik melawan AS atau sekutunya.
133
132
Matthew C. Waxman. Op.Cit., halaman 14
133
Benjamin Wittes, Robert Chesney, dan Rabea Benhalim. Op.Cit., halaman 16
Universitas Sumatera Utara
Salah satu tindakan AS dalam memerangi terorisme adalah dengan melancarkan sebuah program rahasia yang dilakukan CIA untuk menahan dan
menginterogasi para teroris. Sejak tahun 2002 sampai 2009, CIA membuat serangkaian presentasi kepada para pejabat di Gedung Putih, Departemen
Kehakiman, dan Kongres untuk mendapatkan izin dan persetujuan hukum atas program CIA tersebut. Dalam presentasi tersebut, CIA menyatakan bahwa
program penahanan dan interogasi CIA efektif untuk menyelamatkan banyak nyawa dan menghasilkan informasi, dimana informasi tersebut tidak dapat
dihasilkan oleh cara lainnya.
134
Contohnya, sebuah memorandum yang disiapkan CIA untuk penasihat keamanan nasional pada Desember 2004, yang memuat
bahwa CIA meyakinkan penasihat tersebut jika program penahanan dan interogasi CIA sangat efektif, dimana tingkat efektifitas program tersebut dapat dibuktikan
dengan keberhasilan CIA dalam menggagalkan rencana teroris, menangkap para teroris, dan menghasilkan informasi terkait teroris lainnya.
135
Berikut adalah bukti-bukti yang digunakan CIA untuk menunjukkan bahwa program penahanan dan interogasi CIA efektif dalam memerangi
terorisme: 1.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui program penahanan dan interogasi CIA, bahwa ada jaringan teroris yang dioperasikan oleh Jose
Padilla dan Binyam Mohammed, dimana jaringan tersebut merencanakan rangkaian aksi teror di Washington DC. Aksi teror tersebut akan
dilancarkan dengan meledakkan bom hidrogen yang dapat mengakibatkan kerusakan hebat dan melakukan sabotase terhadap saluran pipa gas untuk
134
Executive Summary. Op.Cit., halaman 72
135
Ibid ., halaman 219
Universitas Sumatera Utara
memicu ledakan yang dahsyat di bangunan-bangunan tinggi yang berada di Washington DC. CIA lalu melakukan penelusuran untuk mendeteksi
lokasi Jose Padilla dan Binyam Mohammed yang kemudian di ketahui berada di Pakistan. CIA lalu berkoordinasi dengan pihak Pakistan dan
pada 4 April 2002 pihak Pakistan menangkap dua orangyang mencurigakan saat orang-orang tersebut akan keluar dari Pakistan. Pada 11
dan 12 April 2002, CIA mendapat laporan dari pihak Pakistan bahwa dua orang yang ditangkap tersebut berhasil diidentifikasikan sebagai Jose
Padilla dan Binyam Mohammed. Akhirnya, Jose Padilla dan Binyam Mohammed dipindahkan ke pusat tahanan AS sebelum mereka
melaksanakan rencana teror.
136
2. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui program penahanan dan
interogasi CIA, bahwa ada jaringan teroris yang menargetkan berbagai kepentingan AS dan sekutu AS di Karachi, termasuk rencana serangan
terhadap Konsulat AS, hotel-hotel ternama, lintasan antara bandara menuju Konsulat AS, dan komplek diplomatik AS. Jaringan teroris tersebut telah
dideteksi CIA sejak awal September 2002 dan pada April 2003, pihak Pakistan mendapat laporan adanya pengangkutan oleh sebuah truk yang
memuat bahan peledak dan senjata dan pada 29 April 2003 pihak Pakistan berhasil mencegat truk tersebut saat dalam perjalanan menuju tujuan.
Pihak pakistan menyita muatan truk lalu menelusuri lokasi tujuannya dimana di lokasi tersebut pihak pakistan menangkap Ammar al-Baluchi
dan Khallad bin Attash yang merupakan pemimpin jaringan teroris
136
Ibid ., halaman 225-239
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Mereka menyatakan bahwa jaringan mereka masih dalam tahap persiapan untuk menyediakan sarana transportasi, menentukan lokasi
persembunyian, dan merekrut relawan untuk melakukan aksi bom bunuh diri.
