Antara Isti’anah dan Istinshar

Kemudian tauhid uluhiyyah yaitu mengesakan Allah sebagai Tuhan, menyembahnya dalam beribadah dan tidak menyekutukannya. Tauhid uluhiyyah ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir yaitu Muhammad saw 29 . Allah berfirman:             Artinya : Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan: Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut 30 itu... Q.S. an-Nahl16:36.

B. Antara Isti’anah dan Istinshar

Istilah untuk pertolongan di dalam Al- Qur‟an ada dua yaitu: pertama, al-maunah dan memohonnya disebut isti’anah. Maunah ini diberikan kepada siapa saja yang Allah kehendaki tanpa dibeda-bedakan apakah dia orang yang baik atau orang yang jahat. Hal ini berkaitan dengan urusan duniawi semata. Kedua, an-nashr dan memohonnya disebut istinshar. 31 Istilah istinshar berasal dari kata رصن yang artinya membatu, رصن ها ناف ا “Allah memberikan kemenang kepada si pulan”, اورصانت “Mereka tolong menolong, راصنتنا “Menang, mengalahkan musuh”, رصن - راصنتنا “Pertolongan, kemenangan”. 32 Jadi kata tersebut memiliki banyak arti ketika menjadi suatu 29 Shalih bin Fauzan bin Abdullah al-Fauzan. Kitab Tauhid Yogyakarta: UII,2001 h.53 30 Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t. 31 Umay M. Dja‟far Shiddieq. Pembuka Gerbang al-Qur’an. h.82 32 Mahmud Yunus. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang,2002 h.454 kalimat bisa berarti “membantu, pertolongan, kemenangan”. Pertolongan Allah yang menggunakan istilah an-nashr muncul di dalam Surat An-Nashr.       Artinya : Apabila Telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Q.S.an- Nashr110:1 Hal tersebut merupakan pertolongan kepada orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang salah satunya adalah sabar. Dalam sejarah, ketika pada hari Jum ‟at tanggal 17 Ramadhan, Rasulullah saw, dan pasukan muslimin menghadang pasukan kafir Makkah yang bermaksud menyerang kota Madinah. Pasukan ini tidak menunggu musuh sampai di kota Madinah, akan tetapi dihadang di suatu tempat yang bernama Badar. Peperangan terjadi dan karena berlangsung di Badar maka dalam sejarah disebut perang Badar. Dalam Al-Qur ‟an disebutkan: “Allah telah menolong kamu di Badar”. 33 Badar merupakan bukit, jadi jauh sebelum sampai rombongan musuh sudah kelihatan dengan berkendaraan kuda dengan pasukan panahnya dan pasukan penombak, pasukan mereka 1000 orang, sedangkan Rasulullah saw, memimpin pasukannya yang hanya berjumlah 313 orang itu pun bukan tentara semua. Perlu diketahui bahwa perang Badar terjadi pada puasa yang pertama dan pada musim panas yang luar biasa. Pasukan muslim hanya menggunakan senjata seadanya dan jumlah sedikit. Mereka yang ikut berperang juga bukan orang yang terlatih sebagai tentara. Rasulullah saw, saat itu juga amat 33 Umay M. Dja‟far Shiddieq. Pembuka Gerbang al-Qur’an. h.83 khawatir dengan keadaan tersebut. Beliau melihat pasukan musuh begitu besar dan para sahabatnya pun terlihat jelas dari rona wajah dan sorot mata mereka ada kecemasan, maka rasulullah saw, berkata kepada para sahabat, “Tenang saja Allah pasti akan menolong kita dengan riabuan Malaikat yang akan diturunkan ”. 34 Lalu Allah menurunkan ayat, “Benar, jika kamu bersabar dan bertakwa lalu mereka menyerang kamu dengan tiba-tiba, maka Tuhan kamu akan membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang diberi tanda. ” Q.S.Ali Imran:125. Semula, Nabi saw. menjanjikan kepada para sahabat hanya dengan 3000 Malaikat, akan tetapi oleh Allah dikirim 5000 Malaikat dan kejadiannya spektakuler. 5000 Malaikat yang diutus oleh Allah itu kelihatan oleh musuh, akan tetapi para sahabat tidak melihatnya. Ketika melepaskan satu anak panah, musuh yang mati bisa langsung lima orang sekaligus. Ini yang membuat porak poranda pasukan musuh. Itulah kemenangan perang Badar dengan pertolongan Allah. Pertolongan jenis ini disebut nashr. Sesudahnya diberikan lagi oleh Allah ketika Makkah jatuh ke tangan kaum muslimin tanpa setets darah pun tercecer. 35 Jadi isti ’anah dan istinshar merupakan pertolongan dalam bentuk ma ’unah atau inayah berdoa dan bekerja. Salah satu dari bentuk ma’unah itu diberikan lewat doa, berdoa berarti permohonan dari bawah ke atas, dari yang 34 Umay M. Dja‟far Shiddieq. Pembuka Gerbang al-Qur’an. h.83 35 Umay M. Dja‟far Shiddieq. Pembuka Gerbang al-Qur’an. h.83 kecil kepada yang besar, dari yang lemah kepada yang kuat, dari yang miskin kepada yang maha kaya, itulah hamba kepada Allah 36 Dalam kaitannya dengan isti ’anah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengelompokkan manusia menjadi empat bagian. Dia berkata: Manusia dalam kaitannya dengan dua perkara pokok yaitu isti ’anah dan ibadah doa dan memohon pertolongan terbagi menjadi empat kelompok, 37 yaitu: Yang pertama, ahli ibadah kelompok yang tertinggi dan paling utama. Kelompok ini memohon pertolongan kepada Allah atas ibadahnya itu, beribadah kepada Allah menjadi keinginan mereka yang paling utama, dan mereka memohon kepada Allah agar diberi keteguhan serta bimbingan untuk melaksanakannya. Oleh karena itu, hal yang paling utama diminta kepada Allah swt adalah ditolong untuk meraih keridhaan-Nya 38 . Itulah yang diajarkan Nabi saw kepada orang yang dicintainya, Mu ‟adz bin Jabal Ra mengatakan bahwa beliau bersabda: “Wahai Mu‟adz, demi Allah, aku sangat mencintaimu. Jadi janganlah engkau lupa untuk membaca doa ini pada setiap selesai shalat, “Ya Allah tolonglah aku dalam mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu serta beribadah kepada- Mu dengan baik. ” HR. Abu Daud dan Nasai dengan sanad shahih. Jadi, doa yang paling bermanfaat ialah memohon pertolongan untuk mendapatkan keridhaan-Nya. Sedangkan pemberian yang paling afdhal adalah nikmat yang Allah berikan terhadap sesuatu yang dimintai. 36 Umay M. Dja‟far Shiddieq. Pembuka Gerbang al-Qur’an. h.84 37 Hani Kisyk. Menyelami Makna Iyyaaka nasta’iin. Jakarta: Cendikia. 2006 h.67 38 Hani Kisyk. Menyelami makna iyyaka nasta’iin. h.69 Kedua, orang yang berpaling dari beribadah kepada-Nya dan tidak memohon pertolongan kepada-Nya. Jika salah seorang dari mereka beribadah kepada-Nya dan memohon pertolongan-Nya, maka itu dilakukan atas dasar kepentingan dan syahwatnya keinginan duniawinya, bukan untuk meraih keridhaan-Nya serta menjalankan hak-hak-Nya. Sesungguhnya Allah swt dimintai oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi 39 , dimintai pula oleh para wali serta musuh-musuhnya, dan ia memberikannya kepada kelompok yang ini dan kelompok yang itu.               Artinya: “Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. ” Q.S. al-Israa17:20 Demikianlah keadaan setiap orang yang memohon pertolongan kepada Allah pada suatu perkara dan meminta hal itu kepada-Nya, namun bukan untuk membantunya dalam rangka menaati-Nya. Jadilah hal itu sebagai perkara yang menjauhkannya dari keridhaan-Nya dan memutuskannya dari- Nya. Ketiga, orang-orang yang memiliki nilai ibadah namun tidak isti ’anah atau tidak memohon pertolongan. Di antara mereka adalah orang yang rajin melakukan ibadah dan mengamalkan wirid, tetapi dalam hal tawakal dan memohon pertolongan mereka masih tergolongan kurang. Hati mereka tidak menjangkau luas untuk mengaitkan sebab-sebab dengan kesanggupan dan 39 Disebutkan dalam firman Allah swt, “Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu dia dalam kesibukan .” QS. Ar-Rahman55:29 meleburnya untuk itu serta melaksanakan sebab-sebab itu dengan kesanggupan 40 . Jadi, mereka tidak memberdayakan kekuatan penglihatan dari sekadar sebagai sesuatu yang bergerak menjadi penggerak, dari sebab menjadi yang menyebabkan, dan dari alat menjadi pelaku, sehingga keinginan mereka menjadi lemah dan cinta-cinta mereka menjadi pendek. Dengan demikian, bagian yang mereka peroleh dari iyyak nasta ’iin menjadi sedikit. Mereka tidak merasakan rasa atau dzuaq beribadah dan beristi ’anah, meskipun mereka telah mendapatkan rasanya dengan mengamalkan wirid dan tugas-tugas. Dan yang keempat, orang-orang yang menyaksikan kemahaesaan Allah dalam mendatangkan manfaat dan bahaya, dan bahwa semua yang Dia kehendaki akan terjadi, sedangkan semua yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi. Tetapi ia tidak berjalan sesuai dengan hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya. Jadi, mereka bertawakal kepadanya dan memohon pertolongaan dengan-Nya untuk memenuhi keinginan duniawinya dan inters-inters pribadinya. Ia memintanya kepada Allah, lalu permintaannya itu diberikan dan ditolong dengannya, baik berupa harta, jabatan, kehormatan di kalangan manusia, keadan-keadaan berupa kasyaf atau dibukakan tabir ghaib, pengaruh, kekuatan, maupun kekuasaan. Tetapi ia tidak mendapat ganjaran pahal. 41 40 Hani Kisyk. Menyelami makna iyyaka nasta’iin. h.71 41 Hani Kisyk. Menyelami makna iyyaka nasta’iin. h.72                  Artinya: “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang- orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. ” QS. Huud11:15-16 1

BAB III PERINTAH MEMOHON PERTOLONGAN