Pembentukan Komite Penyelidikan Atas Program Penahanan dan Interogasi CIA

Universitas Sumatera Utara bertanggung jawab atas peletakkan bom di 12 pesawat berbendara AS yang kemudian meledak saat terbang dan terlibat dalam serangan 11 September 2001. Hambali mendapat pendanaan untuk melakukan kegiatan teroris di Asia Tenggara dan pada 12 Oktober 2002 terjadi aksi pemboman di Pulau Bali, Indonesia, dimana Hambali dianggap sebagai dalang aksi tersebut sehingga Hambali disebut sebagai target utama CIA di Asia Tenggara dan salah satu teroris paling dicari di dunia. CIA lalu melakukan penelusuran dan kemudian dideteksi bahwa Hambali berada di Bangkok. Berdasarkan laporan adanya transfer uang ke Hambali melalui seseorang bernama Zubair maka lokasi Zubair pun ditelusuri dan setelah dideteksi Zubair pun berhasil ditangkap. Setelah penangkapan Zubair, didapat keterangan bahwa seseorang bernama Lilie bertindak sebagai penyedia passport palsu bagi Hambali maka lokasi Lilie pun ditelusuri dan setelah dideteksi Lilie pun berhasil ditangkap. Berdasarkan keterangan Lilie, Hambali pun berhasil ditangkap di rumah persembunyiannya di Bangkok pada Agustus 2003. 143

