II. Hal-hal Yang Diperbaiki
Di bawah ini akan dijelaskan tentang beberapa perbaikan yang telah dilakukan oleh Tim Penyempurnaan Tafsir Departemen Agama.
Susunan tafsir pada edisi penyempurnaan tidak jauh berbeda dari tafsir yang sudah ada, yaitu terdiri dari mukaddimah yang berisi tentang: Nama surah,
tempat diturunkannya, banyaknya ayat, dan pokok-pokok isinya. Mukaddimah akan dihadirkan setelah penyempurnaan atas ke-30 juz tafsir selesai dilaksanakan.
Setelah itu penyempurnaan tafsir dimulai dengan mengetengahkan beberapa pembahasan yaitu dimulai dari judul, penulisan kelompok ayat, terjemah,
kosakata, munasabah, sebab nuzul, penafsiran dan diakhiri dengan kesimpulan. Pertama:
Judul Sebelum memulai penafsiran, ada beberapa judul yang disesuaikan dengan
kandungan kelompok ayat yang akan ditafsirkan. Dalam tafsir penyempurnaan ada perbaikan judul dari segi struktur bahasa. Tim penyempurna tafsir kadangkala
merasa perlu untuk mengubah judul jika hal itu diperlukan, misalnya judul yang ada kurang tepat dengan kandungan ayat-ayat yang akan ditafsirkan.
Kedua: Penulisan Kelompok Ayat
Dalam penulisan kelompok ayat ini, rasm yang digunakan adalah rasm dari mushaf standar Indonesia yang sudah banyak beredar dan terakhir adalah
mushaf yang ditulis ulang juga mushaf standar Indonesia yang diwakafkan dan disumbangkan oleh yayasan “Iman Jama” kepada Departemen Agama untuk
dicetak dan dipersebarluaskan. Dalam kelompok ayat ini tidak banyak mengalami perubahan. Hanya jika kelompok ayatnya terlalu panjang, maka tim merasa perlu
membagi kelompok ayat tersebut menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok diberikan judul baru.
Ketiga: Terjemah
Dalam menerjemahkan kelompok ayat, terjemah yang dipakai adalah al- Qur‟ân dan Terjemahnya edisi 2002 yang telah diterbitkan oleh Departemen
Agama pada tahun 2004. Keempat:
Kosakata Pada al-
Qur‟ân dan tafsirnya Departemen Agama lama tidak ada penyertaan kosakata ini. Dalam edisi penyempurnaan ini, tim merasa perlu
mengetengahkan unsur kosakata ini. Dalam penulisan kosakata, yang diuraikan terlebih dahulu adalah arti kata dasar dari kata tersebut, lalu diuraikan pemakaian
kata tersebut dalam al- Qur‟ân dan kemudian mengetengahkan arti yang paling pas
untuk kata tersebut pada ayat yang sedang ditafsirkan. Kemudian jika kosakata tersebut diperlukan uraian yang lebih panjang, maka diuraikan sehingga bisa
memberi pengertian yang utuh tentang hal tersebut. Kelima:
Munasabah Sebenarnya ada beberapa bentuk munasabah atau keterkaitan ayat dengan
ayat berikutnya atau antara satu surah dengan surah berikutnya. Seperti munasabah antara satu surah dengan surah berikutnya, munasabah antara awal
surah dengan akhir surah, munasabah antara akhir surah dengan awal surah berikutnya, munasabah antara satu ayat dengan ayat berikutnya dan munasabah
antara kelompok ayat dengan kelompok ayat berikutnya. Yang dipergunakan dalam tafsir ini adalah dua macam saja, yaitu munasabah antara satu surah dengan
surah sebelumnya dan munasabah kelompok ayat dengan kelompok ayat sebelumnya.
Keenam, Sabab Nuzul
Dalam tafsir penyempurnaan ini, sebab nuzul dijadikan sub tema. Jika dalam kelompok ayat ada beberapa riwayat tentang sebab nuzul maka sabab nuzul
yang pertama yang dijadikan subjudul. Sedangkan sabab nuzul berikutnya cukup diterangkan dalam tafsir saja.
Ketujuh: Tafsir
Secara garis besar penafsiran yang sudah ada tidak banyak mengalami perubahan, karena masih cukup memadai sebagaimana disinggung di muka. Jika
ada perbaikan adalah pada perbaikan redaksi, atau menulis ulang terhadap penjelasan yang sudah ada tetapi tidak mengubah makna, atau meringkas uraian
yang sudah ada, membuang uraian yang tidak perlu atau uraian yang berulang- ulang, atau uraian yang tidak terkait langsung dengan ayat yang sedang
ditafsirkan, men-takhrij hadis atau ungkapan yang belum di-takhrij, atau mengeluarkan hadis yang tidak shahih.
Tafsir ini juga berusaha memasukkan corak tafsir “ilmi” atau tafsir yang bernuansa sains dan teknologi secara sederhana sebagai refleksi atas kemajuan
teknologi yang sedang berlangsung saat ini dan juga untuk mengemukakan kepada beberapa kalangan saintis bahwa al-
Qur‟ân berjalan memacu kemajuan teknologi.
Kedelapan: Kesimpulan
Tim juga banyak melakukan perbaikan dalam kesimpulan. Karena tafsir ini bercorak “Hidâ’i”, maka kesimpulan akhir tafsir ini juga berusaha
mengetengahkan sisi-sisi hidayah dari ayat yang telah ditafsirkan
29
. Sebagai respon atas saran dan masukan dari para pakar, penyempurnaan
Tafsir al- Qur‟ân Departemen Agama telah memasukan kajian ayat-ayat kauniyah
atau kajian ayat dari perspektif ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam hal ini dilakukan oleh tim pakar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, yaitu:
Prof. Dr. H. Umar Anggara Jenie, Apt, M.Sc. Pengarah Dr. H. Hery Harjono
Ketua merangkap
anggota Dr. H. Muhammad Hisyam
Sekretaris merangkap anggota
Dr. H. Hoemam Rozie Sahil Anggota
Dr. H.A. Rahman Djuwansah Anggota
Prof. Dr. Arie Budiman Anggota
Ir. H. Dudi Hidayat, M.Sc Anggota
Prof. Dr. H. Syamsul Farid Ruskanda Anggota
Staf Sekretariat: Dra. E. Tjempakasari, M. Lib
Drs. Tjejep Kurnia
29
Dr. H. Ahsin Sakho Muhammad Ketua Tim Penyempurnaan al- Qur’ân dan Tafsirnya
Departemen Agama RI tahun 2003, al- Qur’ân dan Tafsirnya; Edisi yang Disempurnakan,
Jakarta; Departemen Agama RI, 2004 cet. Pertama hal. xxv
Demikian semoga al- Qur‟ân dan Tafsirnya yang disempurnakan ini
memberikan manfaat dan dapat memandu mereka yang ingin mengetahui kandungan dan ayat-ayat al-
Qur‟ân secara lebih mendalam.
35
BAB III ANALISA PERBANDINGAN TENTANG PENAFSIRAN SURAT
AL-INSYIQÂQ
A. Menurut Tafsir al-Misbâh karya M. Quraish Shihab
Sebelum mengetahui bagaimana Quraish Shihab menafsirkan surah al- Insyiqâq, penulis akan sedikit memaparkan mengenai surah ini. Ayat-ayat surah
ini disepakati oleh Ulama turun sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Namanya yang dikenal pada masa sahabat Nabi SAW. adalah surah Idzâ
Insyaqqat as-Samâ
1
. Imâm Mâlik meriwayatkan sebagaimana tercantum dalam al-
Muwaththa’-nya bahwa Abû Salamah berkata: Sahabat Nabi, Abû Hurairah, sujud ketika membaca surah Idzâ Insyaqqat as-Samâ. Setelah selesai Abû
Hurairah menjelaskan kepada mereka bahwa Rasul SAW. pun sujud ketika membacanya. Dalam beberapa kitab tafsir, begitu juga dalam Mushaf, nama
tersebut dipersingkat sehingga hanya menjadi surah al-Insyiqâq. Inilah satu- satunya nama yang dikenal untuk kumpulan ayat-ayat surah ini.
Tema untuk surah ini menurut al- Biqa‟i adalah penjelasan menyangkut
uraian akhir surah yang lalu al-Mutaffifin yaitu bahwa hamba-hamba Allah yang mendekatkan diri kepada-Nya akan memperoleh kenikmatan, sedang musuh-
musuhnya akan tersiksa. Itu karena mereka tidak mempercayai adanya hari Kebangkitan, tidak juga percaya bahwa akan ada manusia diperhadapkan dengan
Tuhan Maha Raja mereka, serupa dengan hamba sahaya diperhadapkan kepada
1
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian al- Qur’ân,
Jakarta; Lentera Hati, 2002 hal. 137