1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor makanan, faktor
kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dalam proses timbulnya bau badan, dimana kelenjar apokrin dan
ekrin yang dihasilkan telah terinfeksi bakteri yang berperan dalam proses pembusukan Jacoeb, 2007.
Indonesia merupakan suatu negara tropis yang selalu disinari matahari, sehingga berkeringat tidak dapat dihindari. Bagi seseorang keluarnya keringat
yang berlebihan dapat menimbulkan masalah, seperti misalnya menimbulkan bau badan yang kurang sedap. Bau badan sangat berhubungan dengan sekresi keringat
seseorang dan adanya pertumbuhan mikroorganisme, serta makanan dan bumbu- bumbuan yang berbau khas seperti bawang-bawangan Anonim, 2009. Keringat
merupakan hasil sekresi dari kelenjar-kelenjar yang bermuara pada kulit berupa sebum, asam lemak tinggi, dan debris pigmen yang terkumpul; sisa hasil
metabolisme pada kulit, oleh karena itu keringat dapat membantu terbentuknya produk yang berbau hasil dekomposisi atau penguraian oleh bakteri. Bau badan
lebih tercium pada daerah dengan kelenjar apokrin lebih banyak, seperti pada ketiak aksila dan daerah genital Mutschler, 1991; Rikowski dan
Grammer,1999. Penggunaan sabun dan air sebagai pencuci badan pada waktu mandi relatif
kurang efektif untuk mencegah bau badan. Untuk maksud tersebut dapat
2 dilakukan beberapa alternatif tindakan lain, seperti menggunakan sediaan
kosmetik anti bau badan Harry, 1982. Banyak individual yang telah menggunakan produk deodoran antiperspiran untuk mengontrol pengeluaran
keringat dan bau di ketiak, faktanya lebih dari 90 populasi di dunia ini telah menggunakannya Swaile, dkk., 2011.
Sediaan kosmetik deodoran antiperspiran mempunyai beberapa bentuk, seperti serbuk, krim, lotio, batang deo-stick, aerosol spray, dan lain
sebagainya. Bentuk batang atau stick deodoran adalah suatu sediaan anti bau badan yang sangat disukai karena mudah dan praktis digunakan, serta mudah
dibawa kemana-mana Leon dan David, 1954. Sediaan kosmetik anti bau badan biasanya mengandung deodoran dan
antiperspiran. Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menekan pengeluaran jumlah keringat Swaile, dkk., 2011. Deodoran adalah
sediaan yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga dapat mengurangi dekomposisi bakterial, dan mampu mengontrol bau badan
Harry, 1982. Tawas merupakan deodoran antiperspiran tradisional, yang berfungsi untuk memperbaiki bau badan, bekerja dengan menghambat sekresi
keringat dengan mengecilkan pori-pori Wasitaatmadja, 1997. Dalam perdagangan tawas tersedia dalam bentuk sediaan serbuk deodoran
antiperspiran. Bentuk sediaan ini kurang efektif karena dapat terlarut bersama- sama dengan keringat. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membuat sediaan
deodoran antiperspiran dalam bentuk batang stick dengan menggunakan bahan aktif tawas. Untuk mempercepat pengeringan sediaan pada saat dioleskan di kulit,
maka dipilih formula yang mengandung alkohol.
3
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: a.
Apakah tawas dapat diformulasikan dalam sediaan deodoran antiperspiran bentuk batang?
b. Apakah sediaan deodoran antiperspiran batang dengan bahan aktif tawas
stabil dalam penyimpanan pada suhu kamar? c.
Apakah sediaan deodoran antiperspiran batang dengan bahan aktif tawas tidak menyebabkan iritasi pada kulit?
d. Bagaimana keefektivitasan tawas pada sediaan deodoran antiperspiran bentuk
batang?
1.3 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah: a.
Tawas dapat diformulasikan dalam sediaan deodoran antiperspiran bentuk batang.
b. Sediaan deodoran antiperspiran bentuk batang dengan bahan aktif tawas stabil
dalam penyimpanan pada suhu kamar. c.
Sediaan deodoran antiperspiran batang dengan bahan aktif tawas tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
d. Tawas efektif sebagai deodoran antiperspiran bentuk batang.
1.4 Tujuan Penelitan
Tujuan penelitian ini adalah: a.
Untuk membuat sediaan deodoran antiperspiran bentuk batang dengan menggunakan zat aktif tawas.
4 b.
Untuk mengetahui kestabilan sediaan deodoran antiperspiran batang dengan tawas sebagai zat aktif dalam penyimpanan suhu kamar.
c. Untuk mengetahui sediaan deodoran antiperspiran batang dengan tawas
sebagai zat aktif tidak menyebabkan iritasi pada kulit. d.
Untuk mengetahui efektivitas tawas dalam sediaan deodoran antiperspiran batang.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memformulasikan tawas dalam sediaan bentuk batang dan melihat stabilitas sediaan serta efektifitasnya sebagai
deodoran antiperspiran.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA