Universitas Sumatera Utara
penahanan, interogasi, maupun rendisi, yang dilakukan sejak 11 September 2001 dengan mengandalkan para praktisi hukum sebagai bentuk pembenaran dan
penyeludupan hukum terhadap program kontroversial mereka.
174
Terorisme memang menjadi salah satu ancaman utama terhadap HAM dan dunia internasional, namun tindakan-tindakan anti-teroris juga menjadi ancaman
utama terhadap HAM.
175
Contohnya, program penahanan dan interogasi terhadap teroris yang dilakukan oleh CIA dimana pada kenyataannya para tahanan tersebut
tidak pernah dihukum atau bahkan dituduh apa-apa, mereka hanya ditahan dengan tujuan preventif. Namun, ternyata banyak diantara para tahanan yang ditahan di
Guantanamo pada dasarnya tidak memberi ancaman serius bagi AS sehingga tidak ada alasan untuk melakukan penahanan. Selain itu, baik fasilitas tahanan, teknik
interogasi, dan kondisi penahanan di Guantanamo secara keseluruhan merupakan penyiksaan atau perlakuan tidak manusiawi dan bentuk pelanggaran terhadap
kententuan HI.
C. Pandangan-Pandangan Terkait Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap Tahanan Teroris CIA
Central Intelligence Agency
Pertanggungjawaban negara berarti kewajiban negara untuk memberikan jawaban atas suatu hal yang terjadi dan kewajiban untuk memberikan pemulihan
atas kerugian yang ditimbulkan. Pemulihan tersebut dapat berupa
satisfication
dan
pecuniary reparation
.
Satisfication
merupakan pemulihan atas perbuatan yang melanggar kehormatan negara, yang dilakukan melalui perundingan diplomatik
dan diwujudkan dengan permohonan maaf secara resmi atau memberi jaminan
174
Leila Nadya Sadat dan Henry H. Oberschelp. Op.Cit., halaman 7
175
Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 363
Universitas Sumatera Utara
untuk tidak akan terulang kembali.
Pecuniary reparation
dilakukan apabila pelanggaran menimbulkan kerugian materiil.
176
Pertanggungjawaban negara juga dapat timbul karena kejahatan internasional
international delinquency
. Kejahatan internasional adalah pelanggaran terhadap kewajiban internasional
yang bukan merupakan kewajiban kontrak. Pertanggungjawaban negara tersebut banyak berkaitan dengan pelanggaran atas hak warganegara asing, seperti
penahanan yang tidak semestinya, penolakan peradilan, dan lain sebagainya.
177
Terkait dengan pertanggungjawaban negara, ada sebuah doktrin yang terkenal yaitu doktrin imputabilitas. Doktrin ini menyebutkan bahwa negara
sebagai subjek hukum yang abstrak tidak dapat melakukan tindakan-tindakan nyata dimana tindakan tersebut hanya dapat dilakukan melalui para petugas,
pejabat, atau perwakilan negara. Sehingga, tindakan para pejabat atau perwakilannya dianggap sebagai tindakan negara dan oleh karena itu negara harus
bertanggung jawab atas segala resiko dari tindakan tersebut.
178
Negara juga dapat bertanggung jawab atas tindakan-tindakan agen rahasianya, contoh pada tahun
1987, dimana 2 orang agen rahasia Peransis meledakkan kapal milik
Greenpeace
di Auckland, New Zealand. Pengadilan New Zealand lalu mengukum 2 agen tersebut 10 tahun penjara, selain itu PBB memutuskan bahwa pemerintah Perancis
harus meminta maaf secara resmi kepada pemerintah New Zealad dan mengharuskan Perancis untuk membayar ganti rugi sebesar 7 juta dollar AS.
179
176
F. Sugeng Istanto. 1994. Hukum Internasional. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, halaman 77-78
177
Ibid ., halaman 81
178
Huala Adolf. 2002. Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional. Jakarta: RajaGrafindo Persada, halaman 279-280
179
Ibid ., halaman 282
Universitas Sumatera Utara
Ada 2 teori tentang perbuatan petugas, pejabat, atau perwakilan negara yang menjadi tanggung jawab negara:
1. Teori subjektif teori kesalahan, dimana tanggung jawab negara
ditentukan oleh adanya unsur kesengajaan
dolus
atau kelalaian
culpa
pada pejabat atau agen negara 2.
Teori objektif teori risiko, dimana tanggung jawab negara adalah selalu mutlak
strict
, manakala seorang pejabat atau agen negara telah melakukan tindakan yang merugikan orang lain warganegara asing,
maka negara bertanggung jawab menurut HI tanpa dibuktikan apakah tindakan tersebut terdapat unsur kesengajaan atau kelalaian.
180
Sejak tahun 1945, tanggung jawab negara telah mengalami perkembangan karena berkembangnya konsep
Jus Cogens
, lahirnya tanggung jawab pidana secara individu, dan lahirnya piagam PBB serta ketentuan-ketentuan penegakan
hukum terhadap negara.
181
Sejak Perang Dunia I, telah muncul konsep baru dimana seorang individu bertanggung jawab atas pelanggaran terhadap perdamaian dan ketertiban
internasional yang dilakukannya, serta dapat diadili dan dihukum di bawah prosedur internasional.
182
Pada prinsipnya, HI adalah sebuah kerangka hukum yang menetapkan bahwa hanya negara yang dapat dimintai pertanggungjawaban,
namun prinsip tersebut tidak terbukti efektif dalam konteks HAM karena tidak memberikan efek jera terhadap pelanggaran HAM yang terjadi. Sehingga selain
tanggung jawab negara, juga diperlukan tanggung jawab individu bagi para pelaku pelanggaran dengan tujuan untuk menimbulkan efek jera dan mencegah
pelanggaran HAM.
183
Artinya, cara yang efektif untuk mencegah pelanggaran HAM adalah dengan mengekspos individu yang bertanggung jawab atas
180
Ibid ., halaman 274-275
181
Ibid ., halaman 260
182
Max Sorensen. Op.Cit., halaman 471
183
Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 307
Universitas Sumatera Utara
pelanggaran HAM beserta penerapan sanksi hukum bagi individu tersebut. Cara tersebut dapat melengkapi aturan-aturan tentang tanggung jawab internasional yag
sebelumnya telah ada.
184
Hal yang jelas paling signifikan adalah dengan menghukum individu yang melakukan pelanggaran HAM dengan sanksi pidana,
yang menjadi langkah penting dalam memperbarui sistem penyelesaian hukum di bidang HAM, khususnya pelanggaran HAM.
185
Hukum pidana internasional pada dasarnya dapat menghukum individu yang bertanggung jawab atas pelanggaran
HAM, terlepas dari apakah individu tersebut bertindak sebagai alat negara atau bertindak secara pribadi.
186
Salah satu pelanggaran HAM serius adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, dimana yang termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan adalah
penyiksaan dan penahanan yang tidak manusiawi atau melawan hukum. Pelanggaran HAM telah dilakukan AS selama berlangsungnya perang melawan
terorisme yang digaungkan oleh AS dan dibantu oleh para sekutunya. Pelanggaran tersebut dibuktikan dengan adanya keterangan bahwa Mitchell dan John Bruce
Jessen, konsultan yang telah melatih para interogator dan membantu membuat protokol interogasi yang kejam untuk CIA, dimana protokol tersebut memuat
metode interogasi yang dirancang untuk menimbulkan kerusakan fisik atau psikologis terhadap para tahanan.
187
Keterangan tersebut tentu bertentangan dengan pernyataan Bush dalam peringatan
the United Nations International Day in Support of Victims of Torture
pada 26 Juni 2003, dimana Bush menyatakan bahwa AS berkomitmen untuk menghilangkan bentuk-bentuk penyiksaan di
184
Lyal S. Sunga. Op.Cit., halaman 2
185
Gerry Simpson. 2007. Law, War Crime. Cambridge: Polity Press, halaman 55
186
Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 55
187
Jane Mayer. Op.Cit., halaman 158
Universitas Sumatera Utara
seluruh dunia dan AS berada di garis terdepan untuk memenuhi komitmen tersebut. AS mengajak semua pemerintahan untuk bergabung dengan komunitas
yang melarang, mengusut, dan menuntut semua tindakan penyiksaan dan berusaha untuk mencegah bentuk-bentuk hukuman yang kejam dan tidak manusiawi
lainnya. Penderitaan terhadap korban penyiksaan harus dihentikan dan AS mengajak semua pemerintahan untuk turut serta dalam memenuhi tujuan
tersebut.
