Latar Belakang Masalah Pujinono,SS. Hum NIP. 131763365

Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku, 2009. USU Repository © 2009 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan hasil karya salah satu cabang kebudayaan, yakni kesenian. Seperti hasil karya kesenian pada umumnya, sebuah karya sastra memiliki nilai apabila ia dapat dinikmati dan memberikan manfaat bagi masyarakat pembaca atau penikmat karya tersebut. Pada karya sastra tersirat unsur keindahan yang menimbulkan rasa senang, nikmat, terharu, menarik perhatian dan menyegarkan perasaan penikmatnya. Dengan demikian jelaslah kedudukan dan manfaat karya sastra bagi penikmatnya. Seorang pencipta karya sastra tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya saja, namun secara implisit bermaksud mendorong, mempengaruhi pembaca agar ikut memahami, menghayati dan menyadari berbagai masalah kehidupan serta ide yang diungkapkan dalam karyanya. Pengalaman jiwa dalam karya sastra dapat memperkaya kehidupan batin pembaca sehingga pembaca lebih sempurna keadaannya. Pengungkapan yang estetis dan artistik menjadikan karya sastra lebih mempesona dari pada karya lainnya. Karya sastra membicarakan manusia dan aspek-aspek kehidupannya, sehingga sastra merupakan sarana penting dalam mengenal manusia dan zamannya. Pada karya sastra tercermin masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu masa serta usaha pemecahan sesuai dengan cita-cita mereka. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta yaitu sastra, yang berarti teks yang mengandung instruksi, dari kata dasar sas- yang berarti instruksi atau ajaran. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa merujuk kepada kesusasteraan atau Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku, 2009. USU Repository © 2009 sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Tetapi kata sastra bisa pula merujuk kepada semua jenis tulisan, apakah itu indah atau tidak. Selain itu dalam kesusasteraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis dan sastra lisan oral. Disini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Jadi, yang termasuk dalam kategori sastra adalah, prosa atau novel, Ceritacerpen, syair, pantun, sandiwaradrama, lukisankaligrafi. Struktur formal sastra adalah struktur yang terefleksi dalam satuan teks. Karena itu, struktur formal karya sastra dapat disebut sebagai elemen atau unsur-unsur yang membentuk karya sastra. Elemen tersebut lazim disebut sebagai unsur ekstrinsik dan intrinsik. Namun berdasarkan genrenya telaah struktur dapat menjadi dua bagian, yaitu prosa dan puisi. Prosa adalah suatu jenis tulisan yang berbeda dengan puisi karena variasi ritme rhythm yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin “prosa” yang artinya terus terang. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis, yaitu prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif. Prosa dibagi menjadi dua, yaitu Roman dan Novel. Roman adalah cerita yang mengisahkan tokoh sejak lahir sampai meninggal, sedangkan novel hanya mengisahkan sebagian kehidupan tokoh yang mengubah nasibnya. Ciri novel yang membedakannya dengan karya sastra lainnya : 1. Novel adalah karya sastra berjenis narasi. 2. Novel adalah karya sastra berbentuk prosa. Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku, 2009. USU Repository © 2009 3. Novel adalah karya sastra yang bersifat realis, artinya menceritakan kehidupan tokoh secara nyata, tanpa disertai peristiwa-peristiwa yang gaib dan ajaib. Umumnya novel merupakan tanggapan pengarang terhadap lingkungan sosial budaya sekelilingnya. 4. Novel adalah karya sastra yang berfungsi sebagai tempat menuangkan pemikiran pengarangnya sebagai reaksinya atas keadaan sekitarnya. Dalam aliran imprisionisme, pengarang menempatkan dirinya dalam kehidupan yang diceritakan. Perenungan-perenungan pembaca setelah membaca sebuah novel akan tiba pada sebuah pemikiran baru tentang makna hidup. Menurut Wellek dan Warren dalam Nurgiyantoro 1998: 3 bahwa novel sebagai karya sastra fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan yang estetik. Oleh karena itu novel dibentuk oleh unsur-unsur pembangunan yang membentuk cerita yang kemudian membuat sebuah novel menjadi berwujud.Unsur-unsur pembangun yang membentuk sebuah novel terdiri dari, unsur ekstrinsik adalah unsur pembagunan karya sastra yang berada di luar suatu karya sastra namun ikut mempengaruhi karya sastra tersebut. Yang merupakan unsur intrinsik suatu karya sastra adalah, tema, alur, penokohan, sudut pandang, latar, gaya bahasa, amanat. Berbicara mengenai etika tradisional bangsa Jepang, akan terdapat hal-hal yang menonjol bahwa masyarakat Jepang memiliki unsur budaya berupa semangat samurai atau etika bushido yang tertanam dalam mayarakat Jepang yang dapat memberikan motivasi tersendiri ke arah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Keberadaan bushido sangat membantu terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada bangsa Jepang. Dari mulai perubahan bidang pendidikan, politik dan ekonomi Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku, 2009. USU Repository © 2009 serta pada tingkat penguasaan teknologi dan industri yang tidak dapat dipisahkan dari adanya warisan nilai samurai yang selalu melekat pada masyarakat Jepang. Bushido jalan prajurit sangatlah penting bagi setiap upaya mempelajari nilai- nilai dan etika masa Tokugawa dan masa Jepang modern. Bushido merupakan nilai- nilai dasar yang awalnya berkembang dari kebutuhan dasar prajurit. Istilah bushido yang digunakan untuk menggambarkan etika status kelas samurai atau bushi. Bushido lahir dari sentuhan Shinto, Zen Budhism dan ajaran konfusius yang menjadikannya menjadi suatu kode etik bagi samurai pada zaman feodalisme. Setiap samurai menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, keberanian, kemurahan hati, kesopanan, kesungguhan, memelihara kehormatan serta pengendalian diri Soryohadiprojo, 1987:197. Zaman Edo 1603-1867 adalah zaman dimana Jepang diperintah oleh keluarga Tokugawa. Disebut zaman Edo karena pemerintahan keshogunan Tokugawa pada waktu itu berpusat di kota Edo Tokyo. Lembaga keshogunan ini disebut juga bakufu Situmorang, 1995 : 41. Masyarakat feodal atau 徠椥 善 h kenshakai lahir bersamaan dengan lahirnya shoenseid sistem wilayah yaitu wilayah pertanian yang berdiri sendiri terpisah dari pemerintahan Kaisar, wilayah tersebut dikelola oleh kizoku keluarga bangsawan. Keluarga bangsawan disini adalah keturunan Kaisar yang tidak menjadi pewaris istana. Mereka menguasai bagian lahan, dengan mempunyai petani sendiri. Sistem ini berjalan sampai zaman Kamakura tahun 1185 Situmorang, 2006:80. Bushi adalah golongan masyarakat yang tertinggi. Pada zaman Edo, bushi juga disebut sebagai guru masyarakat yang merupakan golongan yang menjadi teladan di masyarakat. Untuk menumbuhkan rasa kesetiaan yang kuat dari samurai terhadap Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku, 2009. USU Repository © 2009 penguasa, Tokugawa Ieyashu mewajibkan mereka mempelajari ajaran konfusius yang dianggap dapat memupuk ketaatan samurai terhadap pemerintah. Dalam ajaran konfusius dipaparkan tentang lima hubungan manusia,, yaitu hubungan antara atasan dan bawahan, suami dengan isteri, orang tua dengan anaknya, kakak dengan adiknya, serta hubungan antar teman, yang disebut juga dengan prisip gorin Benedict, 1982:120. Kelima macam hubungan itu didasari prinsip perbedaan antara atasan dengan bawahan, yang mana diatas harus jadi pelindung dan panutan, sedangkan yang dibawah tunduk dan taat terhadap atasan. Hubungan inilah yang meningkatkan rasa ikut memiliki dan rasa kesetiaan. Pemerintahan Tokugawa mengajarkan shido bushido baru, sebagai ideologi baru bagi para bushi di Jepang yang bercirikan kesetiaan terhadap keshogunan Situmorang, 1995:9. Hal ini disebabkan karena bushi atau samurai memadukan nilai-nilai budaya Jepang, dan juga karena etika bushido telah menjadi etika nasional sejak zaman Tokugawa hingga zaman modern. Walaupun pada awalnya bushido hanya untuk kaum samurai saja, namun akhirnya dengan berakhirnya system feudal, pengaruhnya semakin meluas hingga menjadi standar bagi kehidupan masyarakat Jepang. Kemudian, penulis mencoba untuk menghubungkannya dengan kecenderungan beberapa kalangan masyarakat Jepang dan pemerintahan yang mencoba menggali kembali nilai-nilai masa lalu Jepang, diantaranya adalah etika bushido yang berlaku di zaman feodal. Nilai-nilai etika feudal tersebut banyak yang disisipkan dalam berbagai hal, diantaranya adalah tayangan-tayangan film dan drama di TV, kisah cerita di novel, ataupun pembahasan-pembahasan secara ilmiah baik di mass media maupun di lingkungan pendidikan. Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku, 2009. USU Repository © 2009 Salah satunya yang mengekspresikan kebudayaan Jepang khususnya bushido yang diungkapkan Yukio Mishima dalam novel “Shiosai”. Novel ini mengangkat tentang kisah percintaan seorang pemuda nelayan miskin dengan seorang gadis kaya di sebuah desa di daerah pesisir Jepang yang terpencil. Novel Shiosai ini menceritakan tentang kehidupan asmara antara Shinji dan Hatsue, dimana Shinji adalah seorang buruh bongkar muat di kapal milik ayah Hatsue. Di sinilah muncul sebuah intrik tentang ketegaran seorang laki-laki dalam menghadapi gelombang fitnah. Berikut adalah salah satu kutipan dari novel Shiosai: “…sampai ke masalah tentang tugas-tugas tang di berikan dan dipunyai sejak zaman dulu. Jadi mereka bisa merasakan diri mereka sebagai bagian dari hidup bersama dan menemukan kepuasaan batin, walaupun beban yang dietakkan dipundaknya terasa berat namun diterima sebagai orang yang dewasa hal 21” Dari kutipan di atas, seperti dalam kehidupan samurai atau bushi, sangat menekankan pentingnya sebuah kesetiaan dalam menjalankan suatu tanggung jawab walaupun beban tugas yang diberikan cukup berat. . Menurut Situmorang dalam Wulandari 2005:13 mengatakan bahwa kesetiaan adalah kesediaan melaksanakan perintah atau keinginan orang lain dengan mengorbankan kepentingan pribadi. Hal diatas sangat menarik untuk dibahas dalam skripsi ini yaitu dengan judul, Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima.

