“Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena
tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 dua puluh
tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah.” Pasal 4
“Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 dipidana karena tindak
pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 dua puluh tahun
dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 lima miliar rupiah.”
Pasal 5 “Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu
miliar rupiah.”
C. Kaitan Tindak Pidana Pencucian Uang Dengan Tindak Pidana Narkotika
Tindak pidana pencucian uang mengenal nomenklatur sebagai tindak pidana lanjutan predicate crime, atau dengan istilah kejahatan asal. Hasil tindak
pidana dimaksudkan adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, penyuapan, penyelundupan barang, penyelundupan tenaga kerja,
penyelundupan imigrasi, di bidang perbankan, di bidang pasar modal, di bidang asuransi, narkotika, psikotropika, perdagangan manusia, perdagangan senjata
gelap, penculikan, terorisme, pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang,
Universitas Sumatera Utara
perjudian, prostitusi, di bidang perpajakan, di bidang kehutanan, di bidang lingkungan hidup, di bidang kelautan , dan tindak pidana lainnya yang diancam
dengan penjara 4 tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara republik Indonesia dan tindak pidana tersebut, juga merupakan tindak pidana menurut
hukum Indonesia.
35
Karenanya dengan dilakukannya kriminalisasi terhadap pencucian uang, maka kejahatan tersebut, bukan lagi sebagai kejahatan utama, melainkan sebagai
kejahatan yang mengikuti, hal demikian untuk mempermudah pengungkapan dan penanggulangan kejahatan. Kejahatan pencucian uang dikenal dengan cara
placement, layering, dan integration. Sehingga proses kejahatan pencucian uang, terhadap penyembunyian hasil kejahatan, agar memperoleh keuntungan dari hasil
kejahatan tersebut, dengan upaya merubah sumber dari hasil kekayaan, melalui pencucian uang. Dengan demikian, maka dapatlah dipahami bahwa money
la undering , adalah kejahatan yang menyebabkan timbulnya uang atau dana, yang
berhubungan dengan perdagangan narkotika, atau kejahatan serius terhadap tatanan internasional yang memerlukan transfer uang.
Harta kekayaan yang cukup besar yang didapat dari kejahatan-kejahatan penyalahgunaan Narkoba, biasanya para pelaku yang biasanya organized crime tidak
langsung digunakan oleh pelaku karena adanya rasa takut maupun terindikasi sebagai kegiatan pencucian uang.
36
35
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung, PT Citra Adhitya Bakti, 2010, hal 213.
36
Dikutip dari Bismar Nasution,
Rezim Anti Money Laundering
, Bandung: BooksTerranceLibrary, 2005, hal. 1, bahwa pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang
berdimensi Internasional merupakan hal baru dibanyak negara termasuk Indonesia. Sebegitu besarnya dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara, sehingga
negara-negara di dunia dan organisasi Internasional merasa tergugah dan termotivasi untuk menaruh perhatian yang lebih serius terhadap pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian
uang. Hal ini tidak lain karena kejahatan pencucian uang
money laundering
tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi sistem perekonomian, dan pengaruhnya
tersebut merupakan dampak negatif bagi perekonomian itu sendiri. Di dalam praktik money laundering ini diketahui bahwa banyak dana-dana potensial yang tidak dimanfaatkan secara
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan hubungan antara pencucian uang dengan tindak pidana narkotika yang paling jelas dapat dilihat dalam pasal 2 angka 1 yang mana
dalam pasal tersebut tertera sebagai berikut: Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana:
a. korupsi; b. penyuapan;
c. narkotika; d. psikotropika;
e. penyelundupan tenaga kerja; f. penyelundupan migran;
g. di bidang perbankan; h. di bidang pasar modal;
i. di bidang perasuransian; j. kepabeanan;
k. cukai; l. perdagangan orang;
m.perdagangan senjata gelap; n. terorisme;
o. penculikan; p. pencurian;
q. penggelapan; r. penipuan;
s. pemalsuan uang; t. perjudian;
optimal karena pelaku
money laundering
sering melakukan “
steril investment
invesatsi yang aman” misalnya dalam bentuk investasi di bidang properti pada negara-negara yang mereka
anggap aman walaupun dengan melakukan hal itu hasil yang diperoleh jauh lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
u. prostitusi; v. di bidang;
v. di bidang perpajakan; w.di bidang kehutanan;
x. di bidang lingkungan hidup; y. di bidang kelautan dan perikanan; atau
z. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 empat tahun atau lebih,
Dalam hufuf c pasal tersebut terlihat jelas bahwa Narkotika ialah sebagai salah satu tindak pidana asal dari tindak pidana pencucian uang. Keterkaitan
lainnya antara tindak pidana narkotika dengan tindak pidana pencucian uang dapat dilihat melalui pola pencucian uang hasil perdagangan narkotika yang marak
terjadi. Seperti yang kita bahas sebelumnya bahwa pencucian uang menggunakan pola yang tergabung dalam 3 tiga tahap yang menjadi ciri khas kegiatannya
yaitu tahap Placement, Layering, dan Integration dari ketiga pola inilah kita akan mengetahui keterkaitan tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana
narkotika. Tahap-tahap tersebut antara lain ialah: 1.
