Defenisi kapasitas Penyusunan Jadwal Induk Produksi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Defenisi kapasitas

Kapasitas adalah kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu dan biasanya dinyatakan dalam bentuk keluaran output per satuan waktu 2 . Tetapi kapasitas adalah konsep yang kabur, karena harus dihubungkan dengan sejauh mana suatu peralatan digunakan. Sebagai contoh, bisa saja ditetapkan sebagai kebijakan untuk bekerja hanya 5 hari seminggu, satu shift dalam sehari, dan produksinya 1000 satuan per minggu. Dengan dasar ini dapat dikatakan bahwa kapasitas normal adalah 1000 satuan output per minggu. Tetapi batas ini dapat ditingkatkan dengan kerja lembur sehingga batas kapasitas dengan kerja lembur 1150 satuan. Dengan menambah shift kedua, kapasitas dapat ditingkatkan lebih lanjut menjadi 1800 satuan per minggu. Dalam kaitannya dengan defenisi di atas maka perencanaan kapasitas berusaha untuk mengintegrasi faktor-faktor produksi untuk meminimalisasi ongkos fasilitas produksi. Dengan kata lain, keputusan-keputusan yang menyangkut kapasitas produksi harus mempertimbangkan faktor-faktor ekonomis fasilitas produksi tersebut.

3.2. Pengukuran Waktu

Time Study Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu penyelesaiannya berlangsung paling singkat 3 . Untuk menghitung waktu baku standard 2 Buffa Elwod S. Manajemen ProduksOperasi Moderen. Jakarta : Erlangga, 1983. Hal.121. 3 Wignjosoebroto.Sritomo.Ergonomi,, Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Widya,2000.Hal.169-170. Universitas Sumatera Utara time penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metode kerja terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja work measurement atau time study. Pengukuran waktu kerja ini berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu pekerjaaan. Pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu dibagi ke dalam dua bagian yaitu: 1. Pengukuran waktu secara langsung Pengukuran ini dilaksanakan secara langsung yaitu di tempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dijalankan. Misalnya pengukuran kerja dengan jam henti stopwach time study dan sampling kerja work sampling. 2. Pengukuran secara tidak langsung Pengukuran ini dilakukan dengan menghitung waktu kerja tanpa si pengamat harus ditempat kerja yang diukur. Pengukuran waktu dilakukan dengan membaca tabel- tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan. Misalnnya aktivitas data waktu baku standard data, dan data waktu gerakan predetermined time system. 3.2.1 . Stopwach Time Study Stopwach time study adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat yang telah disiapkan. Sesuai dengan namanya, maka pengukuran waktu ini menggunakan jam henti stop wacth sebagai alat utamanya 4 . 4 Ibid.hal.171-173. Universitas Sumatera Utara Langkah langkah pengukuran waktu kerja dengan menggunakan stopwach time study adalah: 1. Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada. Dalam penentuan tujuan tersebut, dibutuhkan adanya tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang digunakan dalam pengukuran jam henti. 2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan seperti layout, karakteristik spesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan. 3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetil-detilnya tapi masih dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya. 4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut. 5. Tetapi jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah jumlah penelitian yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak, tes pula keseragaman data yang diperoleh. 6. Tetapkan rating factor operator, rating faktor ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performansi operator. Untuk elemen kerja yang sepenuhnya dilakukan oleh mesin maka performansi dianggap normal 100. 7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performansi kerja yang ditunjukkan oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal. 8. Tetapkan waktu longgar allowance time guna memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti kebutuhan yang bersifat personal, kelelahan, keterlambatan material. Universitas Sumatera Utara 9. Tetapkan waktu kerja baku standard time yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu longgar.

