Stock Split Analisis Abnormal Return

a. Stock Split

Kestasioneran merupakan salah satu asumsi yang harus terpenuhi sebelum menggunakan metode ARIMA. Data time series dikatakan stasioner jika rata-ratanya maupun variance-nya konstan, tidak berubah- ubah sepanjang waktu. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan unit root test dengan metode Augmented Dickey-Fuller Regression ADF dalam pengujian stasioneritas data. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai statistik ADF dengan nilai kritis Mackinnon untuk mengetahui derajat integrasi stasioneritas suatu variabel. Suatu variabel disebut stasioner jika nilai statistik ADF lebih besar dari nilai kritis Mackinnon. Hasil pengujian stasioneritas data return saham menunjukkan bahwa data telah stasioner pada tingkat level. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10 yang disajikan dibawah ini. Sedangkan hasil output Eviews untuk uji stasioneritas ini terlampir pada lampiran 8. Tabel 4.10 Hasil Uji Stasioneritas Tingkat Level Pada Emiten yang Melakukan Stock Split Nama Emiten Hasil ADF ADF McKinnon Critical Value 5 Keterangan Arpeni Pratama Ocean Line Tbk - APOL -12.29506 -2.886732 Stasioner Ciputra Surya Tbk - CTRS -9.879758 -2.886732 Stasioner Davomas Abadi Tbk - DAVO -7.534218 -2.886732 Stasioner Ekadharma International Tbk - EKAD -11.13593 -2.886732 Stasioner Hexindo Adiperkasa Tbk - HEXA -12.13031 -2.886732 Stasioner International Nickel Indonesia Tbk I - INCO1 -8.597983 -2.886732 Stasioner International Nickel Indonesia Tbk II - INCO2 -8.647781 -2.886732 Stasioner Indosat Tbk - ISAT -9.158394 -2.886732 Stasioner Jakarta Internasional Hotel Dev Tbk - JIHD -11.04539 -2.886732 Stasioner Jaya Pari Steel Tbk - JPRS -14.09071 -2.886732 Stasioner Kalbe Farma Tbk - KLBF -10.59691 -2.886732 Stasioner Lippo Karawaci Tbk - LPKR -8.094985 -2.886732 Stasioner Panorama Sentrawisata Tbk - PANR -11.33966 -2.886732 Stasioner Rig Tenders Indonesia Tbk - RIGS -12.65750 -2.886732 Stasioner Tempo Scan Pacific Tbk - TSPC -10.84424 -2.886732 Stasioner Bakrie Sumatra Plantations Tbk - UNSP -10.19183 -2.886732 Stasioner Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa hasil ADF selalu lebih besar dari nilai kritis Mackinnon pada tingkat = 5. Hal ini menunjukkan bahwa data telah stasioner pada tingkat level. Pemakaian tingkat signifikansi 5 tersebut dinilai masih layak digunakan untuk mewakili hubungan antar variable dan umum digunakan dalam penelitian ilmu sosial. Nazir, 2001 dalam Achmad Rifa’i dan Rudi Handoko, 2005. Setelah data stasioner, langkah selanjutnya adalah menentukan model ARIMA dengan bantuan plot correlogram autocorrelation dan correlogram partial autocorrelation . Pola autocorrelation function ACF dan partial autocorrelation function PACF yang dihasilkan dari plot correlogram dapat ditunjukkan olah lampiran 10. Dari hasil plot correlogram ini, dapat ditentukan model yang tepat dengan memperhatikan pola autocorrelation function dan partial autocorrelation function . Pola ACF dan PACF yang dihasilkan dari plot correlogram setidaknya akan terdiri dari empat kemungkinan, yaitu: o Tidak ada ACF dan PACF pada data. Artinya model ARIMA kurang sesuai, sehingga permodelan cukup dilakukan dengan metode regresi. o Data bersifat musiman, yang ditunjukkan oleh ACF danatau PACF yang sangat signifikan pada lag berkelipatan. o Jika ACF menurun drastis pada lag tertentu dan pola PACF-nya turun secara perlahan, maka model MA q kemungkinan cocok untuk diterapkan. Sedangkan jika PACF menurun drastis pada lag tertentu dan pola ACF-nya turun secara perlahan maka model AR p kemungkinan cocok untuk digunakan. o Jika tidak jelas model AR atau MA yang dapat diterapkan, maka dapat digunakan