C. Pembentukan Komite Penyelidikan Atas Program Penahanan dan Interogasi CIA

Central Intelligence Agency Terhadap Tahanan Teroris Pemerintah AS tidak terlalu memperdulikan perdebatan yang ada tentang status tahanan, apakah anggota atau mantan anggota dari kelompok teroris, pemerintah menggunakan AUMF sebagai dasar yang cukup untuk menahan seseorang tanpa batas. Seperti yang ditunjukkan dengan adanya pembelaan oleh 143 Ibid ., halaman 302-312 Universitas Sumatera Utara administrasi pemerintahan terhadap standar interogasi dan program penahanan CIA. Presiden Bush, pada September 2006 dalam mengungkapkan secara terbuka program penahanan rahasia CIA, menjelaskan bahwa para tahanan adalah orang- orang yang berbahaya dengan pengetahuan tentang jaringan teroris dan rencana untuk melakukan serangan teror selanjutnya, sehingga keamanan nasional dan kehidupan masyarakat tergantung pada kemampuan untuk mempelajari dan mengetahui semua informasi yang dimiliki para teroris. 144 Karena pada kenyataannya, ancaman terhadap perdamaian dan keamanan global pada umumnya telah berpindah dari konflik bersenjata antarnegara menjadi sengketa bersenjata di negara itu sendiri dan tindakan yang dilakukan oleh non-negara, seperti yang dilakukan oleh para teroris. 145 Namun tindakan yang diambil AS dalam memelihara perdamaian dan keamanan serta dalam memerangi terorisme mendapat kecaman, baik dari eksternal maupun internal. Salah satunya seperti yang dikatakan oleh Kennet Pollack, staf Dewan Keamanan Nasional, bahwa pada kenyataannya Irak tidak terlibat dalam serangan teroris pada 11 september 2001, dimana intelijen AS berulang kali menegaskan bahwa mereka tidak dapat menghubungkan Baghdad atas serangan tersebut sehingga tidak ada alasan untuk berperang. 146 Pilihan untuk berperang dengan Irak diambil dengan maksud terselubung, dimana pada awal 2002, pada saat kampanye perang terhadap Afghanistan meredup, terdapat isyarat kepada intelijen AS dibawah perintah CIA untuk melaksanakan program rahasia untuk menggulingkan Saddam Hussein. 147 Selain itu, program rahasia yang 144 Benjamin Wittes, Robert Chesney, dan Rabea Benhalim. Op.Cit., halaman 31 145 Boer Mauna. Op.Cit., halaman 663 146 Laurie Mylroie. Op.Cit., halaman 142 147 Ibid ., halaman 72 Universitas Sumatera Utara dilancarkan CIA secara rahasia, baik interogasi maupun penahanan terhadap teroris, juga sarat dengan kontroversi, dimana salah satunya adalah prosedur orisinil CIA untuk memindahkan secara rahasia para tersangka atau tahanan ke penjara rahasia, banyak diantara penjara tersebut adalah ‘Blac k Sites „ dan para tersangkat atau tahanan tersebut dikenal dengan ‘ghost flights’ yang membawa mereka ke tempat-tempat yang diduga mereka akan disiksa. 148 Selain itu terdapat 760 tahanan di Pangkalan Angkatan Laut AS di Guantanamo Bay, Kuba, yang ditangkap selama invasi ke Afghanistan. Beberapa tahanan ditangkap dan ditahan dengan alasan yang tidak masuk akal yaitu karena mereka memiliki jam tangan merek Casio, merek jam tangan yang berdasarkan laporan dipakai oleh para pembajak dalam peristiwa 11 September 2001. Ada juga yang ditangkap dan ditahan karena peran mereka dalam membantu serangan pada 11 September 2001, namun mereka tidak mendapat akses pengacara dan mereka diadili oleh Pengadilan khusus yang dibentuk tanpa persetujuan Kongres. Menurut laporan, 3 tahanan tewas bunuh diri dan tahanan lainnya mengeluh tentang penyiksaan yang dialami. 149 Tentu saja apa yang dilakukan tersebut melanggar HI dan hukum AS dan setidaknya dalam pandangan publik tampak bahwa pemerintah AS tidak melakukan upaya komprehensif untuk meninjau kesesuaian semua strategi yang diambil pemerintah AS dalam memerangi terorisme. Strategi AS dalam memerangi terorisme yang kontroversial dan menuai kecaman masyarakat internasional, termasuk tentangan dari Pengadilan, Kongres, dan sekutu AS, adalah sebuah kelalaian dan kesalahan pemerintah AS, mengingat juga sumber 148 David J. Whittaker. Op.Cit., halaman 280 149 Michael Haas. Op.Cit., halaman 157 Universitas Sumatera Utara uang yang sangat besar yang digunakan pemerintah AS khusus untuk strategi tersebut yang telah dilancarkan di seluruh dunia. 150 Pada 11 September 2001 terjadi sebuah serangan terbesar dalam sejarah AS, dimana menara kembar WTC hancur akibat serangan teroris. Tragedi tersebut menelan ribuan nyawa, selain itu juga menimbulkan rasa takut dan rasa cemas bagi seluruh warga AS. Seminggu setelahnya, terjadi teror virus anthrax yang dikirim melalui surat kepada perusahaan-perusahaan media dan dua orang senator AS. Teror beruntun tersebut tentu semakin mengejutkan warga AS, dimana terjadi pola serangan teror yang baru disertai meningkatnya tingkat ancaman terhadap kehidupan warga AS berdasarkan laporan Homeland Security Advisory System, sehingga menimbulkan tekanan yang kuat dan ekspektasi yang tinggi dari warga AS terhadap organ-organ pemerintah, termasuk salah satunya adalah CIA untuk mengambil segala tindakan untuk mengantisipasi terorisme. Namun setiap tekanan, ekspetasi, rasa takut, dan tingkat ancaman tidak dapat menjadi dasar untuk membenarkan tindakan-tindakan yang salah, walaupun atas dasar keamanan nasional. Terlepas dari tingkat kebutuhan yang mendesak, tindakan-tindakan yang dilakukan juga perlu dipertimbangkan berdasarkan hukum dan nilai-nilai AS. Kenyataannya, CIA telah melakukan penahanan rahasia serta teknik-teknik interogasi yang brutal, yang pada dasarnya adalah pelanggaran terhadap hukum AS, perjanjian internasional, dan nilai-nilai AS. Pelanggaran-pelanggaran tersebut terjadi sejak akhir 2001 sampai awal 2009. 151 Buktinya, pada Desember 2007 dilakukan pembongkaran terhadap kaset- kaset video yang merekam metode-metode interogasi brutal yang digunakan CIA 150 Matthew C. Waxman. Op.Cit., halaman 12 151 Senate Select Committee on Intelligence. 2014. Committee Study of the Central Intelligence Agency’s Detention and Interrogation Program: Foreword. Washington: U.S. Senate, halaman 2 Universitas Sumatera Utara terhadap para tahanan teroris. Berdasarkan hal tersebut, komite intelijen Senat mengambil tindakan penyelidikan terhadap program yang dilakukan CIA dalam mengantisipasi terorisme dan pihak CIA, melalui Direktur CIA mendukung penyelidikan tersebut dengan memberi izin terbatas bagi komite untuk mengakses informasi yang dimiliki CIA dalam rangka penyelidikan. Tindakan tersebut merupakan puncak dari sebuah upaya monumental yang secara resmi dimulai pada Maret 2009. 152 Tujuan penyelidikan adalah untuk mengevaluasi program CIA tersebut dan menentukan kebijakan di bidang penahanan dan interogasi. Senat berharap tidak ada lagi kebijakan AS yang mengizinkan penahanan rahasia yang tak terbatas dan penggunaan interogasi yang brutal. CIA telah mengalami sendiri bahwa penggunaan interogasi koersif tidak efektif dan tidak menghasilkan informasi, jika pun ada hanya menghasilkan informasi yang salah. Kesimpulannya adalah agar kesalahan masa lalu yang menyedihkan tidak terulang lagi di masa datang. 153 Pada 2012 komite telah menyelesaikan seluruh penyelidikannya dan setelah memenangkan voting, senat mempublikasikan hasil penyelidikan tersebut kepada khayalak umum dalam bentuk dokumen yang berjudul “ Committee Study of the Central Intelligence Agencys Detention and Interrogation Program ”. 154 152 Ibid ., halaman 1 153 Ibid ., halaman 3 154 http:www.intelligence.senate.govpresscommittee-releases-study-cias-detention-and- interrogation-program , diakses pada 22 Desember 2014 Universitas Sumatera Utara BAB IV PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM PROGRAM PENAHANAN DAN INTEROGASI CIA CENTRAL INTELLIGENCE AGENCY TERHADAP TAHANAN TERORIS

A. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Hak Asasi Manusia Menurut Hukum Internasional

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Oleh Israel Terhadap Warga Sipil Palestina Ditinjau Dari Hukum Internasional

6 79 100

TINDAKAN HUKUM TERHADAP TERDUGA TERORIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, HUKUM POSITIF, DAN HAK ASASI MANUSIA Tindakan Hukum Terhadap Terduga Teroris Dalam Perspektif Hukum Islam, Hukum Positif, dan Hak Asasi Manusia.

0 1 17

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 11

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 1

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 22

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 22

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 1 4

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM KONF

0 0 6

HUKUM HAK ASASI MANUSIA PELANGGARAN HAK

0 0 33

BAB II PENGATURAN HAK ASASI MANUSIA DALAM HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Dan Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Dunia a. Sejarah Hak Asasi Manusia - Perlindungan Terhadap Korban Hak Asasi Manusia (Ham) Berat Di Korea Utara Menurut Hukum Internasional

0 0 35