Potret Pendidikan dan Karir Akademis

11

BAB II PROFIL TAFSIR AL-MISBAH DAN PROFIL AL-QURÂN DAN

TAFSIRNYA

A. M. Quraish Shihab

I. Potret Pendidikan dan Karir Akademis

Muhammad Quraish Shihab adalah sarjana muslim kontemporer Indonesia yang berhasil tidak hanya dalam karir keilmuannya, tetapi juga dalam karir sosial kemasyarakatan, terutama dalam pemerintahan. Kesuksesan karir keilmuannya ditunjang dengan kenyataan bahwa dia adalah doktor lulusan Universitas al-Azhar bidang kajian al- Qur‟ân bidang kajian tafsir al-Qur‟ân dengan predikat “dengan pujian tingkat pertama ” Summa Cum Laude pertama dari Asia Tenggara 1 , penulis prolifik, dan mufassir al- Qur‟ân kontemporer. Kesuksesan karir sosial kemasyarakatannya mengiringi kesuskesan karir keilmuannya, dari mulai menjadi Pembantu Rektor, Rektor, Staf Ahli Mendikbud, Ketua MUI, Menteri Agama, sampai menjadi Duta Besar RI di Mesir. M. Quraish Shihab Lahir pada tanggal 16 Februari 1944 di Rappang, Sulawesi Selatan. Ia berasal dari keturunan Arab terpelajar 2 . Ayahnya 3 merupakan ulama dan seorang guru besar Tafsir di IAIN Alaudin, Ujung Pandang. Benih- 1 Kusmana, Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam Sejarah dan Profil Pimpinan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1957-2002 Jakarta: IAIN Jakarta Press 2002 Cet. I hal. 254 2 Kusmana, Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam Sejarah dan Profil Pimpinan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1957-2002 Jakarta: IAIN Jakarta Press 2002 Cet. I hal. 255 3 Abdurrahman Shihab adalah seorang yang berfikiran maju dan percaya akan fungsi pendidikan sebagai agen perubahan. Wawasan maju ini bisa dirunut dari riwayat pendidikannya. Lih. Kusmana, Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam Sejarah dan Profil Pimpinan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1957-2002 Jakarta: IAIN Jakarta Press 2002 Cet. I hal. 255 benih kecintaan jiwa Quraish kepada studi al- Qur‟ân mulai tersemai ketika masih anak-anak. Seringkali ayahnya mengajak anak-anaknya duduk bersama, dan pada saat seperti itulah ayahnya menyampaikan petuah-petuah keagamaannya. Banyak dari petuah itu — yang kemudian saya ketahui sebagai ayat al-Qurân atau petuah Nabi, sahabat, atau pakar-pakar al-Qurân — yang hingga detik ini masih terngiang di telinga saya. 4 Dalam mengarungi bahtera hidupnya, Quraish Shihab ditemani Fatmawati 5 sang isteri tercinta. Bersama ia bertukar fikiran, berwelas asih dan mengayuhkan kaki untuk membina kelima anaknya; empat putri dan satu putra, yaitu Najla, Najwa, Naswa, Ahmad, dan Nahla 6 . Pendidikan formal sekolah Dasar Quraish Shihab di Ujung Pandang, kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Darul-Hadits Al-faqihiyyah. Pada 1958, dia berangkat ke Kairo, Mesir dan diterima di kelas II Tsanawiyyah Al-Azhar. Pada 1967, dia meraih gelar Lc S- 1 pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Hadits Universitas Al-Azhar. Kemudian dia melanjutkan pendidikannya pada fakultas yang sama, dan pada 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir al- Qur‟ân dengan tesis berjudul al-I’jaz al-Tasyri’iy li al-Qurân al-Karim. Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab dipercayakan untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN Aluddin, Ujung Pandang. Selain itu dia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di 4 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qurân, Bandung: Mizan 1994 Kata pengantar 5 M. Quraish Shihab, Wawasan al- Qur’ân; Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung; Mizan, 1996 Kata Pengantar 6 M. Quraish Shihab, Mu’jizat al-Qur’ân, Bandung; Mizan, 1996 Cet. Pertama hal. 2 dalam kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VII Indonesia Bagian Timur, maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang ini dia juga sempat melakukan berbagai penelitian : antara lain, penelitian dengan tema “Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur” 1975 dan “Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” 1978 7 . Pada 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan melanjutkan pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas al-Azhar. Pada 1982, dengan disertasi berjudul Nazhm al-Durar li al- biqa’iy, Tahqiq wa Dirasah, dia berhasil meraih gelar doktor dalam ilmu-ilmu al-Qurân dengan yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan tingkat I mumtaz ma’a martabat al-syaraf al- ‘ula. Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984, Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Selain itu, di luar kampus dia juga dipercayakan untuk menduduki berbagai jabatan. Antara lain: Ketua Majelis Ulama Indonesia MUI Pusat sejak 1984, Anggota Lajnah Pentashih al- Qur‟ân Departemen Agama sejak 1989, Anggota badan pertimbangan Pendidikan Nasional sejak 1989, dan Ketua Lembaga Pengembangan. Dia juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi professional; antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu- ilmu Syari‟ah; Pengurus 7 Ensiklopedi Islam Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999 Cet. Ketiga hal. 111 Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI 8 . Di sela-sela segala kesibukannya itu, dia juga terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun luar negeri. Yang tidak kalah pentingnya, Quraish Shihab juga aktif dalam kegiatan tulis-menulis. Di dalam surat kabar Pelita, pada setiap hari rabu dia menulis dalam rubrik “Pelita Hati”. Dia juga mengasuh rubrik “Tafsir al-Amanah” dalam majalah dua mingguan yang terbit di Jakarta, Amanah. Selain itu dia juga tercatat sebagai anggota Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur’ân dan Mimbar Ulama, keduanya terbit di Jakarta 9 . Dari latar belakang keluarga dan pendidikan yang diperolehnya itu telah menjadikannya ia seorang yang mempunyai kajian dan wawasan yang mendalam dan menonjol dalam khazanah tafsir di Indonesia. Atau seperti apa yang dikatakan Howard M. Federsfiel 10 , telah menjadikan ia terdidik lebih baik dibandingkan 8 Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesi. Organisasi ini lahir melalui perhelatan akbar “Simposium Nasional Cendekiawan Muslim: Membangun Masyarakat Indonesia Abad XXI”, pada 6-8 desember 1990 di Student Center, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Peristiwa itu kemudian disebut sebagai Muktamar I ICMI dengan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie sebagai Ketua Umum ICMI pertama. Lihat. Ensiklopedi Oxford - Dunia Islam Modern, bandung: Mizan, 2001 Cet. I hal. 248 9 M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qurân, Bandung: Mizan 1994 Kata pengantar 10 Howard M. Federsfiel adalah Profesor di Institut Studi-Studi Islam, universits McGill di Montreal, Kanada, juga sebagai Profesor ilmu politik di Universitas Negara bagian Ohio di Newark, Ohio, AS. Ia lahir di New York AS pada tahun 1932, setelah periode tiga tahun berada dalam angkatan bersenjata AS sebagai penerjemah bahasa Jerman, ia memasuki Institut Studi- studi Islam di Universitas McGill di mana ia belajar di bawah bimbingan Willfred Cantwell Smith, Fazlur Rahman, Jhon Alden Williams, Niyazi Barkes dan Muhammad Rasyidi. Lihat. Howard M. Federspiel diterjemahkan oleh: Tajul Arifin, Kajian al- Qur’ân di Indonesia; dari Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab , Bandung: Mizan, 1996 hal. 5 dengan hampir semua pengarang lainnya yang terdapat dalam Populer Indonesia Literature Of The Qur’an 11 . II. Karya-karya M. Quraish Shihab M. Quraish Shihab merupakan seorang penulis produktif yang menulis berbagai karya ilmiah yang berupa artikel dan majalah maupun buku-buku. Quraish Shihab menulis berbagai wilayah kajian yang menyentuh permasalahan hidup dan kehidupan dalam konteks masyarakat Indonesia kontemporer. Beberapa karyanya antara lain: Membumikan al- Qur’ân; Fungsi dan Peran Wahyu dalam kehidupan Masyarakat 1992, Tafsir Amanah 1992, Studi Kritis Tafsir al- Manâr; Keistimewaan dan kelemahannya 1994, Sejarah ‘Ulum al-Qur’ân 1994, Wawasan al- Qur’ân; Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat 1996, Mahkota Tuntunan Ilahi Tafsir Surat al-Fâtihah 1996, Lentera hati; Kesan dan Hikmah Kehidupan 1996, Haji Mabrur Bersama Quraish Shihab 1997, Tafsir al- Qur’ân al-Karim 1997, Menyingkap Tabir Ilahi Asma’ul Husna dalam Perspektif al- Qur’ân 1998, Fatwa-fatwa seputar al- Qur’ân dan al-Hadits 1999, Fatwa- fatwa seputar Ibadah dan Mu’amalah 1999, Fatwa- fatwa seputar Wawasan agama 1999, Yang Tersembunyi; Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam al- Qur’ân dan Sunnah 1999, Fatwa-fatwa Seputar Tafsir al- Qur’ân 2000, Secercah Cahaya Ilahi 2000, Perempuan 2005, Rasionalitas al- Qur’ân 2006, dan Tafsir al-Misbâh yang merupakan karya yang menjadi khazanah Tafsir di Indonesia. 11 Howard M. Federspiel diterjemahkan oleh: Tajul Arifin, Kajian al- Qur’ân di Indonesia; dari Mahmud Yunus hingga Quraish Shihab , Bandung: Mizan, 1996 hal. 295 Demikianlah beberapa karya Quraish Shihab yang berhasil dipaparkan dalam bagian ini. Tentunya masih banyak lagi karya-karyanya yang belum disebutkan, baik berupa makalah, rubrik, artikel dalam berbagai surat kabar maupun majalah.

III. Metode dan Corak Penafsiran