188
Pernyataan tersebut tentu bertentangan dengan kenyataannya dimana AS menjadi negara yang melakukan penyiksaan dan penahanan yang tidak
manusiawi terhadap para tahanan yang mereka dapatkan selama perang melawan terorisme. Kenyataan tersebut dibuktikan dengan adanya penyelidikan oleh
komite intelijen Senat terhadap program penahanan dan interogasi CIA terhadap tahanan teroris, dimana berdasarkan penyelidikan tersebut disimpulkan bahwa:
1. CIA selalu mempresentasikan bahwa program penahanan dan interogasi
CIA sangat efektif untuk mengumpulkan informasi dalam memerangi terorisme, dimana berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari program
tersebut, CIA berhasil menggagalkan rencana teroris dan menangkap para teroris. Namun pada kenyataannya, informasi tersebut tidak hanya hasil
dari program CIA saja melainkan juga berasal dari program badan intelijen lainnya sehingga tidak ada keterkaitan yang mendasar antara keberhasilan
CIA dengan program CIA. Selain itu, program CIA tersebut tidak selalu menghasilkan informasi bahkan beberapa informasi yang dihasilkan
adalah informasi palsu atau tidak akurat karena para tahanan merekayasa
188
Ibid ., halaman 240
Universitas Sumatera Utara
informasi sehingga efektifitas program yang dipresentasikan CIA patut diragukan.
189
2. CIA mempresentasikan kepada Departemen Kehakiman perihal kondisi
fasilitas penahanan, teknik interogasi yang digunakan, dan efektifitas program CIA, namun materi presentasi tersebut tidak akurat. CIA juga
tidak melaporkan pelaksanaan program tersebut kepada komite intelijen Senat serta menolak semua permintaan komite untuk menginvestigasi dan
mengakses program
CIA, meskipun
pada akhirnya
CIA mempresentasikan program tersebut kepada komite namun materi
presentasi tersebut tidak akurat. Selain itu, CIA tidak memberikan informasi yang akurat kepada para pejabat di Gedung Putih dan tidak
merespon secara lengkap dan jelas apabila ada pertanyaan dari para pejabat di White House.
190
3. CIA menugaskan para interogator yang tidak berpengalaman dan memiliki
rekam jejak yang bermasalah di fasilitas penahanan CIA. Para interogator tersebut sering melakukan metode interogasi yang tidak sah tanpa
pengawasan, dimana metode tersebut tidak sesuai protokol resmi CIA tentang interogasi. Buktinya, ada satu peristiwa dimana seorang tahanan
yang diduga mengalami hipotermia mati dalam keadaan telanjang dan terikat, namun tidak ada satupun anggota CIA yang bertanggung jawab.
189
Senate Select Committee on Intelligence. 2014. Committee Study of the Central Intelligence Agency’s Detention and Interrogation Program: Findings and Conclusions. Washington: U.S.
Senate., halaman 2-3
190
Ibid ., halaman 4-7
Universitas Sumatera Utara
dari markas pusat yang bertanggung jawab. CIA menempatkan personel yang bermasalah dalam hal catatan kejahatanya dalam program tersebut.
191
4. Teknik interogasi yang digunakan CIA dalam program penahanan dan
interogasi terhadap tahanan teroris tidak mendapat persetujuan dan izin. Selain itu, CIA juga tidak melakukan penghitungan yang akurat dan
komprehensif mengenai jumlah tahanan, dimana beberapa tahanan tidak sesuai dengan ketentuan MON sehingga tidak ada dasar untuk melakukan
penahanan.
192
5. Adanya program CIA tersebut telah memicu banyak kritikan dan
menciptakan tensi yang cukup tinggi, baik antara AS dengan para sekutu maupuan antara AS dengan negara lainnya. Semua kritikan yang
dilancarkan atas program CIA tersebut tentu mencoreng citra dan status AS sebagai negara yang memimpin perjuangan HAM di dunia. Selain itu,
program CIA tersebut juga menyedot anggaran negara dengan jumlah yang fantastis yaitu ratusan juta dollar, yang digunakan untuk membayar
para konsultan yang merumuskan teknik interogasi yang digunakan, negara-negara yang terlibat, dan operasional program CIA tersebut.
193
Direktur CIA menegaskan bahwa ada anggota CIA yang melampaui wewenang dalam memperlakukan tahanan, namun ia juga membela CIA dimana
sebagian besar anggota CIA tidak terlibat dan menilai semua program CIA untuk memerangi terorisme dilakukan dibawah tekanan dan ekspetasi yang tinggi
sehingga CIA tidak siap untuk memenuhinya. Ia menjelaskan bahwa program
191
Ibid ., halaman 10-11
192
Ibid ., halaman 12-13
193
Ibid ., halaman 16-17
Universitas Sumatera Utara
penahanan dan interogasi CIA, termasuk penggunaan teknik interogasi yang ditingkatkan, telah mendapat persetujuan dari presiden Bush. Walaupun presiden
Obama telah menghentikan program CIA tersebut pada 2009 dan menganggap penggunaan teknik interogasi yang ditingkatkan sebagai hal yang kontraproduktif
dan bertentangan dengan nilai-nilai AS, namun tetap saja laporan komite intelijen Senat yang menyebutkan adanya pelanggaran HAM terhadap tahanan teroris telah
mengundang kecaman dan keprihatinan global, dimana belum ada pembuat kebijakan atau anggota CIA yang dituntut atas perlakuan mereka terhadap
tahanan teroris.
194
Detail laporan komite intelijen Senat terkait program penahanan dan interogasi CIA memicu kemarahan dunia, dimana baik negara
sekutu AS maupun musuh AS mendesak agar anggota CIA atau pejabat AS yang terlibat diadili dan meminta AS untuk tidak mengulangi pelanggaran HAM
tersebut di masa mendatang. Selain itu, negara-negara tersebut mendesak AS untuk menghormati dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh semua instrumen
HAM. Beberapa pejabat PBB juga mendesak anggota CIA dan pejabat AS yang mengizinkan mendapat proses hukum yang efektif.
195
Mungkin memang benar bahwa berbagai aksi teror ditujukan kepada AS dan berbagai ketakutan akibat dari aksi teror tersebut menjadi dasar atas kebijakan
dan retorika AS untuk melakukan perang terhadap terorisme, padahal istilah perang memiliki implikasi adanya suatu situasi darurat yang berkelanjutan dan
memberikan pembenaran untuk melakukan pelanggaran atas kewajiban HAM. Walaupun aksi teror terhadap AS adalah bentuk pelanggaran HAM, namun
tindakan-tindakan anti-terorisme yang dilakukan AS haruslah sesuai dengan HI
194
Surat Kabar Kompas. Agen CIA Lampaui Tugas. 13 Desember 2014, halaman 8
195
Surat Kabar Kompas. Penyiksaan Buat Dunia Marah. 12 Desember 2014, halaman 10
Universitas Sumatera Utara
dan HAM.
196
Meskipun pemerintah AS mengklaim bahwa para tahanan teroris memberikan beberapa informasi penting berdasarkan teknik interogasi tersebut,
namun pada dasarnya informasi tetap dapat diperoleh melalui teknik-teknik interogasi yang profesional. Selain itu, penggunaan teknik interogasi yang tidak
profesional untuk memperoleh informasi juga berakibat tercorengnya reputasi AS, berkurangnya sekutu AS dalam memerangi terorisme, dan membuka peluang
kepada para tahanan untuk mengajukan tuntutan kepada AS. Sehingga Presiden AS memiliki kewenangan mutlak untuk memerintahkan para petugas, pegawai,
dan pejabat AS untuk bertindak sesuai dengan hukum. Kewenangan tersebut telah dilaksanakan oleh Presiden Obama yaitu dengan memerintahkan CIA untuk
meninggalkan protokol interogasi milik CIA dan mematuhi protokol interogasi milik Angkatan Darat, walaupun masih ada kemungkinan protokol tersebut
memuat teknik interogasi yang bertentangan dengan hukum sehingga protokol tersebut perlu mendapat kajian secara independen atau dibuat protokol baru.
197
Selama ini kritik kepada fasilitas tahanan AS di Guantanamo lebih tertuju kepada para tahanan dan metode yang dipakai selama penahanan sedangkan kondisi
penahanan tidak terlalu mendapat kritik, padahal kondisi penahanan seharusnya juga menjadi perhatian masyarakat internasional karena tidak memenuhi standar
HI.
198
Padahal adalah hak setiap orang untuk bebas dari penangkapan dan penahanan sewenang-wenang dimana penangkapan dan penahanan hanya
dibenarkan berdasarkan alasan yang ditentukan oleh hukum,
199
selain itu setiap
196
Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 372-373
197
David W. Glazier. Op.Cit., halaman 1043
198
Ibid ., halaman 1041-1042
199
Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen. Op.Cit., halaman 90
Universitas Sumatera Utara
orang juga berhak untuk tidak mendapat penyiksaan, perlakuan, dan penghukuman yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat.
