Antiperspiran Antiperspiran dan Deodoran

9 mengontrol termoregulasi, sehingga deodoran digolongkan sebagai sediaan kosmetik Butler, 2000; Egbuobi, dkk., 2013. Sediaan deodoran bukanlah sediaan antiperspiran tetapi sediaan antiperspiran secara otomatis adalah sediaan deodoran juga. Hal ini karena sediaan antiperspiran dapat mengurangi populasi bakteri ketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan berkurang. Sekarang ini, ada dua zat aktif yang biasa digunakan dalam sediaan antiperspiran deodoran yaitu aluminium klorohidrat AKH dan aluminium zirkonium klorohidrat AZKH keduanya aman dan efektif Butler, 2000; Rahayu, dkk., 2009. Menurut BPOM RI No. HK. 03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang persyaratan teknis bahan kosmetika, kadar maksimal untuk garam aluminium adalah 20, zirkonium 5,4 dalam setiap sediaan antiperspiran serta mencatumkan peringatan “jangan digunakan pada kulit yang teriritasiluka”.

2.3.1 Antiperspiran

Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menekan produksi keringat, baik ekrin maupun apokrin Gros dan Keith, 2009. Mekanisme antiperspiran dapat berupa Wasitaatmadja, 1997: 1. Penyumbatan saluran keringat atau muara saluran keringat dengan cara: a. Membentuk endapan protein keringat b. Membentuk endapan keratin epidermis c. Membentuk infiltrat dinding saluran keringat Contoh: garam-garam aluminium, seperti Rahayu, dkk., 2009: a. Aluminium kalium sulfat tawasalum b. Aluminium klorohidrat 10 aluminium klorohidrat adalah kelompok garam yang mempunyai rumus umum Al n Cl 3n-m OH m , biasanya digunakan dalam deodoran dan antiperspiran serta flokulan pada permunian air. Aluminium klorohidrat digunakan dalam antiperspiran dan pada terapi hiperhidrosis. c. Aluminium klorida Aluminium klorida adalah bahan kimia dengan rumus kimia AlCl 3 . Aluminium klorida dikenal sebagai astringen dan antiseptik. d. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex; anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex; aluminium zirconium chloride hydroxide; aluminium zirconium tetrachlorohydrate; aluminium zirconium chlorohydrate. Mempunyai dua fungsi utama sebagai antiperspiran yaitu: 1. Ion aluminium dan zirkonium membentuk gel yang menyumbat saluran kelenjar keringat. Kemampuan menyumbat pori ini biasa terjadi pada antiperspiran berbasis aluminium. 2. Anhydrosis aluminium zirconium tetrachlorohydrex bersifat higroskopik sehingga menyerap keringat yang dihasilkan saluran yang tidak tersumbat pada tempat pertama. Kedua fungsi inilah aluminium zirconium tetrachlorohydrex dikatakan dapat mengurangi keringat dan bau badan. 2. Penekan produksi keringat oleh kelenjar keringat, dapat berupa Wasitaatmadja,1997 : a. Antikolinergik, misalnya propantelen bromida, skopolamin bromida. Jarang dipakai karena efek sampingnnya. Bila dipakai, maka kosmetik ini termasuk dalam kosmetik medik atau obat topikal. 11 b. Golongan aldehida, yang menekan produksi keringat dengan cara mengurangi peredaran darah vasokonstriksi kulit ditempat tersebut. jarang digunakan karena efek samping sensitisasi. Pada umumnya sediaan antiperspiran menggunakan aluminium klorohidrat, aluminium klorida sebagai zat aktif karena mempunyai sifat astringen dan antibakteri dan mempunyai pH 4 yang tidak menyebabkan iritasi dan tidak merusak jaringan kulit. Dahulu, zat aktif yang sering digunakan dalam antiperspiran aluminium sulfat, aluminium klorida, dan aluminium fenolsulfonat. Aluminium klorida dan aluminium sulfat merupakan zat yang efektif, tidak toksik, tetapi sangat asam, pH antara 2-3. Hal ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan merusak pakaian, terutama yang terbuat dari kapas dan rayon. Untuk mengurangi keasaman antiperspiran dibuat dapar Ditjen POM, 1985; Butler, 2000. Gangguan pada mekanisme keringat akan mempersulit pembuatan pola pengujian laboratorium untuk mengevaluasi antiperspiran. Ada korelasi antara kekuatan pengendapan protein oleh garam logam dan aktivitas antiperspiran. Penilaian antiperspiran berdasarkan jumlah pengeluaran keringat dapat dilakukan dengan menggunakan metode noda semi kuantitatif terbaik dan metode pencatatan kontinyu dan gravitasi Ditjen POM, 1985 yaitu: 1. Metode Noda Metode yang berdasarkan reaksi iodum pati. Metode yang sangat sederhana dan cepat berdasarkan reaksi serbuk biru bromfenol yang disuspensikan ke dalam minyak silikon, akan memberikan noda kebiruan pada permulaan keluarnya keringat. Dengan mengkombinasi kedua metode diperoleh catatan permanen noda hitam - biru pada kertas toilet yang telah mengabsorpsi 12 keringat dan dapat diulang dengan meletakkan pada ketiak bola pingpong yang disalut dengan campuran serbuk biru bromfenol yang dibalut dengan kain kasa. Salutan berubah menjadi biru. Kepekatan warna yang dihasilkan menunjukan kecepatan sekresi keringat. 2. Metode pencatatan kontinyu dan gravimetri Metode gravimetri adalah metode paling baik untuk mengevaluasi efektifitas antiperspiran. Dalam metode ini bahan absorbennya adalah kain kasa yang telah ditara. Metode pencatatan kontinyu adalah metode paling teliti karena menggunakan higrometer elektrolit.

2.3.2 Deodoran