Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.
USU Repository © 2009
meningkatkan keamanan di seluruh dunia atau menghentikan kegiatan-kegiatan teroris internasional.
64
Dari Irak sendiri dikabarkan bahwa Abdul Basat al Turki yang ditunjuk Amerika menjadi Menteri Hak-Hak Asasi Manusia Irak, mengundurkan diri dari jabatannya
sebagai tindakan proses terhadap kekejaman militer Amerika di penjara Abu Ghraib.
65
4. Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran HAM
Dalam hal terjadi sengketa bersenjata, ada baiknya para pihak yang terlibat sengketa menghormati dan melaksanakan Hukum Humaniter Internasional. Apabila
terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional, maka merupakan kewajiban hukum untuk mengadili dan menghukum orang-orang yang
telah melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap hukum humaniter, terutama yang telah melakukan perang.
Menurut Konvensi Jenewa, maka negara-negara penandatangan berkeewajiban untuk memriksa dan mengadili individu-individu yang diduga melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap Konvensi. Selain itu, tiap negara juga bekewajiban untuk mencari tersangka pelanggar Konvensi dan membawanya ke pengadilan untuk
diadili, apapun kewarganegaraannya. Pelanggaran terhadap Konvensi merupakan kejahatan yang serius, sehingga pada tahun 1949, ketika ditandatangani, negara-
negara penandatangan siap untuk mengadilinya di dalam negeri atau mengekstradisi pelakunya ke negara yang siap mengadili.
64
www.analisa.com. Perang Irak Tidak Banyak Berbuat Hentikan Terorisme, 18 oktober 2004.
65
Potret Kebiadaban di abu Ghraib, Op.Cit.
Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.
USU Repository © 2009
Pasca Perang dunia II, pengadilan internasional telah digelar untuk memeriksa dan mengadili penjahat-penjahat perang dalam Perang Dunia II, yaitu Pengadilan
Neumberg dan Pengadilan Topkyo. Selanjutnya pada era 1990-an, ancaman telah pula digelar Pengadilan Internasional Ad-Hoc untuk memeriksa dan mengadili pelaku-
pelaku kejahatn kemanusiaan di bekas negara Yugoslavia, dengan dibentuknya Internasional Criminal Tribunal for Yugoslavia ICTY dan Rwanda, International
Criminal Tribunal for Rwanda ICTR. Dalam perkembangannya, setelah keluarnya The Rome Statute of International
Criminal Court ICC 1998, dimana salah satu kewenangan ICC adalah memeriksa dan mengadili internasional atau sengketa bersenjata non-internasional, maka apabila
terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam ICC, khususnya Pasal 8 Statuta, yang antara lain menyatakan bahwa:
66
1. Pengadilan mempunyai yuridiksi berkenaan dengan kejahatan perang pada
khususnya apabila dilakukan sebagai bagian dari suatu rencana atau kebijakan atau sebagai bagian dari suatu pelaksanaan secara besar-besaran dari kejahatan
tersebut. 2.
Untuk keperluan Statuta ini, “kejahatn perang” berarti, antara lain: a.
Pelanggaran berat terhadap Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949; b.
Pelanggaran serius lain terhadap hukum dan kebiasaan yang dapat diterapkan dalam sengketa bersenjata internasional, dalam rangka hukum internasional
yang ditetapkan; c.
Dalam hal suatu sengketa bukan merupakan suatu persoalan internasional, pelanggaran serius terhadap Pasal 3 common articles Konvensi Jenewa 1949;
66
Wahyu Wagiman, SH., Loc.Cit.
Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.
USU Repository © 2009
Setelah berlakunya ICC, mulai berlaku efektif 1 Juli 2002 setelah diratifikasi 60 negara terhadap pelaku-pelaku pelanggaran Konvensi Jenewa dapat diperiksa dan
diadili oleh Internasional Criminal Court Mahkamah Pidana Internasional. Hal ini terjadi, apabila negara yang bersangkutan tidak mau atau tidak mampu unwilling
unable untuk mengadili pelaku-pelaku pelanggaran tersebut. Namun di sisi lain, hukum internasional tidak ubahnya hukum rimba, dimana
pihak yang kuat bisa mengatur segalanya.
67
Begitu juga dengan tribunal ad hoc. Pengadilan ini sifatnya tidak permanen, hanya kasus perkasus. Sebagaimana telah disebutkan pada halaman sebelumnya,
dalam kurun waktu 50 tahun terakhir ini, hanya ada dua pengadilan yang dibentuk, yakni International Criminal Tribunal for Yugoslavia ICTY yang didirikan pada
Ini dapat dilihat dari kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pihak militer Amerika di penjara Guantanamo, Kuba dan
penjara Abu Ghraib, Irak. Tidak satupun lembaga peradilan internasional yang ada sekarang ini, bisa
dijadikan pintu masuk untuk mengadili tindakan Amerika tersebut. Mahkamah Internasional International Court of Justice, hanya mengadili kalau yang berperkara
ini adalah negara. Secara tegas ini dicantumkan dalam Pasal 34 ayat 1 Statuta ICJ yang berbunyi demikian: “Only States maybe parties in cases before the court”.
Meski semua negara yang menjadi anggota PNN secara otomatis menjadi anggota ICJ, namun tidak mutlak harus tunduk pada kewenangan badan yang berdiri
bersamaan dengan PBB pada tanggal 24 Oktober 1945 itu Compulsory Jurisdiction. Negara yang bersengketa harus bersepakat menyelesaikan masalahnya lewat
Mahkamah Internasional. Tanpa kesepakatan itu, Mahkamah Internasional tidak bisa ikut campur.
67
www.gatra.co.id, Yang Kalah Yang Diadili, 19 April 2003.
Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.
USU Repository © 2009
1993 untuk kasus pembunuhan massal di negeri itu. Lalu International Criminal Tribunal for Rwanda ICTR, untuk kasus kejahatan kemanusiaan di Rwanda
Afrika. Karena harus dibentuk atas resolusi Dewan Keamanan PBB, tentu mustahil
bakal mengeluarkan resolusi untuk Amerika, yang merupakan salah satu anggota tetap yang memiliki hak veto.
Pintu lainnya adalah dengan diadili di negara lain. Sesuai dengan ketentuan Konvensi Jenewa, pengadilan penjahat perang dapat dilakukan dimanapun. Hal ini
pernah dilakukan Spanyol ketika mengadili diktator Cili, Agusto Pinochet pada 1996. Hanya saja, pengadilan ini tidak mengenal pengadilan in absentia. Di mana pun
pengadilan dilakukan, terdakwa harus hadir. Untuk kasus kekejaman tentara Amerika di Guantanamo dan Abu Ghraib, Presiden George W. Bush bisa saja diajukan sebagai
terdakwa kejahatan perang diadili. Namun, upaya tersebut sepertinya sulit dilakukan, karena ia tidaklah mungkin bepergian ke luar negeri sendirian.
Bila mau, ditunggu sampai George W. Bush tidak lagi menjabat sebagai presiden dan menjadi warga negara biasa. Hal ini bisa dilakukan karena kejahatn
internasional tidak mengenal batas waktu. Alhasil, tidak satu pun perangkat hukum internasional yang bisa dipakai untuk
menyeret Presiden Bush sebagai penjahat perang. Namun menurut Guru Besar Hukum Pidana dari Universitas Diponegoro, Semarang, Profesor Muladi, secara
moral bisa dilakukan.
68
Beredarnya gambar-gambar penyiksaan tentara Amerika kepada tawanan Irak di pemjara Abu Ghraib membuat pihak militer Amerika Serikat mengambil tindakan
cepat guna menutupi aib dan malu yang ditimbulakn pasukannya.
68
Jilat Ludah Penjahat Perang, Op Cit.
Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.
USU Repository © 2009
Komandan pasukan Amerika di Irak, Letnan Jenderal Riardo S. Sanchez, memerintahkan sebuah tim investigasi untuk menyelidiki sistem tahanan Angkatan
Bersenjata Amerika. Ditunjuklah Mayor Jenderal Antonio M. Taguba untuk memimpin tim investigasi. Hasil penyilidikan setebal 53 halaman yang ditulisnya pun
bercerita banyak. Berbekal dari laporan Taguba itulah, tujuh orang serdadu diamankan dan dijadikan tersangka.
Dalam laporannya, Taguba juga merekomendasikan agar sejumlah perwira tinggi diberhentikan dan diajukan ke Mahkamah Militer, antara lain Kolonel Thomas
Pappas komandan salah satu Brigade Interogasi Militer, dan letnan Kolonel Steven Jordan mantan Direktur Pusat Interogasi Militer.
69
Setelah melalui serangkaian pemeriksaan dan sidang, Mahkamah Militer Amerika Serikat akhirnya dapat membuktikan bahwa Charles Graner telah bersalah
Mereka yang dijadikan tersangka ada tujuh orang, diantaranya adalah Sersan Satu Ivan L. Frederick, Sersan Sabrina Harman, Sersan Javal Davis, Prajurit Lynndie
England, kopral Charles Grenner, dan prajurit Jeremy Sivits. Charles Graner dituduh sebagai tokoh utama penyiksaan Abu Ghraib. Graner
yang menolak semua tuduhan itu menghadapi ancaman hukuman penjara selama 17 tahun. Ia adalah tentara pertama yang menghadapi pengadilan militer setelah foto
penyiksaan di penjara Baghdad beredar luas ke seluruh dunia. Graner membantah telah melakukan penyiksaan maupun berkonspirasi untuk melakukan penyiksaan.
