Pengertian Tawanan Perang Menurut Hukum Humaniter

Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008. USU Repository © 2009 adalah Jenderal Yamashita, Perdana Menteri Tojo, Menteri Luar Negeri Hirota pada pengadilan Tokyo, Perdana Menteri Kambada dari Rwanda dan Presiden Slobodan Milosevic di Den Haag. Konsep demikian sudah diterima cukup lama dalam hukum internasional, terakhir terkodifikasi dalam Statuta Roma. 3. Prinsip Praduga tak Bersalah Berdasarkan Pasal 61 Statuta Roma, prinsip ini menempatkan adanya beban pada jaksa penuntut untuk membuktikan kesalahan dengan alasan-alasan yang meyakinkan. Pasal 97 i menyarankan bahwa bukti-bukti dan bantahan tidak dibebankan kepada terdakwa. Masalah beban dan standar bukti dapat menjadi sangat penting dalam pengadilan yangmenggunakan sistem juri, walaupun mereka mencoba untuk bersikap akademis dalam membuat putusan-putusan pengadilan dengan alasan-alasan yang meyakinkan. Pada praktiknya, pada saat tuntutan telah membuktikan tanpa keraguan adanya keterlibatan dalam kejahatan terhadap kemanusiaan, tugas yang berat dalam membuat kondisi pembuktian tidak bersalah seperti adanya paksaan atau keadaan yang tidak sadar atau kesalahan akan berpindah kepada terdakwa.

