26
2.4. Bahan Tambahan Pada Tablet
Komposisi umum dari tablet adalah zat brkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang – kadang
dapat ditambahkan bahan pewangii flavouring agent, bahan pewarna coloring agent dan bahan- bahan lainya Ansel, 1989 .
a. Pengisi
Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan mssa yang dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologi, selain itu juga dapat dicernakan dengan baik
Voight, 1994. Bahan – bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol, amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, magnesium
karbonat Soekemi, dkk., 1987. b.
Pengikat Untuk membrikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin
penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butiran granulat Voight, 1994. Pengikat yang umum digunakan yaitu ; amilum, gelatin, glukosa, gom arab,
natrium alginat, cmc, polivinilpirilidon, dan veegum Soekemi, dkk., 1987. c.
penghancur untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak denga cairan saluran
pencernaan dan mempermudah absorpsi Lachman,dkk.,1994. Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu : amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan
clays Soekemi, dkk., 1987.
Universitas Sumatera Utara
27
d. Pelicin
Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul – granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antar
butir – butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi,
amilum maydis Soekemi, dkk., 1987.
Metode Pembuatan Sediaan Tablet 1. Cetak Langsung
Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuranbahan obat bahan pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk bahan-
bahan tertentu saja yang berbentuk kristal butir-butir granul yang mempunyai sifat-sifat yang diperlukan untuk membuat tablet yang baik.
Keuntungan utama dari cetak langsung ini adalah untuk bahan obat yang peka lembab dan panas, dimana stabilitasnya terganggu akibat pekerjaan granulasi,
tetapi dapat dibuat menjadi tablet. Meskipun demikian hanya sedikit bahan obat yang mampu dicetak secara langsung, seperti ammonium bromide, ammonium
klorida, kalium bromide, kalium klorida, natrium bromide, natrium klorida, heksamin Voigt, R., 1995.
2. Granulasi Kering
Disebut juga slugging atau prekompresi. Cara ini sangat tepat untuk tabletasi zat- zat yang peka suhu atau bahan obat yang tidak stabil dengan adanya air. Obat dan
bahan pembantu pada mulanya dicetak dulu, artinya mula-mula dibuat tablet yang
Universitas Sumatera Utara
28
cukup besar, yang massanya tidak tertentu. Selanjutnya terjadi penghancuran tablet yang dilakukan dalam mesin penggranul kering, atau dalam hal yang
sederhana dilakukan di atas sebuah ayakan. Granulat yang dihasilkan kemudian dicetak dengan takaran yang dikehendaki Voigt, R., 1995.
3. Granulasi Basah
Pada teknik ini juga memerlukan langkah-langkah pengayakan, penyampuran dan pengeringan. Pada granulasi basah, granul dibantuk dengan suatu bahan pengikat.
Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk.
Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan tergantung pada komponen campuran. Karena massa hanya sampai konsistensi lembab bukan
basah seperti pasta, maka bahan pengikat yang ditambahkan tidak boleh berlebihan Banker, G.S dan Anderson, N.R., 1994 .
Pada proses pengayakan, mengubah massa lembab menjadi kasar, gumpalan- gumpalan granul dengan melewatkan massa pada ayakan. Tujuannya agar granul
lebih kompak, meningkatkan luas permukaan untuk memudahkan pengeringan. Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk
menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan-gumpalan granul dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum
Banker, G.S dan Anderson, N.R., 1994.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, pemeriksaan karakteristik dari pati kentang Solanum
tuberosum L serta pengujian spesifikasi eksipien tablet.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang dinakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, pipet tetes, kertas saring, kaca objek, cawan porselen, Blender,
eksikator, mikroskop Olympus, oven listrik Stork, neraca analitik Vibra AJ, dan penangas air Yenaco, Viskosimeter Oswold, Alat Uji Distribusi Partikel
Shakker .
3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah, kentang kuning dan kentang putih, pati dari jenis kentang, Cornstarch, aquadest, Larutan
Iodine. 3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Prosedur Isolasi Pati Kentang :
Cara kerjanya ; Pati kentang dapat diperoleh dengan cara menimbang umbi kentang sebanyak 1
kg kemudian dikupas dan dicuci. Kentang dihaluskan dengan menggunakan blender sampai diperoleh masa seperti bubur. Masa seperti bubur tersebut
direndam selama 24 jam dan dilanjutkan dengan memeras menggunakan kain blacu warna putih dan bersih. Fitrat diendapkan lebih kurang selama 24 jam, lalu
Universitas Sumatera Utara