Pada emiten yang melakukan reverse stock split, rata-rata abnormal return
pada periode setelah tanggal pengumuman ternyata juga lebih besar, yaitu sebesar 0,010611576 daripada periode sebelum tanggal
pengumuman, yang hanya sebesar 0,000417957. Nilai abnormal return tertinggi terjadi pada periode sebelum tanggal pengumuman yaitu sebesar
0,055237605 yang terjadi pada periode h-8. Secara umum, tanpa melakukan uji signifikansi, dapat disimpulkan
bahwa terdapat abnormal return positif setelah pengumuman stock split maupun reverse stock split bagi investor. Kedua kebijakan tersebut dinilai
membawa sinyal positif bagi investor, sehingga mempengaruhi investor dalam keputusan transaksi yang ditandai dengan adanya abnormal return.
Hal ini sesuai dengan signaling hipotesis yang mendasari kebijakan stock split
maupun reverse stock split, yang menyatakan bahwa dalam informasi kebijakan split mengandung sinyal yang akan dipandang secara positif
atau negatif oleh investor yang pada akhirnya akan mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan menjual atau membeli.
2. Analisis Pengujian Statistik
1. Analisis Likuiditas
Likuiditas merupakan alat yang digunakan untuk menguji optimal price range
hipotesis dan liquidity hipotesis. Kedua hipotesis ini menyatakan bahwa stock split dan reverse stock split akan membawa
harga pada tingkat yang optimal sehingga perdagangan saham akan lebih aktif yang berarti terjadi peningkatan likuiditas.
Dalam melakukan analisis terhadap likuiditas, langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisa perubahan likuiditas adalah melakukan uji
normalitas data terhadap trading volume activity yang merupakan indikator likuiditas. Tujuan dilakukannya uji normalitas data adalah untuk
melihat apakah data memiliki distribusi yang normal atau tidak. Uji normalitas data yang digunakan adalah dengan menggunakan
grafik distribusi normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka variabel-variabel tersebut memenuhi
asumsi normalitas. Dan sebaliknya, jika data menyebar dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka variabel-variabel tersebut
tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas data terhadap trading volume activity
menunjukkan bahwa data memiliki distribusi yang tidak normal. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5. Data semua sampel tidak
menyebar disekitar garis diagonal melainkan berkumpul menjauhi garis diagonal, maka dapat disimpulkan variabel-variabel tersebut tidak
memenuhi asumsi normalitas. Karena data dalam penelitian ini tidak bersifat normal, maka dalam
penelitian ini menggunakan metode non-parametrik dengan melakukan uji tanda sign test. Dengan uji tanda, akan dibandingkan rata-rata trading
volume activity sampel selama 60 hari sebelum dan 60 hari setelah
dilaksanakan split. Kemudian dapat ditarik kesimpulan tentang apakah stock split
dan reverse stock split mempunyai pengaruh terhadap likuiditas atau tidak.
Tabel 4.7 Perbandingan Trading Volume Activity TVA
Sebelum dan Sesudah Stock Split
Nama Emiten TVA
Sebelum TVA
Sesudah Tanda
Kalbe Farma Tbk
0,001608197 0,00103209
- Indosat Tbk
0,001778963 0,00262317
+ Jakarta Internasional Hotel Dev Tbk
0,003803472 0,00188518
- International Nickel Indonesia Tbk I
0,000236363 0,00010511
- Rig Tenders Indonesia Tbk
0,000155276 5,7062E-05
- Bakrie Sumatra Plantations Tbk
0,004071985 0,01851631
+ Ekadharma International Tbk
0,001249396 0,00054944
- Ciputra Surya Tbk
0,002749009 0,01315123
+ Hexindo Adiperkasa Tbk
0,001399509 0,00033301
- Lippo Karawaci Tbk
0,003826264 0,0026128
- Tempo Scan Pacific Tbk
0,001028741 0,00280942
+ Arpeni Pratama Ocean Line Tbk
0,001602027 0,00108896
- Davomas Abadi Tbk
0,000498531 0,00051209
+ Jaya Pari Steel Tbk
0,003729324 0,00138103
- International Nickel Indonesia Tbk II
0,006402185 0,00168543
- Panorama Sentrawisata Tbk
0,003656875 3,2280633
+
Dalam tabel tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa semua emiten yang melakukan stock split mengalami penurunan trading volume
activity TVA yang berarti juga penurunan likuiditas. Hanya enam
emiten saja yang trading volume activity TVA-nya mengalami kenaikan yakni PT. Indosat Tbk, PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk, PT. Ciputra
Surya Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, PT. Davomas Abadi Tbk, dan PT. Panorama Sentrawisata Tbk.
Dari keenam emiten tersebut hanya PT. Panorama Sentrawisata Tbk yang mengalami kenaikan TVA sangat signifikan dari 0,003656875
sebelum mengalami stock split menjadi 3,2280633 setelah mengalami
stock split . Sedangkan PT. Davomas Abadi Tbk adalah emiten yang
mengalami kenaikan TVA paling rendah dengan kenaikan sebesar 0,000013558.
Diantara kesepuluh emiten yang trading volume activity TVA-nya justru menurun setelah melakukan stock split, PT. International Nickel
Indonesia Tbk II adalah yang mengalami penurunan paling signifikan dibandingkan dengan yang lain. Sebelum mengalami stock split TVA PT.
International Nickel Indonesia Tbk II sama dengan 0,00640218. Namun setelah mengalami stock split TVA menurun menjadi hanya 0,0016854.
Untuk emiten yang melakukan reverse stock split, perbandingan trading volume activity
TVA akan disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.8
Perbandingan Trading Volume Activity TVA Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split
Nama Emiten TVA
Sebelum TVA
Sesudah Tanda
Redland Asia Capital Tbk
0,0018042 0,003287667
+ Sierad Produce Tbk
0,000232216 0,00079266
+ Inti Agri Resources Tbk
0,000712029 0,003839784
+ Bakrie Brothers Tbk I
0,002688677 0,023623124
+ Lippo E-net Tbk
0,001352835 0,000639301
- Pan Pacific Internasional Tbk
0,001839173 0,000401637
- Sentul City Tbk
7,72451E-05 0,000119133
+ Bakrie Brothers Tbk II
0,006217721 0,019826092
+
Berkebalikan dengan yang dialami oleh emiten yang melakukan stock split
, secara keseluruhan emiten-emiten yang melaksanakan reverse stock split
mengalami peningkatan trading volume activity TVA yang berarti peningkatan likuiditas.
Hanya dua emiten yang mengalami penurunan TVA setelah melakukan reverse stock split yakni PT. Lippo E-net Tbk dan PT. Pan
Pacific Internasional Tbk. Penurunan paling signifikan dialami oleh PT. Pan Pacific Internasional Tbk dari 0,001839173 sebelum mengalami
reverse stock split menjadi 0,000401637 setelah mengalami reverse stock
split . Sedangkan PT. Lippo E-net, TVA sebelum melakukan reverse stock
split sebesar 0,001352835 menjadi 0,000639301 setelah melakukan
reverse stock split .
Kenaikan TVA PT. Bakrie Brothers I ternyata lebih besar dibandingkan emiten lainnya yang juga mengalami kenaikan. TVA PT.
Bakrie Brothers I sebelum mengalami reverse stock split sama dengan 0,002688677. Namun, setelah mengalami reverse stock split TVA-nya
naik menjadi 0,023623124. Kenaikan TVA paling rendah dialami oleh PT. Sentul City Tbk yakni sebesar 0,0000418875.
Output SPSS dari pengujian ini dapat dilihat pada lampiran 6 untuk emiten yang melakukan stock split, dan lampiran 7 untuk emiten yang
melakukan reverse stock split. Dari hasi output SPSS ini, dapat dilihat signifikansi dari perubahan TVA. Tabel 4.9 menyajikan hasil signifikansi
dari TVA sebelum dan sesudah tanggal pelaksanaan stock split atau reverse stock split
.
Tabel 4.9 Hasil Signifikansi Perubahan TVA Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan
Stock Split dan Reverse Stock Split
Perubahan TVA Sebelum dan Sesudah
Significance P-value
Nilai Kritis bila = 5
Keterangan
Stock Split 0,454
2,131 Signifikan
Reverse Stock Split 0,289
2,365 Signifikan
Berdasarkan output Frequencies uji tanda pada emiten yang melakukan stock split lampiran 6 terlihat bahwa jumlah selisih pasangan
data TVA sesudah – TVA sebelum terdiri dari 10 pasang berselisih negatif, dan 6 pasang berselisih positif, dan tidak ada pasangan berselisih
nol atau pasangan data bernilai sama ties. Hal ini sesuai dengan tabel 4.7-Perbandingan Trading Volume Activity TVA sebelum dan sesudah
Stock Split yang telah disajikan sebelumnya.
Output SPSS memberikan P-value untuk uji dua sisi two-tailed sama dengan 0,454 pada emiten yang melakukan stock split seperti tampak pada
lampiran 6. Adapun nilai kritis dengan tingkat keyakinan 95 = 5 dan derajat kebebasan degree of freedom atau df sebesar 15 nilai df = 15
diperoleh dari n-1, dimana n=16 adalah sebesar 2,131. Nilai ini dapat diperoleh dari tabel nilai t. Nilai P-value uji dua sisi ini lebih kecil dari =
5 sehingga merupakan bukti kuat untuk menolak Ho. Hal ini membuktikan bahwa likuiditas mengalami perubahan
signifikan setelah emiten melakukan stock split. Namun secara umum perubahan ini bersifat negatif atau dengan kata lain likuiditas mengalami
penurunan setelah melakukan stock split. Hasil penelitian ini tidak
mendukung optimal price range hipotesis dan liquidity hipotesis yang mendasari pelaksanaan stock split. Perubahan tingkat harga akibat
pelaksanaan stock split belum cukup membawa tingkat harga pada rentang harga optimal, sehingga justru menurunkan likuiditas saham. Hal ini dapat
disebabkan karena tidak adanya kepastian bisnis dalam pasar modal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wang Sutrisno 2000 dan Ade Wirman 2002 yang menyatakan bahwa likuiditas mengalami penurunan signifikan setelah mengalami stock split.
Data output Frequencies uji tanda pada emiten yang melakukan reverse stock split
lampiran 7 menunjukkan jumlah selisih pasangan data
TVA sesudah – TVA sebelum terdiri dari 2 pasang berselisih negatif, 6
pasang berselisih positif, dan tidak ada pasangan berselisih nol atau pasangan data bernilai sama ties. Hasil ini sesuai dengan tabel 4.8-
Perbandingan Trading Volume Activity TVA Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split
yang telah disajikan sebelumnya. Output SPSS memberikan P-value untuk uji dua sisi two-tailed sama
dengan 0,289 pada emiten yang melakukan reverse stock split seperti tampak pada lampiran 7. Adapun nilai kritis dengan tingkat keyakinan
95 = 5 dan derajat kebebasan degree of freedom atau df sebesar 7 nilai df = 7 diperoleh dari n-1, dimana n=8 adalah sebesar 2,365. Nilai P-
value uji dua sisi ini lebih kecil dari = 5 sehingga merupakan bukti
kuat untuk menolak Ho.
Hal ini membuktikan bahwa likuiditas mengalami perubahan signifikan setelah emiten melakukan reverse stock split. Secara
keseluruhan perubahan ini bersifat positif atau dengan kata lain likuiditas mengalami peningkatan setelah melakukan reverse stock split. Hasil ini
mendukung optimal price range hipotesis dan liquidity hipotesis yang merupakan motivasi dibalik pelaksanaan reverse stock split.
Penelitian ini menghasilkan bukti yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lihua Jing 2002 yang menyatakan bahwa likuiditas saham
meningkat setelah mengalami reverse stock split.
2. Analisis Abnormal Return