3.2.2 Pengujian Keseragaman Data

Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menyebar seragam atau tidak. Selama melakukan pengukuran, operator mungkin mendapatkan data yang tidak seragam. Untuk itu digunakan alat yang dapat mendeteksinya yaitu peta kendali 5 . Data dikatakan seragam jika berada dalam batas kontrol dan data dikatakan tidak seragam jika berada diluar batas kontrol. Untuk menghitung uji keseragaman data, dilakukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk. Rumus yang digunakan untuk menghitung waktu rata-rata adalah sebagai berikut : X = n Xi  2. Menghitung standar deviasi dengan rumus sebagai berikut:  = 1 2    n X Xi 3. Menghitung BKA Batas Kontrol Atas dan BKB Batas Kontrol Bawah dengan rumus sebagai berikut: BKA = X + k  BKB = X - k  Keterangan: 5 Iftikar Z. Sutalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja Cet. II: Bandung : ITB, 2006, h. 151 Universitas Sumatera Utara X : waktu rata-rata  : standar deviasi BKA : batas kontrol atas BKB : batas kontrol bawah k : nilai yang diperoleh untuk luasan kurva normal pada tingkat keyakinan pengamatan

3.2.3. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data berguna untuk memastikan bahwa jumlah sampel yang telah dikumpulkan telah cukup untuk mewakili populasi, sehingga dapat digunakan bagi pengolahan data selanjutnya 6 . Uji kecukupan data dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: N = 2 \ 2 2                 i i i X X X n s k Keterangan: X i : waktu pengamatan setiap elemen kerja untuk tiap siklus yang diukur. k : nilai yang diperoleh untuk luasan kurva normal pada tingkat keyakinan pengamatan. s : derajat ketelitian dari data X i yang dikehendaki, yang menunjukkan maksimun penyimpangan yang bisa diterima dari nilai X i yang sebenarnya. 6 Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja Cet. I: Surabaya : Guna Widya, 2000, h. 134-135 Universitas Sumatera Utara N : jumlah siklus pengamatanpengukuran awal yang dilakukan untuk elemen kegiatan yang dipilih. N’ : jumlah siklus pengamatanpengukuran yang seharusnya dilaksanakan agar diperoleh ketelitian yang diharapkan. Jumlah pengukuran waktu dikatakan cukup apabila jumlah pengukuran minimum dibutuhkan secara teoritis lebih kecil atau sama dengan jumlah pengukuran pendahuluan yang sudah dilakukan N’ N. Jika jumlah pengukuran masih belum mencukupi maka harus dilakukan pengukuran lagi sampai jumlah pengukuran tersebut cukup. 3.2.4. Rating F actor dan Allowance Rating factor adalah perbandingan performansi seorang pekerja dengan konsep normalnya. Salah satu cara menentukan rating factor adalah dengan menggunakan cara Westinghouse 7 . Terdapat 4 faktor yang dianggap sangat menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu: 1. Keterampilan Skill Keterampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai tingkat tertentu saja, yaitu tingkat kemampuan maksimal yang dapat diberikan oleh pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan merupakan attitude untuk pekerjaan yang bersangkutan. 2. Usaha Effort 7 Iftikar Z. Sutalaksana, dkk. opcit. h. 157-172. Universitas Sumatera Utara Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Usaha mempunyai korelasi yang kuat dengan keterampilan. 3. Kondisi Kerja Condition Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan tempat bekerja seperti keadaan pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja merupakan faktor di luar operator yang diterima apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan mengubahnya. Oleh sebab itu, faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya 4. Konsistensi Consistency Konsistensi pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dari suatu kerja ke kerja yang lain tanpa mengalami banyak perubahan yang berarti. Kelonggaran allowance diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah kebutuhan di luar kerja, yang terjadi selama pekerjaan berlangsung. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu: 1. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi personal Kelonggaran yang termasuk di dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman seperlunya untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejenuhan sewaktu bekerja. 2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Universitas Sumatera Utara Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat dari melakukan suatu pekerjaan. 3. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar kekuasaankendali pekerja, seperti mesin macet, listrik padam, dan lain-lain.