200
Bahkan perihal penyiksaan, perlakuan, dan penghukuman yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat telah ada konvensi khusus yang biasanya
disebut dengan
Convention Against Torture
. Berdasarkan konvensi tersebut, penyiksaan adalah setiap tindakan atau perbuatan yang secara sengaja dilakukan
untuk menimbulkan rasa sakit atau penderitaan, baik fikis maupun mental, pada saat investigasi atau berdasarkan persetujuan resmi atau persetujuan rahasia dari
pejabatpemerintah atau dari pihak lain dalam kapasitas resmi. Konvensi tersebut membebankan kewajiban kepada negara-negara peserta untuk melakukan
langkah-langkah legislatif, administratif, yudikatif, dan langkah efektif lainnya untuk mencegah praktik-praktik penyiksaan.
201
Konvensi tersebut juga menetapkan bahwa setiap korban penyiksaan berhak untuk melakukan pengaduan,
mendapat proses hukum yang adil, dan memperoleh kompensasi.
202
Konvensi tersebut melarang negara-negara peserta untuk menggunakan keadaanancaman
perang, ketidakstabilan politik, atau perintah atasanpenguasa sebagai alasan pembenar untuk melakukan praktik penyiksaan. AS adalah salah satu negara yang
meratifikasi konvensi tersebut sehingga AS wajib untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan yang termuat dalam konvensi.
203
Selain itu, AS juga menjadi salah satu negara yang meratifikasi Konvensi Jenewa yang mengatur tata
cara perang, perlakuan terhadap tahanan perang, dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan perang. Namun pada kenyataanya, AS tidak mematuhi
200
Ibid ., halaman 92
201
I Wayan Parthiana. Op.Cit., halaman 240-241
202
Ibid ., halaman 244
203
Jane Mayer. Op.Cit., halaman 150
Universitas Sumatera Utara
ketentuan-ketentuan konvensi yang diratifikasinya dimana AS melakukan pelanggaran-pelanggaran atas konvensi tersebut selama perang melawan
terorisme. Sehingga pada Juni 2006, Mahkamah Agung AS meninjau kembali segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintahan AS dalam perang melawan
terorisme dan menilai bahwa pemerintahan AS harus mematuhi konvensi Jenewa perihal operasi selama perang, perlakuan terhadap tahanan, dan program-program
yang dilakukan untuk memerangi terorisme.
204
Kewajiban untuk memenuhi HAM mengacu pada kewajiban negara untuk mengambil tindakan-tindakan administratif, legislatif, yudikatif, dan praktis yang
diperlukan yang untuk memastikan pelaksanaan HAM.
205
Oleh karena itu, tanggung jawab individual secara pidana atas suatu pelanggaran HAM serius
merupakan salah satu kemungkinan yang paling menjanjikan untuk menghentikan pelanggaran-pelanggaran HAM selanjutnya dan meminta pertanggungjawaban
kepada para subjek HI non-negara yang melakukan pelanggaran HAM serius.
206
Artinya, menyelidiki pelanggaran HAM dan menuntut para pelakunya juga penting untuk memberikan keadilan bagi para korban pelanggaran HAM dan
memperlancar proses pemulihan atau ganti rugi kepada para korban tersebut.
207
Sesuai dengan hak yang dimiliki seorang yang menjadi korban pelanggaran HAM untuk memperoleh keadilan dan pemulihan yang efektif dari pengadilan yang
kompeten.
208
Mahkamah Internasional menyatakan, adalah sebuah prinsip HI atau bahkan sebuah konsepsi hukum umum bahwa setiap pelanggaran yang disertai
204
David J. Whittaker. Op.Cit., halaman 287
205
Manfred Nowak. Op.Cit., halaman 51
206
Ibid ., halaman 371-372
207
Ibid ., halaman 311
208
Adnan Buyung Nasution dan A. Patra M. Zen. Op.Cit., halaman 96
Universitas Sumatera Utara
adanya kewajiban untuk melakukan reparasi dapat menimbulkan tanggung jawab internasional apabila terjadi tindakan-tindakan yang merugikan negara lain atau
warga negara asing.
209
Oleh karena itu, sudah sepatutnya AS bertanggung jawab atas pelanggaran HAM terhadap tahanan teroris dengan cara memberi ganti rugi
kepada para korban dan menyelenggarakan proses hukum yang efektif untuk menyelidiki dan menuntut para pelaku pelanggaran HAM.
209
Max Sorensen. Op.Cit., halaman 533
Universitas Sumatera Utara BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan