Margareth Elisa Karina Purba : Analisa Kadar Total Suspended Solid Tss, Amoniak Nh
3
, Sianida Cn
-
Dan Sulfida S
2-
Pada Limbah Cair Bapedaldasu, 2009.
Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-zatkontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau bahan aditif, produk terbuang
atau gagal, pencucian dan pembilasan peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem air pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi
baku mutu, industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan terpadu baik di dalam proses produksi in-pipe pollution prevention dan setelah
proses produksi end-pipe pollution prevention. Pengendalian dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah yang ditimbulkan, juga konsentrasi
dan toksisitas kontaminannya. Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk menurunkan kadar bahan peencemar sehingga pada akhirnya air
tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan. Namun walaupun begitu,
masalah air limbah tidak sesederhana yang dibayangkan karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk
itu, pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPAL atau Unit Pengolahan Limbah UPL yang benar, serta pengoperasian yang cermat. http:www.likomedia.or.id
2.4. Beberapa Parameter Limbah Cair
2.4.1. Total Suspended Solid TSS
Total Suspended Solid TSS merupakan zat-zat padat yang berada pada dalam suspensi, dapat dibedakan menurut ukuranya sebagai partikel tersuspensi koloid partikel
Margareth Elisa Karina Purba : Analisa Kadar Total Suspended Solid Tss, Amoniak Nh
3
, Sianida Cn
-
Dan Sulfida S
2-
Pada Limbah Cair Bapedaldasu, 2009.
koloid dan partikel tersuspensi biasa partikel tersuspensi. Total Suspended Solid TSS yaitu jumlah berat dalam mgl kering lumpur yang ada didalam air limbah setelah
mengalami proses penyaringan dengan membrane berukuran 0,45 m. Adanya padatan – padatan ini menyebabkan kekeruhan air, padatan ini tidak terlarut dan tidak dapat
mengendap secara langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel – partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan – bahan organik
tertentu, tanah liat, dan kikisan tanah yang disebabkan terjadinya erosi tanah.
Total Suspended Solid TSS yang tinggi menghalangi masuknya sinar matahari kedalam air, sehingga akan mengganggu proses fotosintesis menyebabkan turunnya
oksigen terlarut yang dilepas kedalam air oleh tanaman. Jika sinar matahari terhalansi dari dasar tanaman maka tanaman akan berhenti memproduksi oksigen dan akan mati. Total
Suspended Solid TSS juga menyebabkan penurunan kejernihan dalam air.
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat anorganik maupun yang organik. Zat anorganik, biasanya biasanya berasalkan lapukan
batuan dan logam, sedangkan zat organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung perkembangbiakannya.
Jumlah padatan tersuspensi dalam air dapat diukur dengan Gravimetri. Seperti halnya padatan terendap, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke
dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis.
Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar daripada molekulion yang terlarut. Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu
zat terlarut seperti garam dan molekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal
Margareth Elisa Karina Purba : Analisa Kadar Total Suspended Solid Tss, Amoniak Nh
3
, Sianida Cn
-
Dan Sulfida S
2-
Pada Limbah Cair Bapedaldasu, 2009.
seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukurandiameter partikel-partikel. Analisa zat padat dalam air sangat penting
bagi penentuan komponen-komponen air secara lengkap, juga untuk perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang
air buangan.
Sumestri, S. dan Alaerts, G, 1984.
2.4.2. Amoniak NH