Universitas Sumatera Utara
terorisme merupakan perang jenis baru dimana perang tersebut bukanlah bentrokan tradisional antara negara yang berpegang pada ketentuan hukum
perang. Argumen tersebut diterima Presiden Bush yang kemudian mengeluarkan memorandum untuk menolak penerapan Konvensi Jenewa, baik kepada tahanan
al Qaeda maupun Taliban di tahanan AS, sehingga para tahanan tidak memiliki hak untuk menuntut penahanan dan perlakuan terhadap mereka.
Pengoperasian pusat-pusat tahanan AS mengundang reaksi negatif dari masyarakat internasional, salah satunya oleh laporan tahunan Amnesti
Internasional yang mengesankan bahwa pusat penahanan AS di Teluk Guantanamo telah menjadi
gulag
zaman sekarang.
162
Gulag
adalah singkatan dari
Glavnoye Upravleniye Lagerey
merupakan cabang dari Badan Keamanan Negara Uni Soviet yang mengoperasikan sistem hukuman berupa kamp kerja
paksa dan penjara-penjara terkait. Sistem tersebut berlaku bagi segala jenis penjahat, terutama sekali bagi tahanan politik dan pihak oposisi Uni Soviet. Pada
perkembangannya,
gulag
akhirnya digunakan untuk merujuk sistem penahanan yang memiliki prosedur penindasan.
163
B. Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Tahanan Teroris CIA
Central Intelligence Agency
Pada 27 januari 2005, Bush dalam wawancaranya dengan New York Times memastikan bahwa penyiksaan tidak pernah diterima dan AS juga tidak
menyerahkan orang-orang ke negara-negara yang melakukan penyiksaan. Keterangan ini tentu bertentangan dengan kenyataan dimana ratusan orang yang
162
Ibid ., halaman 3-4
163
https:id.wikipedia.orgwikiGulag , diakses pada 9 Juli 2015
Universitas Sumatera Utara
menjadi tahanan setelah serangan 11 September 2001 menjalani program yang mengandung unsur penyiksaan.
164
Di AS dan sejumlah negara Eropa, diskusi- diskusi serius telah dimulai tentang legitimasi dari penggunaan metode
penyiksaan untuk tersangka teroris. Sebagian besar negara telah memberlakukan aturan-aturan hukum yang memberikan otoritas kepada pihak kepolisian, intelijen,
dan keamanan untuk melakukan interferensi secara luas terhadap HAM, termasuk hak atas kemerdekaan pribadi dan hak atas pengadilan yang jujur. Secara khusus,
kecurigaan sebagai anggota atau pendukung sebuah organisasi terorisme dapat mengakibatkan serangkaian konsekuensi hukum, termasuk perampasan kebebasan
untuk jangka waktu yang tidak dapat dipastikan. Yang paling terkenal keburukannya adalah fasilitas tahanan AS di Teluk Guantanamo, Kuba, dimana
para tersangka telah ditahan tanpa akses pengadilan, tanpa proses hukum, dan tanpa perlindungan apapun, baik dari konstitusi AS ataupun badan-badan
pemantau HAM, untuk jangka waktu yang tidak terbatas yaitu hingga perang melawan terorisme berakhir.
165
Fasilitas di pusat tahanan Guantanamo terdiri dari, Camp X-Ray yang memiliki sel seperti kandang yang terbuat dari kawat yang digambarkan seperti
menyerupai tempat perlindungan hewan dengan lingkungan yang buruk daripada tempat untuk melindungi orang-orang. Di Camp 4, para tahanan dimungkinkan
untuk saling berinteraksi dengan fasilitas yang mendukung hidup secara komunal. Sebagian besar lainnya ditahan dalam kondisi yang jauh lebih ketat dalam Camp 5
dan 6 dengan model fasilitas keamanan tingkat tinggi. Camp 6 terdiri dari sel individu dimana para tahanan menghabiskan 22 jam sehari di dalam sel dan
164
Jane Mayer. 2008. The Dark Side. New York:Doubleday, halaman 108
165
Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 372-373
Universitas Sumatera Utara
diperbolehkan keluar hanya untuk mandi dan aktivitas fisik, selain itu dikatakan bahwa mereka berkomunikasi secara terbatas dan jarang bisa saling melihat.
Camp 5 mungkin lebih baik dimana para tahanan bisa berkomunikasi walaupun dengan cara berteriak, tetapi mereka tidak bisa melihat sinar matahari dari sel
mereka dan melakukan aktivitas fisik saat hari mulai gelap. Sementara beberapa tahanan „penting‟ ditahan di Camp 7 yang rahasia.