3.2.5. Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku

Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan pekerjaan pada kecepatantempo kerja yang normal 8 . Waktu normal merupakan waktu siklus dengan telah mempertimbangkan rating factor . Waktu baku adalah waktu untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan yang dilakukan menurut metode kerja tertentu pada kecepatan normal dengan mempertimbangkan allowance . Rumus yang digunakan untuk menghitung waktu normal dan rating factor adalah sebagai berikut: WN = WT x RF RF = 1 + westinghouse factor Keterangan : WN : waktu normal WT : waktu terpilih RF : rating factor Rumus yang digunakan untuk menghitung waktu baku adalah sebagai berikut: 8 Wignjosoebroto Sritomo. Opcit. Hal.200-203. Universitas Sumatera Utara WB = WN x 100 100 Allowance  Keterangan : WB : waktu baku Allowance : kelonggaran

3.3. Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa 9 . Peramalan tidak perlu terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi pasar bersifat komplek dan dinamis. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat komplek dan dinamis, karena permintaan tersebut akan tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing dan produk substitusi. Oleh karena itu, peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.

3.3.1. Karakteristik Peramalan yang Baik

Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain: 9 Nassution Arman Hakim. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yogyakarta :Graha Ilmu,2008.hal. 21- 24 Universitas Sumatera Utara 1. Akurasi Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias apabila peramalan tersebut terlau tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relatif kecil. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak modal yang akan terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting dalam menyeimbangkan persediaan yang ideal meminimalisasi penumpukan persediaan dan memaksimisasi tingkat pelayanan, 2. Biaya Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan, bagaimana penyimpanan datanya dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat, misalnya item-item yang Universitas Sumatera Utara kurang penting bisa diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari Hukum pareto. 3. Kemudahan Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia, maupun peralatan teknologi.

3.3.2. Metode peramalan

Metode peramalan dapat diklasifikasiksn menjadi dua kelompok besar yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Kedua kelompok tersebut memberikan hasil peramalan yang kuantitatif. Perbedaanya terletak pada cara peramalan yang dilakukan. Metode kualitatif pada umumnya digunakan apabila data kuantitatif tentang permintaan tidak tersedia atau akurasinya tidak memadai. Peramalan berdasarkan metode kuantitatif intrinsic forecasting mempunyai asumsi bahwa data permintaan masa lalu dari produk atau item yang diramalkan mempunyai pola yang diperkirakan masih berlanjut ke masa yang akan datang. Pola permintaan tersebut mungkin kurang jelas terlihat karena faktor random yang menghasilkan fluktuasi. 10 10 Sinulingga, Sukaria. Perencanaan Pengendalian Produksi. Yogyakarta :Graha Ilmu. 2009 . hal 113-117 Universitas Sumatera Utara

3.3.3. Metode

Time Series Metode time series adalah metode peramalan yang digunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu 11 . Langkah penting dalam memilih suatu metode time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Adapun metode peramalan yang termasuk dalam metode time series adalah metode smoothing, proyeksi kecenderungan dengan regresi, dan dekomposisi.

3.3.3.1. Metode Proyeksi Kecenderungan dengan Regresi

Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Untuk peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan dengan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan, minimal lima tahun. Namun, semakin banyak data yang dimiliki semakin baik hasil yang diperoleh. Bentuk fungsi dari metode ini dapat berupa: a. Konstan, dengan fungsi peramalan Yt: Yt = a , dimana N Y a   1 dimana : Yt = nilai tambah N = jumlah periode b. Linier, dengan fungsi peramalan: 11 Ginting, Rosnani. Sistem Produksi. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2007. Hal 46, 55-56. Universitas Sumatera Utara Yt = a + bt n bt Y a             2 2 t t n y t ty n b c. Kuadratis, dengan fungsi peramalan : Yt = a + bt + ct 2 dimana : n t c t b Y a     2      b c 2          b        4 2 2 t n t      tY n Y t      Y t n Y t 2 2       3 2 2 t n t t  d. Eksponensial, dengan fungsi peramalan : Yt = ae bt dimana : n t b Y a     ln ln   2 2 ln ln ln         t t n Y t Y t n a e. Siklis, dengan fungsi peramalan : n t c n b a Y t   2 cos 2 sin ˆ    Universitas Sumatera Utara dimana : n t c n t b n a Y   2 cos 2 sin      n t n t c n b n t a n t Y      2 cos 2 sin 2 sin 2 sin 2 sin 2       n t n t b n c n t a n t Y      2 cos 2 sin 2 cos 2 cos 2 cos 2       