1.2. Perumusan masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Psikologis Tokoh Utama Suguro Dalam Novel Skandal karya Shusaku Endo Endo Shusaku No Sakuhin No “Sukyandaru” No Shousetsu Ni Okeru Shujinkou No Shinrinteki No Bunseki

2 79 64

Konsep Ninjõ Dalam Novel“Totto-Chan’schildren” Karya Tetsuko Kuroyanagi Tetsuko Kuroyanagi No Sakuhin No “Totto-Chan’s Children” No Shosetsu Ni Okeru Ninjõ

8 123 98

Analisis Konsep Kazoku Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto (Banana Yoshimoto No Sakuhin Daidokoro No To Iu Shosetsu Ni Okeru Kazoku Ni Gainen No Bunseki)

7 71 54

Analisis Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel “1 Liter Of Tears” Karya Aya Kito Aya Kito No Sakuhin No “1 Rittoru Namida” To Iu Shosetsu Ni Okeru Shujinko No Shinrigakutekina Bunseki

4 68 81

Analisis Aspek Sosiologis Tokoh Gals Dalam Komik “Gals!” Karya Mihona Fuji = Mihona Fuji No Sakuhin No “Gals!” To Iu Manga Ni Okeru Gyaru No Shujinkou No Shakaigakuteki No Bunseki Ni Tsuite

0 59 62

Analisis Peran Tokoh Ninja Dalam Komik Naruto Karya, Masashi Kishimoto Masashi Kishimoto No Sakuhin No “Naruto No Manga” Ni Okeru Ninja No Shujinkou No Yakusha No Bunseki Ni Tsuite

3 59 89

ANALISIS AMANAT MORAL INTERAKSI ANTAR TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA YUKIO MISHIMA (Melalui Pendekatan Psikologi Sosial)

4 29 27

ZEN PADA MASYARAKAT JEPANG DALAM NOVEL KINKAKUJI, KARYA YUKIO MISHIMA; TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA.

2 1 6

Perjuangan Seorang Nelayan Miskin Untuk Mendapatkan Cinta Sejatinya Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima ; Tinjauan Psikologi Sastra.

0 1 8

konsep etika stoic tokoh Ayakura Satoko dalam novel Haru no Yuki karya Mishima Yukio.

0 0 3