Latar Belakang Program Penahanan dan Interogasi CIA

Universitas Sumatera Utara BAB III PROGRAM PENAHANAN DAN INTEROGASI CIA CENTRAL INTELLIGENCE AGENCY TERHADAP TAHANAN TERORIS

A. Latar Belakang Program Penahanan dan Interogasi CIA

Central Intelligence Agency Terhadap Tahanan Teroris Direktur CIA memperingatkan, pasca pemboman beruntun Kedutaan Besar AS pada 7 agustus 1998, bahwa AS sedang berperang dengan al Qaeda dimana sifat al Qaeda yang tidak berbentuk dan dapat berada dimana-mana menjadikannya sebagai ancaman. 115 Terorisme bukanlah suatu fenomena baru dalam kehidupan masyarakat internasional, termasuk bagi AS. Bahkan pada 8 Juli 1985, Presiden Ronald Reagan membuat daftar berisi lima negara yang dianggap sebagai state-sponsored terrorism . 116 Pada 25 Juni 1996, serangan truk berisi bom terjadi di Khabar Towers, di daerah Dahran yang menjadi wilayah Kerajaan Arab Saudi, yang merupakan serangan yang dahsyat terhadap pasukan AS pasca Perang Teluk tahun 1991. 117 Pada Desember 1992, terjadi pemboman terhadap tentara AS di Aden, Yaman. Pada 1993, terjadi serangan roket terhadap helikopter AS dan pembunuhan terhadap tentara AS di Somalia. Pada 1994, terjadi serangan bom terhadap Kedutaan Besar AS dan Israel di Manila, Filipina. Pada 1995, terjadi aksi penggempuran dengan roket terhadap pesawat Trans-Pasific milik AS disusul upaya pembunuhan terhadap Presiden Bill Clinton. 118 Pada 1998, terjadi aksi 115 Laurie Mylroie. 2003. Bush vs. The Beltway. HarperCollins: New York, halaman 146 116 Boer Mauna. Op.Cit., halaman 656 117 Ibid ., halaman 658 118 Luqman Hakim. Op.Cit., halaman 63 Universitas Sumatera Utara pemboman terhadap Kedutaan Besar AS di Nairobi, Kenya dan di Dar Es Salam, Tanzania. Pada 12 Oktober 2000, terjadi serangan terhadap USS Cole, kapal tipe destroyer milik AS, di Aden, Yaman. 119 Puncak aksi terorisme terhadap AS adalah pada 11 september 2001, dimana 4 pesawat komersial dibajak setelah take off dari Bandara Internasional Logan di Boston oleh 19 pembajak. Mereka menerbangkan 2 pesawat menuju kota New York dan menabrakkan pesawat tersebut ke menara kembar WTC di Manhattan. 1 pesawat lagi menabrak Gedung Departemen Pertahanan di Arlington, Virginia sedangkan pesawat lainnya, tanpa diketahui tujuannya, jatuh di sebuah lapangan kosong dekat Shanksville, Pennsylvania. Korban tewas berjumlah hampir 3000-an orang, termasuk para pembajak. Para pembajak berasal dari salah satu kelompok dari 27 kelompok sayap al Qaeda. 120 Setelah serangan teroris 11 september 2001, Presiden Bush menyatakan bahwa negara dalam keadaan perang terhadap terorisme dan menjanjikan sebuah peraturan diluar dari peraturan kriminal biasa. Dalam pandangannya, setiap orang yang mendanai, menyembunyikan, atau melindungi teroris dipersamakan dengan teroris. Dalam UU baru, UU tentang Bela Negara, terdapat banyak ketentuan untuk meningkatkan keamanan domestik dan membatasi serangan teroris. Teknik investigasi yang baru akan mengizinkan FBI dan badan keamanan federal lainnya untuk malakukan penyadapan terhadap tersangka dan terhadap akses internet dan email tersangka tanpa melibatkan pendapat dan persetujuan dari hakim. Surat izin penggeledahan dapat digunakan dan penggeledahan dapat dilakukan tanpa pemberitahuan kepada siapa pun. Setiap kelompok yang mencoba mempengaruhi 119 Boer Mauna. Op.Cit., halaman 659 120 Michael Haas. Op.Cit., halaman 170 Universitas Sumatera Utara kebijakan pemerintah dengan intimidasi atau paksaan dapat diblokir, termasuk money laundry atau penyimpangan dana untuk kepentingan terorisme. 