3.3.3.2. Metode Dekomposisi

Bila pola data tidak dapat ditentukan dengan kombinasi dari fungsi yang ada sehingga tidak dapat diramalkan secara biasa 12 , Pola tersebut didekati dengan fungsi linear atau siklis, kemudian dibagi atas segmen waktu tertentu berdasarkan pola data yang ada. Metode dekomposisi merupakan pendekatan peramalan yang tertua. Terdapat beberapa pendekatan alternatif untuk mendekomposisikan suatu deret berkala yang semuannya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin. Konsep dasar pemisahan bersifat empiris dan tetap, yang mula-mula memisahkan unsur musiman dan trend. Adapun langkah-langkah pekerjaan peramalan dengan metode dekomposisi, yaitu: 1. Menghitung nilai rata-rata bergerak Nilai rata-rata bergerak yang dihitung adalah rata-rata bergerak dalam kurun waktu per t periode selama n periode. Nilai rata-rata diletakkan di pertengahan periode. 12 Forgarty W. Donald. Production Inventory Management Ohio : South – Westren Publishing.Co.1991. hal 101 - 107 Universitas Sumatera Utara 2. Menghitung nilai indeks musim Nilai indeks musim dihitung dengan menggunakan nilai indeks rata-rata bergerak yang telah dihitung sebelumnya. Hal pertama yang dilakukan adalah menghitung nilai faktor musim dengan cara membagikan hasil rata-rata bergerak dengan permintaan di periode yang sama, kemudian menghitung nilai indeks musim dengan cara merata-ratakan nilai dari faktor musim yang ada. 3. Mencari persamaan garis trend Garis trend dapat dicari dengan menggunakan persamaan: YX = a + bX Berdasarkan persamaan tersebut maka langkah pertama yang harus dilakukan untuk mencari persamaan garis trend adalah menghitung nilai a dan b: b = ∑ ∑ ∑ ∑ a = Y – bx 4. Menghitung nilai persamaan garis trend Nilai persamaan garis trend dihitung di setiap periode peramalan yang diinginkan. Nilai persamaan garis trend dapat dihitung dengan memasukkan nilai periode yang diinginkan. 5. Menghitung nilai ramalan akhir Nilai ramalan akhir didapatkan dengan cara mengalikan nilai persamaan garis trend dengan nilai indeks musim. Universitas Sumatera Utara

3.3.4. Kriteria Performance Peramalan

Besar kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara 13 , yaitu: 1. Mean Square Error MSE   m f f MSE t t m t 2 1 ˆ     dimana: t f : data aktual periode t t fˆ : nilai ramalan periode t m : banyaknya periode 2. Standard Error of Estimate SEE   f n Ft Xt SEE m t     1 2 dimana : f = derajat kebebasan f = 1 data konstan f = 2 data linier atau eksponensial f = 3 data kuadratis atau siklis 3. Percentage Error PE   100 x X F X PE t t t   4. Mean Absolute Percentage Error MAPE m P E MAP E t m t    1 13 Ginting, Rosnani.Op.cit,hal. 58-60 Universitas Sumatera Utara