model gabungan AR dan MA atau salah satu diantara keduanya. Permodelan ARIMA yang telah dipilih melalui plot correlogram dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Permodelan ARIMA Pada Emiten yang Melakukan Stock Split Nama Emiten Model ARIMA Arpeni Pratama Ocean Line Tbk apol ar1 ma1 – ARMA1,1 Ciputra Surya Tbk ctrs ar1 ma1 ma2 – ARMA 1,2 Davomas Abadi Tbk davo2 ar1 – ARMA 1,0 Ekadharma International Tbk ekad1 ar1 ar2 ar3 ar4 ma1 ma2 ma3 ma4 – ARMA 4,4 Hexindo Adiperkasa Tbk hexa c ar1 ma1 – ARMA 1,1 International Nickel Indonesia Tbk I inco1 ma1 – ARMA 1,0 International Nickel Indonesia Tbk II inco2 ar1 – ARMA 1,0 Indosat Tbk - ISAT isat c ar1 – ARMA 1,0 Jakarta Internasional Hotel Dev Tbk jihd ar1 ar2 ar3 ar4 ar5 ma1 ma2 ma3 ma4 ma5 - ARMA 5,5 Jaya Pari Steel Tbk jprs ar1 – ARMA 1,0 Kalbe Farma Tbk klbf ar1 ar2 ar3 ma1 ma2 ma3 – ARMA 3,3 Lippo Karawaci Tbk lpkr ar1 – ARMA 1,0 Panorama Sentrawisata Tbk panr ar1 ar2 ar3 ma1 ma2 ma3– ARMA 3,3 Rig Tenders Indonesia Tbk rigs c ar1 – ARMA 1,0 Tempo Scan Pacific Tbk tspc ar1 ar2 ma1 ma2 – ARMA 2,2 Bakrie Sumatra Plantations Tbk unsp c ar1 ar2 ar3 ma1 ma2 ma3 – ARMA 3,3 Setelah model tentatif diperoleh, tahap selanjutnya adalah melakukan estimasi terhadap parameter model tersebut dengan metode Least Square. Hasil estimasi parameter model terlampir pada lampiran 12. Dari hasil ini, harus dipastikan variabel-variabel yang terdapat dalam model signifikan. Jika terdapat koefisien dugaan parameter yang tidak signifikan, maka variabel yang bersangkutan harus dikeluarkan dari model. Ukuran lain yang dapat dijadikan pertimbangan adalah Akaike Info Criterion AIC, Schwarz Info Criterion SIC, Adjusted R 2 dan Standar Error of Regression . Ketika memutuskan menambah satu variabel tertentu yang ternyata signifikan, maka penambahan tersebut dapat diterima jika Adjusted R 2 meningkat, sedangkan Akaike Info Criterion AIC dan Standar Error of Regression menurun. Tabel 4.12 Hasil Estimasi Parameter Model Pada Emiten yang Melakukan Stock Split Kode Emiten Variabel t-statistic Signifikan APOL AR1 MA1 1.658316 -2.682442 CTRS AR1 MA1 MA2 -3.368805 3.669654 1.796088 DAVO AR1 3.639194 EKAD AR1 AR2 AR3 AR4 MA1 MA2 MA3 MA4 3.663559 -4.722154 4.061580 -13.77859 -6.210882 8.773573 -6.317916 24.05179 HEXA C AR1 MA1 2.169169 -9.860621 6.814448 INCO 1 MA1 2.505135 INCO 2 AR1 2.441018 ISAT C AR1 2.117357 1.714694 JIHD AR1 AR2 AR3 AR4 AR5 MA1 MA2 MA3 MA4 MA5 -8.190281 5.429858 5.236048 -8.585129 -14.32343 5.851442 -4.360726 -5.518242 8.153802 10.20956 JPRS AR1 -3.065866 Kode Emiten Variabel t-statistic Signifikan KLBF AR1 AR2 AR3 MA1 MA2 MA3 -3.567191 -4.040330 -5.317450 3.810272 3.414288 6.013452 LPKR AR1 2.945540 PANR AR1 AR2 AR3 MA1 MA2 MA3 7.583712 13.92131 -12.70942 -38.26213 -35.69295 70.70284 RIGS C AR1 2.007089 -1.864994 TSPC AR1 AR2 MA1 MA2 -13.00621 -13.07582 135.1546 162.2904 UNSP C AR1 AR2 AR3 MA1 MA2 MA3 2.000676 -10.86235 -12.63681 -14.74100 44.57055 68.53545 55.33505 Signifikan 10 Signifikan 5 Signifikan 1 Tabel 4.12 merupakan ringkasan dari lampiran 12, yang menyajikan variabel-variabel dari setiap emiten dengan nilai t-statistiknya untuk menentukan apakah variabel-variabel tersebut telah signifikan. Dari penyajian diatas, dapat dilihat bahwa semua variabel telah signifikan pada nilai yang bervariasi. Namun, sebagian besar telah signifikan pada tingkat = 1 . Hanya APOL, CTRS dan ISAT yang salah satu variabel dari modelnya signifikan pada tingkat = 10 . Oleh karena itu, dapat disimpulkan variabel yang terdapat dalam model yang disajikan pada tabel 4.11 telah signifikan. Setelah semua variabel signifikan, maka ketepatan model harus diuji lagi dengan melakukan plot correlogram terhadap residualnya seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil correlogram dapat ditunjukan oleh lampiran 14. Tujuan dari pengujian kembali dengan plot correlogram adalah memastikan apakah spesifikasi model telah benar. Jika residualnya ternyata white noise, maka modelnya sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari autocorrelation function ACF dan partial autocorrelation PACF yang tidak signifikan. Ini merupakan indikasi bahwa residual merupakan white noise yang artinya model telah cocok. Signifikan tidaknya ACF dan PACF dapat dilihat dari uji Barlet pada correlogram . Barlet merupakan dua garis yang merupakan interval keyakinan atau pembatas signifikan atau tidaknya ACF dan PACF pada setiap lag. Bila ACF dan PACF semuanya kecil dan terletak diantara interval yang telah ditentukan, dapat dikatakan bahwa residualnya merupakan white noise. Pada lampiran 14 menunjukan bahwa semua sampel, pada semua lag, ACF dan PACF-nya berada diantara interval garis barlet. Hal ini dapat diartikan ACF dan PACF-nya tidak signifikan dan residualnya telah white noise . Sehingga model yang telah disajikan pada tabel 4.11 adalah model terbaik. Dengan model dari setiap saham yang telah didapatkan diatas, kemudian dilakukan peramalan return wajar expected return masing- masing saham. Dalam melakukan peramalan ini, model ARIMA yang telah diperoleh, diubah ke dalam model matematis. Setelah langkah- langkah diatas, barulah dapat dilakukan perhitungan return wajar expected return. Dibawah ini akan disajikan perhitungan expected return PT. Hexindo Adiperkasa Tbk saat t-10 atau 10 hari sebelum pengumuman stock split sebagai contoh yang mewakili sampel emiten yang melakukan stock split karena model ARIMA dari HEXA meliputi autoregression dan moving avarage serta terdapat konstanta yang signifikan pada model tersebut. Model ARIMA terbaik PT. Hexindo Adiperkasa Tbk saat t-10: hexa c ar1 ma1 – ARMA 1,1 11 1 11 1 − − + + − Υ + = Υ t t t t ε θ ε δ ϑ δ 11 1 11 1 1 1 − − + + Υ + − = Υ t t t t ε θ ε ϑ ϑ δ Y t = 0,005301 1 – -0,949890 + -0,949890 0 + 0 + 0,874148 -0,029034 Y t = -0,015043646142 dimana: Y t = expected return HEXA saat t-10 δ = konstanta lampiran 12 ϑ = koefisien regresi AR orde 1 lampiran 12 Y t-11 = return pada saat t-11 θ = koefisien regresi MA orde 1 lampiran 12 t ε = residual, yang sebagaimana model OSL mempunyai karakteristik nilai rata-rata nol, varian konstan dan tidak saling berhubungan. 1 − t ε = residual pada t-11 Langkah berikutnya setelah mendapat nilai expected return adalah melakukan perhitungan abnormal return setiap saham, untuk selanjutnya dilakukan pengujian statistik terhadap abnormal return. Hal ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi abnormal return yang ada diperiode peristiwa. Signifikansi ini ditunjukkan secara statistik abnormal return tersebut tidak sama dengan nol yaitu positif untuk good news atau membawa sinyal positif bagi investor dan negatif untuk bad news atau membawa sinyal negatif bagi investor. Dalam penelitian ini, uji statistik abnormal return dilakukan dengan menggunakan uji t. Pengujian signifikansi dengan uji t dilakukan untuk abnormal return seluruh saham pada masing-masing hari selama periode investigasi. Jadi pengujian dengan uji t ini tidak dilakukan untuk masing-masing saham, tetapi terhadap seluruh saham portofolio sekuritas. Output SPSS untuk uji signifikansi abnormal return terampir pada lampiran 16. Ringkasan hasil pengujian signifikansi terhadap abnormal return untuk emiten yang melakukan stock split terdapat di tabel 4.13. Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Abnormal Return di Sekitar Pengumuman Stock Split Hari ke-t AR t-hitung p-value Keterangan -10 0,006916301 1,619 0,126 NS -9 0,000369113 0,085 0,933 NS -8 -0,010234358 -2,479 0,026 -7 -0,006616144 -2,100 0,053 -6 0,001334209 0,266 0,794 NS -5 0,011987004 1,470 0,162 NS -4 0,000225032 0,047 0,963 NS -3 -0,002999558 -0,281 0,782 NS -2 0,00564539 0,803 0,435 NS -1 0,000189385 0,050 0,961 NS 0,005919912 0,473 0,643 NS +1 0,003686792 0,609 0,551 NS +2 0,015179458 1,161 0,264 NS +3 -0,001156597 -0,119 0,907 NS +4 0,009080738 0,718 0,484 NS +5 0,003853001 0,355 0,728 NS Signifikan 10 Signifikan 5 Signifikan 1 NS Non-signifikan Dalam pengujian uji t two-tailed, dengan tingkat keyakinan 90 = 10 dan derajat kebebasan degree of freedom atau df sebesar 15 nilai df = 15 diperoleh dari n-1, dimana n=16, maka nilai kritis t adalah sebesar 1,753. Apabila dengan tingkat keyakinan 95 = 5 dan df 15, nilai kritis t adalah sebesar 2,131. Sedangkan dengan tingkat keyakinan 99 = 1 dan df 15, nilai kritis t sebesar 2,947. Nilai ini dapat diperoleh dari Tabel nilai t. Hasil perhitungan abnormal return pada emiten yang melakukan stock split menunjukkan bahwa pada tanggal pengumuman nilai abnormal return positif sebesar 0,005919912. Namun, hasil pengujian signifikansi dengan uji t menunjukkan bahwa nilai tersebut tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan karena investor ragu-ragu dalam menafsirkan sinyal yang disampaikan emiten melalui stock split sehingga mempengaruhi investor dalam keputusan menjual atau membeli saham. Tidak terdapatnya abnormal return yang signifikan mencerminkan keragu- raguan investor dalam mengambil keputusan apakah akan menjual atau membeli saham. Hal lain yang menyebabkan tidak terdapatnya abnormal return yang signifikan pada tanggal pengumuman stock split adalah investor telah mengetahui terlebih dahulu informasi mengenai rencana kebijakan stock split sebelum kebijakan ini resmi diumumkan kepada pubik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang secara statistik signifikan yang terjadi pada t-8 dan t-7. Nilai t-hitung pada t-8 adalah sebesar -2,479 dan probabilitas sebesar 0,026 yang nilainya dibawah 0,05, hal ini menunjukkan bahwa abnormal return signifikan pada tingkat kepercayaan 95 = 5. Pada t-7 nilai t-hitung adalah sebesar -2,100 dengan probabilitas 0,053 yang nilainya dibawah 0,1 yang menunjukkan bahwa abnormal return signifikan pada tingkat kepercayaan 90 = 10. Hal ini berarti hipotesis Ho ditolak, yang berarti diterimanya hipotesis alternatif Ha, yang menyatakan bahwa terdapat abnormal return pada periode investigasi. Kebocoran informasi yang terjadi sebelum pengumuman stock split dipublikasikan mengakibatkan terdapat abnormal return ditemukan pada t-8 dan t-7 dimana investor telah bereaksi atas kebocoran informasi tersebut. Hasil yang diperoleh membuktikan signaling hipotesis pada stock split , dimana stock split membawa sinyal dari emiten yang akan memberikan pandangan kepada investor dalam merespon informasi stock split tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Rifa’i dan Rudi Handoko 2005 yang meneliti tentang pengaruh stock split terhadap perusahaan yang tercatat tidak membayarkan deviden tunai dengan perusahaan yang melakukan pembayaran deviden sebelumnya. Ahmad Rifa’i dan Rudi Handoko 2005 menemukan adanya abnormal return yang signifikan pada t-30, t-29, t-27, t-3 dan t+30 dengan tingkat = 1 pada emiten yang tercatat tidak membayarkan deviden tunai. Sedangkan pada emiten yang melakukan pembayaran deviden sebelumnya ditemukan abnormal return pada t-27, t-25, dan t+4 pada tingkat = 10. Abnormal return yang ditemukan sebelum pengumuman mencerminkan kebocoran informasi sebelum pengumuman stock split resmi dipublikasikan sehingga menimbulkan reaksi investor terkait pandangannya terhadap sinyal yang dibawa dari informasi tersebut.

b. Reverse Stock Split

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 84 79

Analisis Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

14 130 117

Analisis Motivasi Dibalik Stock Split dan Reverse Stock Split

0 9 15

PERBEDAAN LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM DI SEKITAR PENGUMUMAN STOCK SPLIT

1 8 11

ANALISIS ABNORMAL RETURN SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM Analisis Abnormal Return Saham, Likuiditas Saham, dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham (Stock Split)(Pada Perusahaan Go Publik yang Terdaftar di Bu

0 2 18

ANALISIS ABNORMAL RETURN SAHAM, LIKUIDITAS SAHAM, DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH Analisis Abnormal Return Saham, Likuiditas Saham, dan Volume Perdagangan Saham Sebelum dan Sesudah Pemecahan Saham (Stock Split)(Pada Perusahaan Go Publik

2 21 15

PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS DAN RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas Dan Return Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 16

ANALISIS PENGARUH STOCK SPLIT TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM.

0 2 10

ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM DI SEKITAR PENGUMUMAN STOCK SPLIT ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM DI SEKITAR PENGUMUMAN STOCK SPLIT.

0 1 17

PENDAHULUAN ANALISIS PERBEDAAN LIKUIDITAS SAHAM DAN RETURN SAHAM DI SEKITAR PENGUMUMAN STOCK SPLIT.

1 1 8