35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Formulasi Sediaan Antiperspiran Bentuk Batang
Sediaan Antiperspiran yang diperoleh berbentuk batang, padat, mudah dioles dan merata, terasa lembut dan dingin saat dioleskan, tidak terdapat partikel-
partikel kasar, berwarna putih seperti susu, dan beraroma khas parfum. Variasi konsentrasi 10, 15, 20, 25, dan 30 tawas yang digunakan tidak
menghasilkan perbedaan bentuk dan daya oles pada setiap sediaan.
4.2 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan
4.2.1 Penentuan pH sediaan
Diperoleh pH sediaan antiperspiran bentuk batang masing-masing konsentrasi dengan tiga kali pengukuran, hasil dapat dilihat pada Tabel 4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.1 Data pengukuran pH sediaan
Formula Pengukuran pH sediaan
pH rata- rata
I II
III A
3,8 3,7
3,7 3,7
B 3,7
3,6 3,7
3,7 C
3,7 3,7
3,8 3,7
D 3,7
3,7 3,7
3,7 E
3,6 3,7
3,7 3,7
Keterangan: Formula A : Sediaan dengan konsetrasi tawas 10
Formula B : Sediaan dengan konsentrasi tawas 15 Formula C : Sediaan dengan konsentrasi tawas 20
Formula D : Sediaan dengan konsentrasi tawas 25 Formula E : Sediaan dengan konsentrasi tawas 30
Hasil pemeriksaan pH menunjukkan bahwa sediaan antiperspiran yang dibuat memiliki pH 3,7. pH ini mendekati pH fisiologis kulit yaitu 3,5 - 5
36 Tranggono dan Latifah, 2007. Dengan demikian formula tersebut dapat
digunakan untuk sediaan antiperspiran. Penggunaan garam aluminium dalam sediaan dianggap mempunyai efek
antibakteri karena menghasilkan pH asam dari proses penguraian oleh air Ditjen POM, 1985. Hal ini disebabkan karena penambahan propilen glikol pada saat
pembuatan sediaan, propilen glikol mengabsorpsi air dari udara ke dalam sediaan sehingga kadar air bertambah Soeratri, dkk., 2004. Adanya ion sulfat dalam
tawas membuat sediaan bersifat asam Winarno, 1991. Selain itu garam aluminium dapat menciutkan pori sehingga dapat mengurangi pengeluaran
keringat Eiri Board of Consultants Engineers, 2000. Oleh karena itu garam- garam aluminium memiliki efek deodoran dan antiperspiran.
Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan sediaan deodoran antiperspiran dengan bahan aktif garam-garam aluminium adalah terjadinya
kerusakan pada kain dan iritasi pada kulit akibat pH sediaan yang asam Poucher, 1976.
4.2.2 Pemeriksaan homogenitas
Hasil pemeriksaan homogenitas selama 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan pada Lampiran 4.
Pengamatan sampai pada minggu ke 12 formula A, B, dan C menunjukan bahwa sediaan tetap tidak memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar terbukti
pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan menunjukan susunan yang homogen dan pada saat dioleskan di permukaan kulit tidak kasar. Tetapi, formula
D dan E sampai pada minggu ke 12 memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar, pada saat dioleskan pada kaca transparan menunjukan susunan yang tidak
37 homogen dan terasa kasar pada saat dioleskan di permukaan kulit. Hal ini
disebabkan karena konsentrasi tawas terlalu tinggi sehingga partikel tawas kembali membentuk kristal-kristal kecil Ditjen POM, 1985; Butler, 2000.
Tabel 4.2
Data pemeriksaan homogenitas sediaan
No Formula
Pengamatan Homogenitas Sebelum 12 minggu
Setelah 12 minggu
1 A
2 B
3 C
4 D
X
5 E
X
Keterangan: Formula A : Sediaan dengan konsetrasi tawas 10
Formula B : Sediaan dengan konsentrasi tawas 15 Formula C : Sediaan dengan konsentrasi tawas 20
Formula D : Sediaan dengan konsentrasi tawas 25 Formula E : Sediaan dengan konsentrasi tawas 30
: Homogen X
: Tidak Homogen
4.2.3 Stabilitas sediaan