3.4. Penyusunan Jadwal Induk Produksi

Jadwal induk produksi Master Production scheduling ialah suatu pernyataan tentang produk akhir apa atau item apa yang direncanakan untuk diproduksi, berapa banyak produk atau item tersebut akan diproduksi pada setiap periode sepanjang rentang waktu perencanaan 14 . Rencana induk operasi berfungsi sebagai basis dalam penentuan jadwal proses operasi di lantai pabrik, jadwal pengadaan bahan dari luar perusahaan boughtout materials dan jadwal aloksi sumber daya untuk mendukung jadwal pengiriman produk kepada pelanggan. Setiap produk tidak terkecuali bahan kebutuhan pokok selalu mengalami fluktuasi permintaan. Permintaan pasar terhadap produk yang berfluktuasi akan menimbulkan fluktuasi dalam kebutuhan sumber daya produksi seperti bahan baku, kapasitas produksi dan tenaga operator. Fluktuasi kebutuhan terhadap sumber daya produksi ini, akan menimbulkan kesulitan tersendiri karena faktor supply yaitu kapasitas produksi dan jumlah tenaga operator pada umumnya relatif konstan sehingga ada peluang terjadinya ketidaksesuaian antara jumlah sumber daya yang dibutuhkan dan jumlah sumber daya yang tersedia. Ada dua faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menjabarkan rencana agregat ke dalam jadwal induk produksi. Pertama ialah kondisi fluktuasi permintaan masing-masing kelompok produk dari tentang musim ke musim. Yang dimaksud dengan rentang musim adalah rentang periode terjadinya perubahan permintaan secara signifikan. Misalnya, besarnya permintaan terhadap produk tertentu relative rendah 14 Sinulingga, Sukaria. Op.cit.hal 131-136 Universitas Sumatera Utara selama bulan Januari, Februari dan Maret, tetapi pada permintaan rata-rata pada tiga bulan sebelumnya. Dengan mengidentifikasi persentase perubahan perkiraan permintaan pasar pada setiap musim maka rencana produksi agregat tahun pertama dapat diuraikan ke dalam rencana produksi agregat bulanan. 3.5. Rought-cut Capacity Planning RCCP Rought-cut capacity planning menghitung kebutuhan kapasitas secara kasar dan membandingkannya dengan kapasitas yang tersedia 15 . Perhitungan secara kasar yang dimaksud terlihat dalam dua hal yang menjadi karakteristik RCCP yaitu: pertama, kebutuhan kapasitas masih didasarkan kepada kelompok produk, bukan produk dan kedua, tidak memperhitungkan jumlah persediaan yang telah ada. Capacity Required = Σ a ik b kj untuk semua i, j 16 Keterangan: a ik = Waktu pengerjaan produk k pada stasiun kerja i b kj = Jumlah produk k yang akan dijadwalkan pada periode j 3.6. Material Requirement Planning MRP Material Requirement Planning MRP adalah tipikal perencanaan dalam suatu perusahaan manufaktur, khususnya mengenai penjadwalan alur barang ke dan melalui proses pembuatan barang jadi 17 . Teknik MRP digunakan untuk perencanaan 15 Ibid.hal 137 -141 16 Forgarty W. Donald. Production Inventory Management Ohio : South – Westren Publishing.Co.1991. hal 413. 17 Indra jit Eko Richardus.Manajemen Persediaan.Jakarta :Gramedia, 2003.hal 215. Universitas Sumatera Utara pengendalian item barang yang tergantung pada item – item dengan tingkat yang lebih tinggi 18 . Input MRP adalah 1. Jadwal induk produksi Jadwal induk produksi didasarkan pada peramalan atas permintaan dari setiap produk akhir yang dibuat. 2. Catatan keadaan persediaan Catatan keadaan persediaan menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan yang berkaitan dengan a. Jumlah persediaan yang dimiliki setiap periode on hand periode b. Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pemesanan tersebut akan datang. c. Waktu ancang – ancang dari setiap bahan. 3. Struktur produk Struktur produk berisi informasi tentang hubungan komponen-komponen produk dalam suatu sub assembling. Adapun langkah – langkah melakukan perhitungan MRP yaitu : 19 1. Netting Pada tahap ini dilakukan proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horizon perencanaan. NR = GR –SR + OH 18 Ginting, Rosnani.Op.cit,hal. 168 - 170 19 Nasution Arman Hakim.Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Surabaya : Guna Widya.1999.hal 126 Universitas Sumatera Utara Keterangan: NR : Kebutuhan bersih GR : Kebutuhan kotor SR : Jadwal penerimaan OH : Persediaan ditangan 2. Lotting Langkah ini bertujuan untuk menentukan besarnya pesanan individu yang optimal berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih. Metode yang digunakan Economic Order Quantity EOQ Penentuan ukuran lot persediaan bahan baku dengan menggunakan Economic Order Quantity EOQ 20 EOQ = h Dk 2 Keterangan : k = Biaya pembelian D = Demand rata- rata per horizon h = Biaya simpan 3. Offseting Langkah ini bertujuan agar kebutuhan komponen dapat tersedia tepat pada saat dibutuhkan dengan memperhitungkan lead time pengadaan komponen tersebut. 20 Ibid : 106. Universitas Sumatera Utara 4. Exploding Langkah in ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkst item komponen pada level yang lebih rendah dari struktur produk yang tersedia. 3.7. Capacity Requirement Planning CRP Perencanaan kebutuhan kapasitas Capacity Requirement Planning adalah menguji asumsi dan mengidentifikasi area yang melebihi kapasitas dan yang berada dibawah kapasitas sehingga perencana dapat mengambil tindakan yang tepat 21 . Input dari CRP adalah : a. Jadwal yang merupakan salah satu out put dari MRP. b. Routing data adalah jalur proses produksi dengan perkiraan waktu operasi. Analisis CRP membutuhkan perhitungan yang terpisah berkaitan dengan kebutuhan set up time dan run time . Analis CRP lebih rinci dibandingkan dengan RCCP dimana dalam analisi CRP dibutuhkan informasi tentang standard run time per unit item yang dibuat. Perhitungan operation time per unit dalam analisis CRP menggunakan formula berikut : Operation Time unit = Run time unit + set up time unit Pada dasarnya beberapa langkah yang diperlukan untuk melaksanakan analisis CRP yaitu: 1. Memperoleh informasi tentang pesanan produk yang dikeluarkan dari MRP 2. Memperoleh informasi tentang standard run time per unit dan standard set up time per lot size 21 Gaspers, Vincent. Production Planning and Inventory control Berdasarkan Pendekatan Sistem terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21, 2001`. Jakarta : PT Gramedia hal :202-216. Universitas Sumatera Utara 3. Menghitung kapasitas yang dibutuhkan dari masing – masing pusat kerja. 4. Membuat laporan CRP dalam membuat laporan CRP perhitungkan sumber daya spesifik penggunaan jam mesin dan kondisi aktual mesin seperti tingkat efisiensi dan utilitas penggunaan sumberdaya. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menyeimbangkan kapasitas dan beban yaitu : 1. Meningkatkan kapasitas a. Menambah ekstra shift b. Menjadwalkan lembur atau over time c. Menambah peralatan atau personil d. Sub kontrak satu atau lebih shop order 2. Mengurangi kapasitas a. Menghilangkan shift atau menguragi panjang dari shift b. Reassign personnel temporally JIT menyarankan penggunaan penggunaan waktu ini untuk investasi dalam pendidikan tenaga kerja atau melakukan perawatan terhadap peralatan dan fasilitas 3. Meningkatkan beban a. Mengeluarkan pesanan lebih awal b. Meningkatkan ukuran lot c. Meningkatkan MPS d. Membuat item dalam keadaan normal item itu dibeli atau disub kontrakkan. 4. Mengurangi beban a. Subkontrakkan pekerjaan ke pemasok luar b. Mengurangi ukuran lot Universitas Sumatera Utara c. Mengurangi MPS 5. Mendistribusikan kembali beban a. Menggunakan alternative work center b. Menggunakan alternatif routing c. Memperbaiki MPS Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Sinar Utama Nusantara yang bergerak dalam industri produk pipa yang berlokasi di Jalan Batangkuis Km 3.8 Pasar V, Desa Telaga Sari, Kelurahan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dari bulan November 2014 hingga Maret 2015.

4.2 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan applied research karena dilakukan untuk pemecahan masalah nyata untuk perencanaan kebutuhan kapasitas berdasarkan pengukuran dan analisis datanya.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diamati adalah proses pengolahan dan kapasitas produksi pipa PVC.

4.4. Variabel Yang Diamati

Variabel yang diamati selama penelitian adalah sebagai berikut: 1. Permintaan produk Jumlah produk yang diminta oleh konsumen. Data ini merupakan data historis perusahaan. Universitas Sumatera Utara