C. Pengertian Tawanan Perang Menurut Hukum Humaniter

Pengertian tawanan perang menurut Konvensi Jenewa 1949 mengenai Perlakuan Terhadap Tawanan Perang adalah orang-orang anggota angkatan bersenjata yang ditahan oleh pihak musuh capture by the enemy atau selengkapnya: all person belonging to the armed forces of the belligerents who are captured by the enemy in the course of operatins. Pendudukan oleh angkatan perang musuh tanpa perlawanan tidak tercakup dalam defenisi di atas, yang menggunakan istilah ‘tawanan perang dalam suatu pertempuran’ sebagai ukuran. Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008. USU Repository © 2009 Pada ketentuan Pasal 4 A, pengertian tawanan perang menurut Konvensi Jenewa 1949 mengenai perlakuan tawanan perang adalah orang-orang yang termasuk salah satu golongan berikut, yang telah jatuh dalam kekuasaan musuh. Pasal ini menyatakan bahwa mereka berhak mendapatkan status sebagai tawanan perang adalah: 1. Para anggota angkatan perang dari suatu pihak dalam sengketa, begitupun anggota-anggota milisi atau barisan prajurit cadangan sukarela yang menjadi bagian dari angkatan perang demikian itu; Pasal 4 Konvensi III Paragraf B. 2. Anggota-anggota milisi serta anggota-anggota barisan prajurit cadangan sukarela lainnya, termasuk anggota-angota gerakan-gerakan perlawanan yang diorganisir, yang tergolong pada suatu pihak dalam sengketa dan beroperasi di dalam atau diluar wilayahnya sendiri, sekalipun itu diduduk i, asal saja milisi atau barisan prajurit cadangan sukarela demikian, termasuk gerakan perlawanan yang diorganisir itu dan memenuhi syarat-syarat berikut: Pasal 4 Konvensi III Paragraf B sub Paragraf I a. Dipimpin oleh seseorang yang bertanggung jawab atas bawahannya. b. Menggunakan tanda pengenal tetap yang dikenali dari jauh. c. Membawa senjata secara terbuka. d. Melakukan operasi mereka yang sesuai dengan hukum-hukum dan kebiasaan- kebiasaan perang. 3. Para anggota angkatan perang reguler yang menyatakan kesetiannya pada suatu pemerintah atau kekuasaan yang tidak diakui oleh negara penahan. 4. Orang-orang yang menyertai angkatan perang tanpa dengan sebenarnya menjadi anggota dari angkatan perang itu, seperti anggota sipil awak pesawat terbang militer, wartawan-wartawan perang, pemasok berbekalan, anggota kesatuan kerja atau dinas-dinas yang bertanggungjawab atas kesejahteraan angktan perang, asal Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008. USU Repository © 2009 saja mereka telah mendapatkan pengesahan dari angakatan perang yang disetainya, yang harus melengkapi mereka dengan sebuah kartu pengenal. 5. Anggota-anggota awak kapal niaga, termasuk nahkoda, pemandu laut dan taruna dan awak pesawat terbang sipil dari pihak-pihak dalam sengketa, yang tidak mendapat perlakuan yang lebih menguntungkan menurut ketentuan-ketentuan lain apapun dalamm hukum internasional. 6. Penduduk wilayah yang belum diduduki, yang tatkala musuh mendekat, atas kemauan sendirinya dan dengan serentak mengangkat senjata untuk melawan pasukan-pasukan yang menyerbu, tanpa mempunyai waktu untuk membentuk kesatuan-kesatuan bersenjata yang teratur, asal saja mereka membawa senjata secara terang-terangan dan menghormati kebiasaan-kebiasaan perang. Dari enam golongan tersebut di atas, yang termasuk ke dalam nomor 1, 2, 3 dan 6 termasuk ke dalam kategori kombatan, yang apabila tertangkap akan diperlakukan sebagai tawanan perang sebagaimana diatur dalam Konvensi Jenewa 1949. Sedangkan yang termasuk kedalam nomor 4 dan 5, walaupun termasuk dalam ategori penduduk sipil berhak untuk diperlakukan sebagai tawanan perang. Keenam golongan di atas, yang terdiri dari kombatan dan penduduk sipil, apabila jatuh ketangan musuh, maka berhak mendapat perlakuan sebagai tawanan perang, harus dilindungi dan dihormati dalam segala keadaan. Menurut Konvensi ini, kategori berikut juga diperlakukan sebagai tawanan perang, yaitu: 1. Orang yang tergolong, atau pernah tergolong dalam angkatan perang dari wilayah yang diduduki, apabila negara yang menduduki wilayah itu memandang perlu untuk menginternir mereka karena kesetiaan itu, walaupun negara itu pada awalnya telah membebaskan mereka selagi permusuhan berlangsung di luar Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008. USU Repository © 2009 wilayah yang diduduki negara itu, terutama jika orang-orang bergabung kembali dengan angkatan perang mereka yang terlibat dalam pertempuran, atau jika mereka tidak memenuhi panggilan yang ditujukan kepada mereka berkenaan dengan penginterniran. 2. Orang-orang yang termasuk dalam salah satu golongan tersebut dalam pasal ini, yang telah diterima oleh negara-negara netral atau negara-negara yang tidak turut berperang dalam wilayahnya, dan yang harus diinternir oleh negara-negara itu menurut hukum internasional, tanpa mempengaruhi tiap perlakuan yang lebih baik yang mungkin diberikan kepada mereka oleh negara-negara itu dan dengan pengecualian pasal 8, 10, 15 dan 30 paragraf kelima. Pasal 58-67, 126 dan apabila terdapat hubungan diplomatik antara pihak-pihak dalam sengketa dengan negara netral atau negara pelindung. Jika terdapat hubungan diplomatik demikian, pihak- pihak dalam sengketa yang ditaati oleh negara-negara itu harus diperkenankan menyelenggarakan fungsi negara pelindung terhadap mereka, sebagaimana ditentukan oleh konvensi ini, tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi yang biasa dijalankan oleh pihak-pihak itu sesuai dengan kebiasaan dan perjanjian-perjanjian diplomatik dan konsuler. Berpegang pada pengertian tawanan perang tersebut, membuka kemungkinan bagi tentara pendukung yang melakukan penangkapan atas bekas anggota tentara yang diduduki berdasarkan pertimbangan-pertimbangan keamanan untuk menganggap dirinya tidak terikat untuk memperlakukan orang-orang demikian sebagai tawanan perang.

D. Hak-hak yang Melekat Pada Tawanan Perang