137
3. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui program penahanan dan
interogasi CIA, bahwa ada jaringan teroris yang pada dasarnya berencana untuk melancarkan aksi teror lanjutan yang menyerupai serangan 11
September 2001. Jaringan tersebut menargetkan bangunan-bangunan tinggi yang berlokasi di Pantai Barat AS yaitu California, termasuk di
dalamnya adalah Los Angeles, dengan cara menabrakkan pesawat yang dibajak dan menggunakan bom sepatu. Jaringan tersebut terdiri dari
beberapa orang berkewarganegaraan Malaysia yang dipimpin oleh Masran bin Arshad serta Zaini Zakaria yang bertugas sebagai pilot pesawat yang
akan ditabrakkan. Serangan tersebut gagal dengan sendirinya karena Masran bin Arshad ditangkap pada Februari 2002 dan Zaini Zakaria
menyerahkan diri kepada pihak Malaysia pada Desember 2002, sehingga rencana teror tersebut tidak dapat dieksekusi. Selain itu CIA juga berhasil
mengidentifikasi kelompok Al-Ghuraba yang terdiri dari sekelompok pemuda yang mendapat pendidikan dan pelatihan militer, dimana para
pemuda tersebut digunakan untuk membantu dan melakukan operasi teror dibawah perintah Jemaah Islamiyah, termasuk salah satunya adalah
menjadi pilot pesawat bunuh diri.
138
137
Ibid ., halaman 239-246
138
Ibid ., halaman 246-258
Universitas Sumatera Utara
4. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui program penahanan dan
interogasi CIA, bahwa ada jaringan teroris yang akan menyerang daerah perkotaan di UK, yang direncanakan oleh Dhiren Barot alias Issa al-Hindi.
Berdasarkan penelusuran, Dhiren Barot telah melakukan pertemuan dengan para pemimpin al Qaeda di Pakistan pada awal 2004 untuk
mendiskusikan rencana teror terhadap UK, dimana selama Februari-Maret 2004 ia menghabiskan waktu bersama ahli bahan peledak al Qaeda dengan
tujuan untuk memastikan rencana teror bom kendaraan di UK. Rencana teror tersebut terdiri dari dua bagian, pertama adalah bom dengan
menggunakan kendaraan jenis van atau limo yang diledakkan di parkiran basement dan kedua adalah penggunaan zat radioaktif yang disebarkan di
beberapa lokasi melalui serangkaian alat. Selain itu juga terdapat kemungkinan adanya pembajakan kereta api atau tanker minyak yang
digunakan untuk melakukan serangan teror. Rencana tersebut gagal karena Dhiren Barot berhasil ditangkap pada awal Agustus 2004.
139
5. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui program penahanan dan
interogasi CIA, bahwa Lyman Faris, seorang supir truk yang berasal dari Ohio, mengaku bersalah atas tuduhan terorisme. Tuduhan tersebut berupa
keterlibatannya dalam meneliti dan memberikan informasi kepada al Qaeda terkait target-target serangan teroris di AS serta menyediakan alat
dan perangkat yang diperlukan untuk meruntuhkan jembatan-jembatan gantung di AS, termasuk salah satunya adalah jembatan gantung di New
York. Lyman Faris lalu ditangkap dan selama ditahan ia memberikan
139
Ibid ., halaman 258-276
Universitas Sumatera Utara
informasi yang berhubungan dengan keluarga Khan dan tentang dua orang ekstremis yang ingin membunuh warga AS di area pusat perbelanjaan
Columbus dengan memakai senjata otomatis jenis
Kalashnikov
.
140
6. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui program penahanan dan
interogasi CIA, bahwa ada serangan teror yang dilakukan dengan cara meledakkan bom sepatu di dalam pesawat. Pada 22 Desember 2001,
Richard Reid berusaha untuk meledakkan sebuah bom sepatu di pesawat milik maskapai Western, dimana pesawat tersebut dalam perjalanan dari
Paris, Perancis menuju Miami, AS namun pesawat tersebut dialihkan ke Boston, AS dan kemudian Richard Reid ditahan karena dalam
pemeriksaan terbukti bahwa ia terlibat dalam rencana bom sepatu tersebut. Setelah mengumpulkan informasi dari Richard Reid, CIA berhasil
mengidentifikasi adanya teroris lain yang terlibat dalam teror bom tersebut, yaitu Sajid Badat. Ia adalah salah satu teroris yang dipilih oleh
pemimpin al Qaeda untuk melakukan serangan teror bom sepatu terhadap sebuah pesawat. Lalu, CIA berkoordinasi dengan semua partnernya di
seluruh dunia untuk mendeteksi lokasi Sajid Badat, dan setelah ditelusuri akhirnya ia ditangkap dan ditahan oleh pihak UK pada 27 November
2003.
141
7. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui program penahanan dan
interogasi CIA, bahwa ada serangan teror yang direncanakan oleh Ramzi bin al-Shibh, Khalid Shaykh Mohammad, Ammar al-Baluchi, dan Khallad
bin Attash, yang akan dilancarkan terhadap UK. Serangan pertama
140
Ibid ., halaman 276-284
141
Ibid ., halaman 284-294
Universitas Sumatera Utara
menargetkan simbol nasional UK yaitu bandara Heathrow, dimana serangan tersebut pada awalnya dilakukan dengan cara membajak pesawat
di bandara, menerbangkannya, lalu menabrakkannya kembali ke bandara. Namun, karena tingkat keamanan di bandara Heathrow dinilai sangat ketat
maka rencana diubah yaitu dengan cara membajak pesawat dari bandara lainnya yang berada di Eropa, terutama Eropa Timur kemudian
menabrakkannya ke bandara Heathrow. Selain itu, serangan kedua, yang mungkin menyerupai serangan yang menghancurkan WTC, juga
menargetkan simbol kekuatan ekonomi UK yaitu pusat kawasan bisnis Canary Wharf, dimana serangan tersebut dilakukan dengan cara
menabrakkan pesawat ke sebuah bangunan. Namun, rencana serangan tersebut gagal karena al Qaeda tidak mampu merekrut para relawan untuk
menjadi pilot pesawat dan juga karena para teroris yang merencanakan serangan tersebut berhasil ditangkap, yaitu Ramzi bin al-Shibh yang
ditangkap pada 11 September 2001, Khalid Shaykh Mohammad yang ditangkap pada 1 Maret 2003, dan Ammar al-Baluchi serta Khallad bin
Attash yang ditangkap pada 29 April 2003.
142
8. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan melalui program penahanan dan
interogasi CIA, bahwa ada jaringan teroris yang menargetkan kawasan Asia Tenggara sebagai lokasi aksi teror, dimana jaringan tersebut dipimpin
oleh Hambali. Riduan bin Isomuddin alias Hambali adalah anggota Jemaah Islamiyah, kelompok teroris yang berbasis di Asia Tenggara, yang
menjabat sebagai penghubung antara kelompok dan al Qaeda. Hambali
142
Ibid ., halaman 294-302
Universitas Sumatera Utara
bertanggung jawab atas peletakkan bom di 12 pesawat berbendara AS yang kemudian meledak saat terbang dan terlibat dalam serangan 11
September 2001. Hambali mendapat pendanaan untuk melakukan kegiatan teroris di Asia Tenggara dan pada 12 Oktober 2002 terjadi aksi pemboman
di Pulau Bali, Indonesia, dimana Hambali dianggap sebagai dalang aksi tersebut sehingga Hambali disebut sebagai target utama CIA di Asia
Tenggara dan salah satu teroris paling dicari di dunia. CIA lalu melakukan penelusuran dan kemudian dideteksi bahwa Hambali berada di Bangkok.
Berdasarkan laporan adanya transfer uang ke Hambali melalui seseorang bernama Zubair maka lokasi Zubair pun ditelusuri dan setelah dideteksi
Zubair pun berhasil ditangkap. Setelah penangkapan Zubair, didapat keterangan bahwa seseorang bernama Lilie bertindak sebagai penyedia
passport palsu bagi Hambali maka lokasi Lilie pun ditelusuri dan setelah dideteksi Lilie pun berhasil ditangkap. Berdasarkan keterangan Lilie,
Hambali pun berhasil ditangkap di rumah persembunyiannya di Bangkok pada Agustus 2003.
143
C. Pembentukan Komite Penyelidikan Atas Program Penahanan dan Interogasi CIA