Pengadilan militer sendiri dilakukan disebuah markas militer Fort Hood, Texas, Amerika Serikat.
69
Potret Kebiadaban di Abu Ghraib, Op.Cit.
Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.
USU Repository © 2009
melakukan tindakan kriminal berupa penyiksaan dan pelecehan seksual kepada para tawanan perang Irak.
70
Sementara itu, para tersangka lain yang telah disebutkan pada halaman sebelumnya, mendapat hukuman yang bervariasi. Ada yang dipecat dari dinas
kemiliterannya, ada pula yang dihukum penjara delapan tahun. Ia dihukum penjara selama 10 tahun, selain itu juga diberhentikan secara tidak
hormat dari kedinasannya di angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Di muka persidangan, ia mengakui segala perbuatannya. Namun ia menegaskan bahwa dirinya
sama sekali tidak menyesalinya perbuatannya yang tidak dapat dibenarkan secara hukum maupun norma itu.
Hanya saja, Graner juga mengatakan bahwa dirinya hanya mengikuti perintah atasan untuk membuka mulut para tawanan selama masa interogasi. Pernyataan ini
bermakna bahwa ada orang-orang lain, selain para pelaku penyiksaan, yang terlibat dalam hal memberi perintah dan persetujuan metode penyiksaan kepada para tawanan
perang.
71
Pada perkembangannya, tidak hanya para tentara yang menjadi pelaku aksi penyiksaan saja yang dituntut. Mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Donald
Rumsfeld juga menghadapi gugatan yang dilayangkan oleh 11 orang bekas tahanan Irak yang pernah mendekam di penjara Abu Ghraib dan seorang tahanan Arab Saudi
yang pernah menghuni penjara Guantanamo.
72
Setelah mengundurkan diri dari jabatannya, ia kini menghadapi dakwaan melakukan pelanggaran HAM. Dakwaan dimaksud ditangani oleh kejaksaan di kota
70
www.analisadaily.com2005Januari185-2.htm.
71
Ibid.
72
www.mail-archive.comberitalisterv.rnw.nlmsg01188.html.
Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.
USU Repository © 2009
Karlsruhe, Jerman. Hukum di Jerman memang memungkinkan setiap kejahatan yang dilakukan di luar negeri dapat diproses di Jerman.
Para penggugat di atas bergabung dengan suatu kelompok pengacara Jerman yang berpusat di Amerika bernama Pusat Keadilan Konstitusional beserta dengan
Federasi Hak-Hak Asasi Manuisa Internasional pimpinan Antoine Berdard. Ini merupakan gugatan kedua terhadap Donald Rumsfeld, setelah gugatan
terdahulu, tidak diproses. Kali ini para penggugat yakin akan berhasil. Ini didukung dengan adanya bukti-bukti dan kesaksian baru yang lebih lengkap disertakan dalam
berkas gugatan Sementara itu untuk menjawab kritikan dari seluruh dunia, sejak bulan Agustus
2004, Amerika telah membebaskan lebih dari 1.000 orang tahanan dari penjara Abu Ghraib.
73
Dalam perkembangan terkini, penjara Abu Ghraib akan ditutup dalam beberapa bulan mendatang. Amerika Serikat akan menyerahkannya kepada pemerintah Irak.
Penghuninya sekitar 4.500 tahanan bakal menempati kompleks bari di Camp Cropper yang berlokasi di dekat bandara militer Baghdad. Di tempat itu pula Almarhum
Saddam Hussein bersama 100 pengikutnya pernah ditahan dengan pengawasan ekstra ketat.
74
73
namun para kritis berpendapat, citra Amerika Serikat tidak akan berubah dengan ditutupnya penjara Abu Ghraib. Keputusan penutupan penjara diambil dengan
maksud Amerika dapat mendekati pihak Suni untuk berkoalisi dengan golongan Syiah yang sekarang duduk di pemerintahan peralihan di Irak setelah jatuhnya rezim
Saddam Hussein. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perang saudara di Irak.
www.hariananalisa.com, 18 Oktober 2004.
74
www.mail-archive.com,Loc.Cit.
Imam Munawir Siregar : Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Pada Tawanan Perang Dalam Persfektif Hak Asasi Manusia Dan Konvensi Jenewa 1949, 2008.
USU Repository © 2009
Meskipun aksi penyiksaan terhadap tahanan perang yang dilakukan Amerika Serikat menimbulkan protes luas dari berbagai penjuru dunia, namun Amerika hingga
kini masih terus melanjutkan metode penyiksaan terhadap para tahanannya. Amerika hanya berusaha melemparkan kesalahan kepada beberapa prajurit rendah dan
memasukkan mereka ke dalam penjara. Namun demikian, kekejian yang dilakukan Amerika tersebut tidak mungkin terus menerus ditutupi. Semakin hari dunia semakin
mengenali wajah asli Amerika di balik topeng demokrasi dan kebebasan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN