Penggunaan Timbal Toksisitas Timbal

2.3 Timbal

Pemerian : logam berwarna kebiru-biruan sampai abu-abu pudar, mempunyai berat jenis yang tinggi dan lunak. Kelarutan : larut dalam HNO 3 pekat, sedikit larut dalam HCl dan H 2 SO 4 pekat. Nomor Atom Berat Atom : 82207,2 Berat Jenis : 11,34 gml Titik lebur : 327,5 o C Titik didih : 1740 o C Lawrence, 1957

2.3.1 Penggunaan Timbal

Timbal dan persenyawaannya banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam industri baterai, timbal digunakan sebagai grid yang merupakan alloy suatu persenyawaan dengan logam bismut Pb-Bi dengan perbandingan 93:7 Palar, 2004. Timbal oksida PbO 4 dan logam timbal dalam indu stri baterai digunakan sebagai bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Alloy Pb yang mengandung 1 stibium Sb banyak digunakan sebagai kabel telepon. Alloy Pb dengan 0,15 As, 0,1 Sn, dan 0,1 Bi banyak digunakan untuk kabel listrik Palar, 2004. Persenyawaan Pb dengan Cr chromium, Mo molibdenum dan Cl chlor, digunakan secara luas sebagai pigmen “chrom”. Senyawa PbCrO 4 digunakan dalam industri cat untuk mendapatkan warna “kuning-chrom”, PbOH 2 .2PbCO 3 untuk mendapatkan warna “timah putih”, sedangkan senyawa yang dibentuk dari PbO 4 digunakan untuk mendapatkan warna “timah merah” Palar, 2004. Senyawa silikat timbal Pb-silikat yang dibentuk dari intermediet Pb-asetat CH 3 -COO-Pb-OOCH 3 , digunakan secara luas sebagai salah satu bahan pengkilap Universitas Sumatera Utara keramik dan sekaligus berperan sebagai bahan tahan api. Persenyawaan yang terbentuk antara Pb dengan arsenat dapat digunakan sebagai insektisida Palar, 2004. Dalam perkembangan industri kimia, dikenal pula zat aditif yang dapat ditambahkan ke dalam bahan bakar kendaraan bermotor. Persenyawaan yang dibentuk dari logam Pb sebagai zat aditif ini ada dua jenis, yaitu CH 3 4 -Pb tetrametil-Pb dan C 2 H 5 4 -Pb tetraetil-Pb Palar, 2004.

2.3.2 Toksisitas Timbal

Toksisitas yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena masuknya persenyawaan logam tersebut ke dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit Palar, 2004. Menurut WHO, batas maksimum konsentrasi Pb yang masih diperbolehkan di udara, makanan dan minuman dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2. Batas Maksimum Konsentrasi Pb dalam Udara, Makanan, dan Minuman No Bahan Satuan Limit Konsentrasi 1 Udara µgm 3 30-60 2 Makanan mgkg 0,1-2,0 3 Minuman mgl 0,05 Darmono, 2001 Bentuk-bentuk kimia dari senyawa-senyawa Pb, merupakan faktor penting yang mempengaruhi aktivitas Pb dalam tubuh manusia. Senyawa-senyawa Pb organik relatif lebih mudah untuk diserap oleh tubuh melalui selaput lendir atau melalui lapisan kulit, bila dibandingkan dengan senyawa-senyawa Pb anorganik. Namun hal itu bukan berarti semua senyawa Pb dapat diserap oleh tubuh, melainkan hanya sekitar 5-10 dari jumlah Pb yang masuk melalui makanan dan sebesar 30 dari jumlah Pb yang terhirup Universitas Sumatera Utara yang akan diserap oleh tubuh. Dari jumlah yang terserap itu, hanya 15 yang akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa metabolisme seperti urin dan feses Palar, 2004. Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan diikutkan dalam proses metabolisme tubuh. Namun demikian jumlah Pb yang masuk bersama makanan dan minuman ini masih mungkin ditolerir oleh lambung disebabkan asam lambung HCl mempunyai kemampuan untuk menyerap logam Pb. Tetapi walaupun asam lambung mempunyai kemampuan untuk menyerap keberadaan logam Pb ini, pada kenyataannya Pb lebih banyak dikeluarkan oleh tinja Palar, 2004. Pada jaringan atau organ tubuh, logam Pb akan terakumulasi pada tulang, karena logam ini dalam bentuk ion Pb 2+ mampu menggantikan keberadaan ion Ca 2+ kalsium yang terdapat dalam jaringan tulang. Di samping itu, pada wanita hamil logam Pb dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan dikeluarkan bersama air susu Palar, 2004. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit, logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal itu disebabkan karena timbal Pb adalah logam toksik yang bersifat kumulatif dan bentuk senyawanya dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh Suharto, 2005. Gejala yang khas dari keracunan Pb adalah: 1. Gastroenteritis, disebabkan reaksi rangsangan garam Pb pada mukosa saluran pencernaan, sehingga menyebabkan pembengkakan, gerak kontraksi rumen dan usus terhenti, peristaltik menurun sehingga terjadi konstipasi dan kadang-kadang diare. Universitas Sumatera Utara 2. Anemia, Pb terbawa dalam darah dan lebih dari 95 berikatan dengan eritrosit. Ini menyebabkan mudah pecahnya sel darah merah dan berpengaruh terhadap sintesis hemoglobin sehingga menyebabkan anemia. 3. Ensefalopati, Pb menyebabkan kerusakan sel endotel dan kapiler darah otak sehingga dapat menimbulkan sakit kepala, mudah lupa, dan lain-lain Cahyadi, 2007. 4. Aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin disebabkan ikut sertanya senyawa Pb yang terlarut dalam darah ke sistem urinaria ginjal sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal dengan terbentuknya intranuclear inclusion bodies Palar, 2004.

2.4 Bilangan Oktan