Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku, 2009.
USU Repository © 2009
dia berteriak, “semoga Kaisar panjang umur”. Setelah tubuhnya roboh, kepalanya dipenggal oleh salah seorang pasukannya, yang bertindak sebagai kaishaku, yaitu
yang melakukan pemenggalan kepala setelah ritual seppuku. Banyak kritikan dan tanggapan serta spekulasi mengenai kemainannya,
beberapa diantaranya mengklaim bahwa dia terobsesi tentang kematian, terror dan jalan samurai, tema yang selalu dikumandangkannya. Meskipun seppuku adalah
pilihan terakhir bagi seorang samurai. Akan tetapi, ada juga anggapan dari sisi politik sebagai suatu protes terhadap konstitusi Jepang setelah perang dunia II, yang merasa
bahwa bangsa Jepang telah kehilangan semangat leluhurnya.
2.6. Teori Semiotik Sastra
Semiotik berasal dari kata semeion Yunani yang berarti tanda. Menurut Sudjiman dan Zoest dalam Poedjawijatna 1997:5 bahwa semiotika adalah studi
tentang tanda segala yang berhubungan dengannya; cara berfungsinya, hubungan dengan tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang
menggunakannya. Pendekatan semiotik adalah pemahaman suatu makna karya sastra melalui
tanda. Hal itu didasarkan pada kenyataan bahwa bahasa adalah sistem tanda, sign, dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tidak terpisahkan satu sama lain,
yaitu signifiant penanda adalah aspek formal atau bunyi pada tanda itu, dan signifie petanda adalah aspek kemaknaan dan konseptualnya.
Media sastra adalah bahasa karena bahasa dalam sistem tanda, untuk memahami konsep makna dalam karya sastra, penelaah haruslah menguasai sistem
tanda atau lambang-lambang, sistem-sistem lambang, dan proses-proses perlambangan yang ada dalam bahasa tersebut. Hal ini didasarkan pada kenyataan
Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku, 2009.
USU Repository © 2009
bahwa system tanda atau lambang pada masing-masing bahasa mempunyai ciri dan spesifikasi sendiri, meskipun system itu sendiri bersifat arbriter, konvensional dan
sistematik. Adanya cirri khas penandaan pada masing-masing bahasa menyebabkan analisis makna merupakan sesuatu yang kompleks.
Karena untuk menangkap esensi makna dari tanda bahasa, seringkali persoalan struktur yang tertuang dalam teks tidak mampu untuk menampungnya. Esensi makna
bisa saja muncul dari keterhubungannya dengan teks lain atau interteks. Pada bagian lain, system tanda juga mempunyai fungsi yang artistik. Karena itu, telaah dengan
pendekatan semiotik hakikatnya tidak hanya berhenti pada persoalan makna semata, tetapi juga bagaimana makna tersebut dituangkan dalam melalui struktur artistiknya.
Pemahaman terhadap esensi makna tersebut tentunya tidak hanya sekedar pemahaman terhadap struktur tekstual. Di antara segala sistem tanda, sastralah yang paling
menarik dan komplek, antara lain karena sastra itu sendiri merupakan eksplorasi dan perenungan terus-menerus mengenai pemberian makna dengan segala bentuknya,
penafsiran pengalaman, komentar mengenai keberlakuan berbagai cara menafsirkan pengalaman, peninjauan tentang kekuasaan bahasa yang kreatif, kritik terhadap kode-
kode dan proses tentang interpretasi yang terwujud dalam sastra yang mendahului. Semiotik dijadikan metode penelitian sastra karena semiotik sebagai ilmu
tanda mengarahkan peneliti pada makna utuh dan menyeluruh. Hal ini dikarenakan semiotik memandang karya sastra sebagai tanda, sehingga fenomena yang ditandai
oleh karya sastra juga menjadi perhatian peneliti. Dengan demikian semiotik memiliki wawasan pengetahuan yang luas, bukan hanya unsure-unsur didalam karya sastra
yang menjadi perhatiannya, tetapi unsur-unsur di luar karya sastra tersebut. Penjabaran model tersebut dalam karya sastra menurut Made Sukada
1987:44, adalah:
Anto Gultom : Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku, 2009.
USU Repository © 2009
1. Menjelaskan kaitan antara pengarang, realitas karya sastra dan pembaca. 2. Menjelaskan karya sastra sebagai suatu struktur, berdasarkan unsur-unsur
atau elemen-elemen yang membentuknya. Teks sastra secara keseluruhan memiliki cirri-ciri indeksikal, sebab teks sastra
berhubungan dengan dunia yang disajikannya. Berdasarkan teori semiotik di atas, maka penelitian ini menitikberatkan pada interpretasi kondisi dan sikap para tokoh
yang mengandung etika bushido ke dalam tanda yang berupa indeksikal dari bushido.
BAB III ANALISA ETIKA BUSHIDO DALAM NOVEL SHIOSAI
KARYA YUKIO MISHIMA
3.1. Rangkuman Novel