121 Pernyataan AS terhadap terorisme meningkat melalui collective counter-action yang merupakan sebuah retorika terhadap bahaya yang akan datang, yang didengungkan oleh Presiden Bush di Capitol Hill pada Januari 2002 dan pada April 2002, presiden AS bersikeras bahwa hanya terdapat 2 pilihan yaitu bersama dunia atau bersama teroris. Hal ini dapat dimengerti sebagai bukti bahwa AS masih trauma dengan kekejian 11 September sehingga mencari pembenaran atas counter-action mereka. 122 Berdasarkan serangan 11 September tersebut, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi 1368 yang mengakui hak bela diri individual atau kolektif negara-negara dan menyatakan serangan 11 September adalah ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional, disusul dengan resolusi 1373 yang berisikan langkah dan tindakan yang harus diambil negara-negara untuk memberantas terorisme. Berdasarkan kedua resolusi tersebut, yang menurut AS walaupun kontoversial dan mendapat komentar negatif, adalah sebuah izin untuk melancarkan serangan militer ke Afghanistan dan dalam waktu pendek telah menggulingkan pemerintahan Taliban dan menghancurkan basis al Qaeda. Beberapa tahun kemudian, AS melancarkan serangan militer secara unilateral ke Irak sebagai bagian dari usaha memerangi terorisme. 123 Walaupun pada perkembangannya diketahui bahwa pilihan berperang dengan Irak dibuat pada sore hari setelah serangan 11 September, dengan mencari bukti keterlibatan Irak 121 David J. Whittaker. Op.Cit., halaman 286 122 Ibid ., halaman 275 123 Boer Mauna. Op.Cit., halaman 660-662 Universitas Sumatera Utara dengan al Qaeda dan merencanakan operasi militer terhadap Irak sebagai propaganda untuk melancarkan proyek penggulingan Saddam Hussein. 124 Pendekatan pemerintahan Bush untuk melakukan penahanan terhadap teroris karena gagasan bahwa AS, yang didukung otorisasi Kongres untuk penggunaan kekuatan militer, sedang berperang dengan al Qaeda dan resolusi Dewan Keamanan PBB terkait terorisme. Berdasarkan hal tersebut, AS dalam konflik bersenjata dengan al Qaeda dan Taliban, adalah alasan yang tepat bagi AS dan sekutunya untuk menahan orang-orang yang terlibat dalam konflik tersebut. 125 Mendukung gagasan tersebut, Hakim Hogan menyatakan bahwa pemerintah berwenang untuk menahan individu yang merupakan bagian dari al Qaeda, bahkan jika individu tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi keamanan AS, sedangkan Hakim Robertson menyatakan bahwa individu yang dalam beberapa periode waktu menjadi bagian dari al Qaeda, terlepas dari tingkat bahaya atau tidak lagi sebagai anggota saat penangkapan, sudah menjadi alasan yang cukup untuk membenarkan penahanan. 126 Program penahanan dan interogasi CIA bermula pada 14 September 2001, dimana kepala operasi CIA berdasarkan kebutuhan yang mendesak dari kepala CTC, mengirim email ke pangkalan-pangkalan CIA untuk mencari lokasi-lokasi yang potensial menjadi lokasi fasilitas penahanan CIA dan setelah mempertimbangkan berbagai lokasi, CIA menentukan bahwa Pangkalan Militer milik AS adalah pilihan terbaik. Pada 17 September 2001, Presiden Bush 124 Laurie Mylroie. Op.Cit., halaman 4 125 Matthew C. Waxman. 2009. Administrative Detention of Terrorists: Why Detain, and Detain whom?. Columbia Law School Public Law Legal Theory Working Paper Group. No. 08-190, halaman 4 126 Benjamin Wittes, Robert Chesney, dan Rabea Benhalim. 2010. The Emerging Law of Detention: the Guantanamo Habeas Cases as Lawmaking. The University of Texas Scholl of Law Public Law and Legal Theory Research Paper. No.165, halaman 30 Universitas Sumatera Utara menandatangani MON yang berarti mengizinkan DCI untuk melakukan operasi yang dirancang untuk menangkap dan menahan orang-orang yang menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan warga AS dan kepentingan negara AS atau orang- orang yang merencanakan kegiatan teroris. MON memberikan keleluasaan yang signifikan kepada CIA untuk menentukan siapa yang ditahan, dasar melakukan penahanan, dan jangka waktu penahanan, namun MON tidak menyinggung secara spesifik perihal teknik interogasi 127 Pada awal November 2011, Markas CIA menetapkan bahwa fasilitas penahanan CIA harus sesuai dengan standar penjara AS serta program penahanan dan interogasi CIA dilakukan sesuai dengan hukum dan prosedur pidana yang berlaku di AS. Penggunaan teknik interogasi tertentu diizinkan sepanjang tidak bertentangan dengan praktik hukum yang dipakai oleh Pengadilan AS. CIA menunjuk Pangkalan Angkatan Laut AS di Teluk Guantanamo sebagai fasilitas penahanan CIA. Dalam mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi dalam menjalankan fasilitas penahanan trersebut, CIA mengeluarkan memorandum yang mengingatkan bahwa teroris yang ditangkap mungkin akan ditahan dalam waktu yang tidak dapat dipastikan, bisa dalam hitungan hari, bulan, atau tahun. Selain itu, memorandum tersebut juga mengingatkan bahwa adanya ekspos dari media dapat mempengaruhi opini publik yang dapat mengancam kelangsungan operasi fasilitas penahanan tersebut. 128 Pada Maret 2002, Markas CIA telah memperluas otoritas di luar dari apa yang ditentukan dalam MON dan menginstruksikan kepada para personil CIA untuk menahan setiap orang yang mungkin memiliki informasi terkait orang-orang yang 127 Senate Select Committee on Intelligence. 2014. Committee Study of the Central Intelligence Agency’s Detention and Interrogation Program: Executive Summary. Washington: U.S. Senate, halaman 11 selanjutnya disebut Executive Summary 128 Ibid , halaman 12 Universitas Sumatera Utara menjadi target operasi. Pada 7 April 2003, CTC menyediakan petunjuk untuk menentukan individu yang dapat ditangkapditahan berdasarkan MON yaitu harus ada dasar yang cukup untuk menyimpulkan bahwa individu menimbulkan ancaman serius bagi kehidupan warga AS dan kepentingan negara AS atau individu yang merencanakan kegiatan teroris. Namun, sekedar kecurigaan bahwa individu atau pihak keluarga individu tersebut menjadi anggota kelompok teroris tidak dapat menjadi dasar untuk melakukan penangkapanpenahanan. 129

B. Pengaruh Program Penahanan dan Interogasi CIA

Dokumen yang terkait

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Oleh Israel Terhadap Warga Sipil Palestina Ditinjau Dari Hukum Internasional

6 79 100

TINDAKAN HUKUM TERHADAP TERDUGA TERORIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, HUKUM POSITIF, DAN HAK ASASI MANUSIA Tindakan Hukum Terhadap Terduga Teroris Dalam Perspektif Hukum Islam, Hukum Positif, dan Hak Asasi Manusia.

0 1 17

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 11

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 1

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 22

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 0 22

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Dalam Program Penahanan Dan Interogasi Cia (Central Intelligence Agency) Terhadap Tahanan Teroris Menurut Hukum Internasional

0 1 4

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DALAM KONF

0 0 6

HUKUM HAK ASASI MANUSIA PELANGGARAN HAK

0 0 33

BAB II PENGATURAN HAK ASASI MANUSIA DALAM HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Dan Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Dunia a. Sejarah Hak Asasi Manusia - Perlindungan Terhadap Korban Hak Asasi Manusia (Ham) Berat Di Korea Utara Menurut Hukum Internasional

0 0 35