166
Selain tentang fasilitas, perlakuan terhadap tahanan di Guantanamo juga mendapat perhatian dimana para
tahanan dipaksa berlutut di luar ruangan sambil memakai pakaian yang basah, dan para tahanan tersebut akan ditendang dan dipukul di bagian ginjal, hidung, atau
lutut apabila mereka bergerak. Ada juga tahanan-tahanan yang ditelanjangi, dipukuli, dilumuri lumpur, dibasahi dengan air dingin lalu dipaksa berdiri
sepanjang malam di depan pendingin ruangan, atau dipaksa meminum air urin. Beberapa diantara para tahanan juga termasuk ibu hamil yang disandera untuk
ditukarkan dengan anggota keluarganya yang menjadi tersangka teroris.
167
Secara umum CIA menerapkan teknik penahanan dan interogasi yang brutal terhadap para teroris yang ditahan di fasilitas penahanan CIA dimana teknik
tersebut dilakukan secara berulang kali selama beberapa hari atau minggu. Kondisi fasilitas penahanan CIA sangat buruk dimana fasilitas tersebut sangat
gelap, para tahanan dibelenggu dalam sebuah sel isolasi dengan diringi suara musik yang sangat keras dan dalam sel tersebut hanya disediakan sebuah ember
sebagai sarana buang air, sedangkan kurangnya pemanas ruangan dalam fasilitas penahanan tersebut turut mempengaruhi kesehatan para tahanan. Para tahanan
juga menerima tamparan, ditelanjangi, dibenturkan kepalanya ke dinding, dipaksa
166
David W. Glazier. 2009. Playing by the Rules: Combating al Qaeda within the Law of War. Loyola Law School Los Angeles Legal Studies Paper
. No. 2009-16, halaman 1021-1023
167
Jane Mayer. Op.Cit., halaman 243250
Universitas Sumatera Utara
berdiri dengan tangan diborgol di atas kepala untuk waktu yang lama, dan dilarang tidur selama puluhan bahkan ratusan jam. Selain itu, para interogator
akan terus mengatakan kepada para tahanan bahwa mereka tidak akan bisa keluar dari penahanan dalam keadaan hidup sambil memberikan ancaman kepada anak-
anak dan keluarga mereka, para interogator juga akan meneriaki para tahanan, menyeretnya keluar dari sel, mengikatnya, lalu menyeretnya sepenjang lorong
sambil dipukuli. Para interogator CIA juga menggunakan teknik
waterboarding
terhadap para tahanan yaitu suatu teknik interogasi dimana tangan dan kaki tahanan diikat lalu wajahnya ditutup dengan kain atau handuk, kemudian
wajahnya disirami air secara kontinu sehingga tahanan merasa sesak napas dan seperti sedang tenggelam. Semua teknik tersebut menimbulkan gangguan fisik
dan mental, dimana para tahanan mengalami mual, kejang, halusinasi, paranoid, insomnia, bahkan para tahanan berupaya untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Meskipun mendapat peringatan medis karena semua teknik tersebut membahayakan, namun CIA tetap melanjutkan penggunaan semua teknik
tersebut. Berdasarkan dokumen
Committee Study of the Central Intelligence Agencys Detention and Interrogation Program
, termuat bukti-bukti bahwa program CIA tersebut adalah suatu pelanggaran atas instrumen HAM dan
instrumen hukum lainnya. Adapun bukti-bukti tersebut beberapa diantaranya adalah:
1. Penahanan dan interogasi terhadap Abu Zubaydah
Setelah ditangkap, ia dipindahkan secara rahasia ke fasilitas penahanan CIA. Ia ditahan dalam sebuah sel tanpa penerangan dan
Universitas Sumatera Utara
jendela, dimana ia ditahan dalam keadaan telanjang dengan kaki dan tangan dibelenggu, lalu dalam sel tersebut diputar musik yang keras atau
suara berisik lainnya sehingga ia tidak bisa tidur sama sekali. Kemuadian ia pun diisolasi selama 47 hari tanpa diinterogasi dan setelah menjalani
masa isolasi, tiba-tiba para interogator CIA masuk ke selnya lalu menutup wajahnya sambil mengikatkan kain di lehernya dan kemudian
menyandarkannya di dinding, dimana kain yang diikatkan tersebut dimaksudkan untuk membantu para interogator menghantamkan kepalanya
ke dinding. Lalu, Abu Zubaydah pun diinterogasi dan apabila ia tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan maka para interogator
akan menampar dan menekan wajahnya. Kemudian, teknik interogasi yang digunakan terhadap Abu Zubaydah berkembang menjadi teknik
waterboarding
sehingga menyebabkan ia batuk-batuk, muntah, dan kejang di seluruh tubuh akibat dari penggunaan teknik
waterboarding
yang berulang kali terhadapnya. Selanjutnya, teknik-teknik interogasi brutal
lainnya terus dilakuakan secara kombinasi terhadap Abu Zubaydah, termasuk dimana ia dipaksa untuk menghabiskan waktu yang lama di
dalam sebuah peti mati atau sebuah kurungan yang sempit. Semua teknik penahanan dan interogasi tersebut membuat ia histeris dan stress sehingga
ia tidak mampu berkomunikasi secara efektif, bahkan pada suatu waktu setelah pelaksanaan teknik
waterboarding
, ia tidak merespon sama sekali disertai dengan mulutnya yang mengeluarkan busa, dimana ia baru
merespon setelah mendapat bantuan medis.
168
168
Executice Summary. Op.Cit., halaman 40-44
Universitas Sumatera Utara
2. Penahanan dan interogasi terhadap Abd al-Rahim al-Nashiri
Setelah ditangkap, ia dipindahkan secara rahasia ditahan ke fasilitas penahanan CIA. Selama dalam tahanan ia mengalami penahanan
dan interogasi yang brutal dimana sedikitnya ia mengalami 3 kali teknik
waterboarding
. Suatu waktu dimana dalam keadaan mata tertutup, ia dinterogasi sambil para interogator nmenodongkan pistol ke kepalanya dan
menghidupkan mesin bor di dekat badannya. Ia juga mengalami teknik- teknik brutal lainnya, termasuk tamparan yang berulang kali terhadap
bagian belakang kepalanya, ancaman pelecehan seksual kepada ibunya, menempatkannya dalam posisi berdiri untuk waktu yang lama dimana
tangannya dibelenggu di atas kepalanya, meniupkan asap rokok ke wajahnya, memaksanya mandi dengan menggunakan sikat yang kasar, dan
lainnya. Semua teknik tersebut dilakukan untuk membuat ia gemetar ketakutan sehingga ia mau untuk memberikan informasi yang dibutuhkan
CIA. Namun, semua teknik tersebut mengakibatkan gangguan fisik dan jasmani terhadapnya, dimana ia mengalami pilek sehingga tubuhnya
menggigil selama diinterogasi, menyebabkan kelainan, rasa gelisah, dan depresi. Ia mendapat luka memar dan dislokasi pada tulangnya akibat
terlalu lama berdiri dalam keadaan tangan dibelenggu di atas kepala, mengeluh insomnia, dan merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia
menuduh CIA telah membius atau meracuni makanan sehingga ia melakukan mogok makan namun, pada suatu waktu saat ia sedang mogok
makan, para interogator CIA memberi makan kepadanya secara paksa
Universitas Sumatera Utara
dengan cara memasukkan makanan yang telah diencerkan melalui duburnya.
169
3. Penahanan dan interogasi terhadap Ramzi bin Al-Shibh
Setelah ditangkap, ia dipindahkan secara rahasia ke fasilitas penahanan CIA. Sebelum dinterogasi, para interogator CIA mencukur
habis rambut, kumis, dan jenggotnya. Selama dalam tahanan ia mengalami penahanan dan interogasi yang brutal, termasuk diisolasi untuk waktu yang
lama, ditahan dalam keadaan gelap gulita sehingga meningkatkan rasa takut, membiarkannya dalam sebuah ruangan yang diiringi musik yang
keras, dipaksa masuk ke dalam kurungan yang sempit, dan membuatnya dalam posisi berdiri untuk waktu yang lama dimana tangannya dibelenggu
di atas kepalanya. Selain itu, ia dibiarkan telanjang dalam suhu yang dingin, mendapat perlakuan yang menggangu panca inderanya, diberi
makanan yang sudah diencerkan, dirampas waktu tidurnya, dan disandarkan di dinding untuk waktu yang lama. Ia juga mendapat
tamparan, pukulan di perut, tekanan di wajah, dibenturkan kepalanya ke dinding, dan teknik
waterboarding
. Semua teknik tersebut mengakibatkan ia mengalami kegelisahan, paranoid, insomnia, gangguan daya lihat, dan
bahkan ia pernah melakukan upaya bunuh diri namun gagal.
170
4. Penahanan dan interogasi terhadap Khalid Shaykh Muhammad
Setelah ditangkap, ia dipindahkan secara rahasia ke fasilitas penahanan CIA. Selama dalam tahanan ia mengalami penahanan dan
interogasi yang brutal, seperti pukulan di wajah dan perut, genggaman
169
Ibid ., halaman 69-73
170
Ibid ., halaman 77-80
Universitas Sumatera Utara
yang mengintimidasi terhadap wajahnya, memaksanya terus berdiri dengan tangan dibelenggu di atas kepalanya, tidak membiarkannya tidur,
menelanjanginya, menyiramkan air padanya, dan memberikan cairan melalui duburnya. Selain itu, ia juga mengalami teknik
waterboarding
sebanyak ratusan kali, bahkan dalam beberapa kali ia sempat menelan terlalu banyak air sehingga perutnya membuncit dimana air tersebut lalu
dimuntahkan bersamaan dengan isi lambung dan cairan asam yang terkandung di lambung, yang mungkin dapat merusak kerongkongannya.
Terkadang, teknik
waterboarding
menggunakan air garam sehingga terkesan bahwa teknik tersebut sebagai tindakan penenggelaman. Para
interogator menyimpulkan dengan menggunakan teknik
waterboarding
yang ditingkatkan, lebih berefek secara fisik dan berpotensi untuk menghasilkan informasi daripada menggunakan teknik lainnya. Teknik
waterboarding
pun berkembang dimana pada saat melakukan teknik
waterboarding
, para interogator menghalangi pernafasannya dengan cara menutup bibirnya. Kemudian berkembang lagi dimana pada saat
melakukan teknik
waterboarding
, para interogator menutup hidung dan mulutnya dengan tangan untuk memperkecil kemungkinan air tertelan
sekaligus untuk lebih mempersulit pernafasannya. Akibat dari semua teknik tersebut membuat ia merasa letih dan sakit dengan luka lecet di
pergelangan kaki, tulang kering, pergelangan tangan, dan di bagian belakang kepalanya. Ia juga mengalami pembengkakan pada kakinya
karena terlalu lama berdiri..
171
171
Ibid ., halaman 82-91
Universitas Sumatera Utara
5. Penahanan dan interogasi terhadap Muhammad Rahim
Setelah ditangkap, ia dipindahkan secara rahasia ke fasilitas penahanan CIA. Ia dianggap sebagai tahanan terakhir CIA dimana selama
dalam tahanan ia menghabiskan waktu seminggu tanpa diinterogasi. Ia mengalami penahanan dan interogasi yang brutal, seperti pukulan di
kepala, pukulan di perut, genggaman yang mengintimidasi terhadap wajahnya, dipaksa untuk berdiri dengan hanya memakai celana pendek
dan popok dengan tangan dibelenggu di atas kepalanya yang sekaligus membuatnya tidak bisa tidur. Dalam hal konsumsi, ia mendapat
pembatasan dimana ia hanya bisa mengkonsumsi air dan makanan yang telah diencerkan.
172
Salah satu program rahasia sangat kontroversial yang dilakukan oleh CTC milik CIA dikenal dengan “
Extraordinary Rendition
”. Sebuah program yang menelan biaya sangat besar, dirancang untuk memindahkan tersangka teroris dari
satu negara ke negara lain, yang bertujuan untuk menghancurkan jaringan teroris, menggagalkan rencana teroris, dan mencegah serangan teroris.
173
Program rendisi tampaknya tetap berlangsung dengan dukungan dari para pejabat AS, bahkan jika
program tersebut dijalankan secara tidak resmi. Pemindahan tersebut dilakukan secara rahasia dengan menggunakan penafsiran yang melampaui hukum dan
sering melakukan penyalahgunaan tahanan, termasuk perlakuan kejam dan penyiksaan yang kadang-kadang berujung kematian. Program-program yang
dilancarkan AS untuk memerangi terorisme, baik penggunaan kekuatan militer,
172
Ibid ., halaman 164-166
173
Jane Mayer. Op.Cit., halaman 102-103
Universitas Sumatera Utara
penahanan, interogasi, maupun rendisi, yang dilakukan sejak 11 September 2001 dengan mengandalkan para praktisi hukum sebagai bentuk pembenaran dan
penyeludupan hukum terhadap program kontroversial mereka.
174
Terorisme memang menjadi salah satu ancaman utama terhadap HAM dan dunia internasional, namun tindakan-tindakan anti-teroris juga menjadi ancaman
utama terhadap HAM.
175
Contohnya, program penahanan dan interogasi terhadap teroris yang dilakukan oleh CIA dimana pada kenyataannya para tahanan tersebut
tidak pernah dihukum atau bahkan dituduh apa-apa, mereka hanya ditahan dengan tujuan preventif. Namun, ternyata banyak diantara para tahanan yang ditahan di
Guantanamo pada dasarnya tidak memberi ancaman serius bagi AS sehingga tidak ada alasan untuk melakukan penahanan. Selain itu, baik fasilitas tahanan, teknik
interogasi, dan kondisi penahanan di Guantanamo secara keseluruhan merupakan penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi dan bentuk pelanggaran terhadap
kententuan HI.
C. Pandangan-Pandangan Terkait Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Tahanan Teroris CIA