setelah stock split menimbulkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan perusahaan akibat stock split.
Penjelasan bahwa stock split dapat memberikan sinyal informatif mengenai prospek perusahaan yang menguntungkan, menurut Brennan dan Copeland 1988
dalam Wang Sutrisno 2000, adalah bahwa aktivitas split memberikan sinyal yang mahal terhadap informasi manager karena biaya perdagangan tergantung
pada besarnya harga saham dimana kedua variable tersebut memiliki hubungan yang negative. Apabila aktivitas split dapat meningkatkan biaya likuiditas kepada
investor, maka split menunjukkan sinyal yang valid. Hal ini didukung oleh Brennan dan Hughes 1986 dalam Wang Sutrisno
2000. Menurut mereka semakin tinggi tingkat komisi saham dengan semakin rendahnya harga saham menimbulkan bertambahnya biaya yang harus
dikeluarkan perusahaan akibat split. Tingkat komisi saham yang semakin tinggi merupakan daya tarik bagi broker untuk melakukan analisis setepat mungkin agar
harga saham berada pada tingkat perdagangan yang optimal serta mampu memberikan informasi yang menguntungkan bagi perusahaan dan investor.
F. Reverse Stock Split
Reverse split merupakan kebalikan dari stock split. Reverse stock split adalah
salah satu aktivitas perusahaan emiten untuk menaikan harga sahamnya dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Martell dan Webb, 2005.
Untuk mempermudah dalam memahami reverse stock split, berikut akan disajikan sebuah contoh. Asumsikan bahwa Chen Industries memiliki total ekuitas
pemegang saham seperti yang diperlihatkan dalam sisi kiri di tabel 2.2. Chen Industries kemudian melakukan reverse stock split 1 untuk 4, untuk tiap empat
lembar saham yang dimiliki pemegang saham akan menghasilkan satu saham baru sebagai gantinya. Total akun ekuitas pemegang saham digambarkan pada sisi
kanan di Tabel 2.2. Tabel 2.2
Reverse Stock Split 1 untuk 4 di Chen Industries
Sebelum Sesudah
Saham biasa nilai nominal 5;
400.000 lembar 2.000.000
Saham biasa nilai nominal 20;
100.000 lembar 2.000.000
Tambahan modal disetor 1.000.000
Tambahan modal disetor 1.000.000
Laba ditahan 7.000.000
Laba ditahan 7.000.000
Ekuitas total pemegang saham
10.000.000 Ekuitas total pemegang
saham 10.000.000
Sumber : James C. Van Horne dan John Wachowich, Jr., 2007:296
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa seperti stock split, reverse stock split juga tidak merubah akun saham biasa, modal disetor, laba ditahan dan tentu saja
ekuitas total pemegang saham. Satu-satunya perubahan dalam nilai nominal saham biasa, yang berdasarkan per lembarnya, kini menjadi empat kali lipatnya.
Dalam beberapa kasus, reverse stock split adalah upaya untuk tetap dapat tercatat di bursa efek besar karena harga saham mungkin dapat saja jatuh terlalu rendah
hingga akan dikeluarkan dari pencatatan. Di Amerika Serikat, reverse stock split merupakan langkah penyelamatan
yang dilakukan perusahaan emiten agar bisa memenuhi persyaratan marginability untuk tetap menjaga status listing di perdagangan pasar modal. Peraturan ini
sudah diperkenalkan sejak tahun 1991 di Nasdaq. Hal ini dilakukan dengan
menetapkan harga jual saham minimum sebesar 1.00 pada pasar modal nasional maupun pasar Small Cap. Terence F. Martell dan Gwendollyn P. Webb, 2005.
Sebagian investor tidak akan membeli saham dengan harga kurang dari 5.00, bahkan beberapa investor institusi menghindari saham dengan harga kurang dari
10.00. Bagi investor reverse stock split menggambarkan ketidakpercayaan diri perusahaan emiten bahwa harga sahamnya akan naik dengan sendirinya tanpa
usaha apapun dari perusahaan emiten. Pasar modal India juga memiliki peraturan harga jual saham minimum yang
diperlukan untuk menghindari delisting. Secondary Market Advosory Commite SMAC mengeluarkan peraturan No.SMDRPPolicyCir-16,99 dated June 14
1999 yang menyatakan “No listed company whose market price in the previous sixs months is less than Rs.500 per share can split the value of its equity share
”. Satyajid Dhar dan Sweta Chhaochharia, 2008.
Pasar modal Indonesia, tidak terdapat harga jual saham minimum yang harus dipenuhi untuk menghindari delisting. Keputusan Direksi PT. Bursa Efek
Indonesia nomor Kep-308BEJ07.2004 mengenai delisting dan relisting memuat gambaran kondisi emiten yang akan mengalami delisting oleh bursa, yaitu emiten
yang salah satunya ”mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat baik secara
finansial atau secara hukum”. PT. BEI, Peraturan BEI, 2004. Namun, reverse stock split bukan hanya dilakukan untuk menjaga agar tetap
tercatat pada bursa efek. Lihuang Jing 2002 dalam penelitiannya menyatakan
tiga alasan utama perusahaan emiten melakukan reverse stock split adalah sebagai berikut:
1. Reverse stock split akan mengurangi biaya transaksi, jumlah lembar saham
yang berkurang akan menyebabkan biaya transaksi juga berkurang. 2.
Reverse stock split akan memperbaiki fleksibilitas harga saham baru new issue
ketika dibutuhkan. Perusahaan emiten yang melakukan reverse stock split
akan mengurangi nilai nominal sahamnya, sehingga ketika perusahaan tersebut akan menerbitkan saham baru perusahaan tersebut tidak perlu
menetapkan nilai nominal dengan diskon untuk saham barunya. 3.
Reverse stock split akan meningkatkan investor institusional dan internasional. Perusahaan yakin bahwa dengan melakukan penggabungan saham akan
meningkatkan profil perusahaan di mata investor institusional. Walaupun tujuan perusahaan emiten melakukan reverse stock split bukan
hanya untuk misi penyelamatan agar terhindar dari delisting, persepsi pasar akan hal ini adalah bahwa perusahaan emiten yang melakukan reverse stock split
adalah perusahaan emiten dengan performance yang buruk. Hal ini memiliki efek negatif pada harga saham, terutama selama hari-hari menjelang pengumuman
reverse stock split . Hasilnya, sering terdapat abnornmal return yang negatif
menjelang pengumuman reverse stock split.
G. Motivasi Terkait: Stock Split dan Reverse Stock Split