Pla cement Penempatan Uang
Upaya menempatkan dana tunai yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak pidana dalam bentuk yang lebih mudah untuk dipindahkan dan tidak dicurigai
untuk selanjutnya diproses ke dalam sistem keuangan, terutama sistem perbankan, sehingga jejak asal usul dana tersebut dapat dihilangkan.
37
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa tahap ini ialah tahap menempatkan dana dari hasil tindak pidana yang dalam hal ini ialah tindak pidana
perdagangan narkotika dengan cara memasukkannya ke dalam sistem keuangan
37
Aziz Syamsudin, Op. Cit, hal. 20.
Universitas Sumatera Utara
melalui lembaga perbankan. Lembaga perbankan yang menjadi tempat penyimpanan uang hasil perdagangan narkoba adalah bank-bank di luar negeri
yang tergolong beresiko tinggi high risk foreign banks. High risk foreign banks menjadi sarana penempatan uang hasil perdagangan narkoba dikarenakan
memiliki mekanisme dan instrumen keuangan, antara lain: a. rekening tanpa nama anonymous bank account;
b. layanan internet banking dan phone banking; c. kartu ATM dan kartu kredit;
d. ketersediaan layanan perbankan di mana pun; e. penarikan tunai tanpa batasan; dan
f. transfer keuangan tanpa perlu menyertakan nama pengirim anonymity.
2. Layering Pelapisan Pada tahap ini berbagai cara dapat dilakukan yakni dengan tujuan
menghilangkan jejak, baik ciri-ciri aslinya atau asal usul uang tersebut sehingga uang tersebut tidak terlihat sebagai uang hasil tindak pidana perdagangan
narkotika.
38
Misalnya melakukan transfer dari berbagai rekening ke lokasi lainnya atau dari suatu Negara ke Negara lain dan dapat dilakukan berkali-kali, memecah-
mecah jumlah dananya di bank dengan maksud mengaburkan asal-usulnya, mentransfer dalam bentuk valuta asing, membeli saham, melakukan transaksi
derivatif dan lain-lain. Tahap layering dalam pencucian uang hasil perdagangan narkoba
dilakukan untuk melapisi, memecah atau mengaburkan uang hasil perdagangan narkoba yang terdapat dalam sistem keuangan agar sulit untuk dideteksi. Kegiatan
38
Pathorang Halim,
Op. Cit,
hal 37.
Universitas Sumatera Utara
la yering dalam pencucian uang hasil perdagangan narkoba antara lain smurfing,
money cha nger dan membeli portofolio saham di pasar bursa.
a . Smurfing
Smurfing merupakan kegiatan mentransfer sejumlah uang ke berbagai
rekening lain yang terdapat di bank dalam atau luar negeri.
b. Money changer
Money changer dalam pencucian uang hasil perdagangan narkoba adalah
kegiatan menukarkan sejumlah uang hasil perdagangan narkoba dengan mata uang asing. Akibat dari penukaran uang tersebut ialah terdapat
perbedaan nilai mata uang yang telah ditukarkan tersebut. Kasus money cha nger
dalam kegiatan pencucian uang hasil perdagangan narkoba marak terjadi di Kolombia, Panama dan Indonesia.
c. Membeli portofolio saham
Pasar bursa merupakan sarana pencucian uang yang cukup efektif. Menurut Freddy R. Saragih, hal ini dikarenakan, berbagai investor, baik
dalam dan luar negeri dapat melakukan beragam transaksi keuangan di bursa saham. Uang hasil
perdagangan narkoba ditransfer kepada broker
untuk kemudian dikelola dalam bursa saham. Uang tersebut digunakan untuk
membeli sejumlah portofolio saham yang berasal dari perusahaan- perusahaan yang dicap infamous companies.
3. Integration Penyatuan Uang Integra tion
sebagai kegiatan akhir dalam proses pencucian uang hasil perdagangan narkoba tidak lagi memiliki hubungan yang langsung dengan
Universitas Sumatera Utara
kajahatan asal-nya. Terdapat tiga alasan melakukan bisnis integration dalam pencucian uang hasil perdagangan narkoba yaitu:
a. Berusaha untuk tidak melibatkan banyak orang dalam bisnis tersebut; b. Memiliki staf bisnis yang memiliki kecakapan kerja; dan
c. Mencipatakan bisnis yang bergerak dalam bidang perdagangan dan memiliki nilai produksi yang murah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA