Perjuangan Umar bin Khattab Bersama Rasulullah SAW

itu kekhalifahan di pegang sahabat Abu Bakar as-Shiddiq, sedangkan Umar adalah salah satu pembantunya di pemerintahan. 24 Allah juga mengaruniai Umar wibawa besar yang menggetarkan hati dan menggoyahkan nyali orang yang berhadapan dengannya. Ia dapat meruntuhkan hati orang-orang yang sombong. Namun, wibawa Umar yang agung tidak membuatnya berbuat zalim terhadap orang lain, apalagi terhadap orang yang lemah. Dan sumber wibawa Umar yaitu dari ketakwaan dan ketakutannya kepada Allah. Selain tegas dan berwibawa, Umar juga mempunyai sifat sabar. Kemarahannya tidak pernah terpancing oleh kezaliman. 25

C. Perjuangan Umar bin Khattab Bersama Rasulullah SAW

Setelah masuk Islam, Umar mempertaruhkan seluruh sisa hidupnya untuk membela dakwah Rasul. Ia menjadi sahabat dekat Rasulullah, orang terpercaya sekaligus penasehat utamanya. Ketika umat Islam hendak hijrah dari Makkah ke Yatsrib Madinah karena tekanan dan ancaman orang Quraisy yang semakin lama semakin kuat, akhirnya Nabi pun menyerukan para sahabatnya agar berangkat diam- diam dan berpencar karena khawatir dihadang musuh. 26 Tapi justru Umar sebaliknya, ia mengumumkan rencananya untuk berangkat hijrah kepada orang-orang Quraisy. Setelah sampai di kota tujuan, Rasulullah menganggap saudara kepada orang-orang yang ikut hijrah bersamanya. Ketika itu, Madinah menjadi periode baru sejarah Islam dan kehidupan umat Muhammad. 24 Hery Sucipto, Ensiklopedi Tokoh Islam dari Abu Bakar hingga Nasr dan Qardhawi, Jakarta: Hikmah, 2003, h. 41-42 25 Mustafa Murad, Kisah Hidup Umar Bin Khattab, Jakarta: Zaman, 2009, h. 178-179 26 Musthafa Murad, Kisah Hidup Umar Ibn Khattab, Jakarta: Zaman, 2009. H,29-31 Dua tahun setelah Nabi dan umat Islam menetap di Madinah 2 H624 M, mereka dihadapkan pada sebuah perang, yaitu Badr al-Kubra, Badar yang besar. Awalnya, Abu Sufyan kepala klan Quraisy bersama sekelompok dagangnya baru saja kembali dari Damaskus dengan membawa barang niaga. Ketika itu ditengah perjalanan, Abu Sufyan mendengar kabar bahwa pengikut Muhammad akan menyerang dan merampok kafilah dagang Abu Sufyan. Ketika Abu Sufyan setiba di Makkah ia langsung menyampaikan kabar tersebut kepada orang-orang Quraisy. Tidak lama setelah kabar itu menyebar, orang-orang Makkah pun langsung mengangkat senjata. Dan Abu Sufyan pun menjadi panglima pasukan Makkah yang jumlahnya hampir seribu orang. Dan segera bergerak menuju Madinah untuk melawan Muhammad dan para pengikutnya. Ketika itu Rasulullah sudah mendengar bahwa pasukan Quraisy sudah bergerak dan akan menyerang umat Islam. Rasulullah pun bergegas menyiapkan pasukan. Akan tetapi, sebagian dari mereka nampak ragu mengikuti perlawanan tersebut. Karena mereka mengetahui bahwa jumlah pasukan Makkah jauh lebih banyak daripada mereka. Tetapi kenyataanya, lewat perang Badar tersebut umat Islam memperoleh kemenangan pertamanya sekaligus menjadi tonggak eksistensi dakwah Islam dan bukti kekuatan umatnya setelah kurang lebih tiga belas tahun ditindas oleh kaum kafir Quraisy. Ternyata orang Quraisy tidak bisa menerima kekalahannya diperang Badar tersebut. Akhirnya Abu Sufyanpun kembali mengumpulkan para pembesar Quraisy dan beberapa klan Arab. Abu Sufyanpun memutuskan untuk perang. Ia pun mengatakan bahwa pasukan Muhammad harus dihancurkan. Rasulullah pun langsung mengatur strategi setelah mengetahui bahwa pasukan Quraisy akan menyerang umatnya. Rasulullah pun berhasil mengumpulkan tujuh ratus pasukan muslim. Setibanya mereka di gunung Uhud, Rasulullah pun segera membagi pasukan menjadi dua: satu di tempatkan dikaki gunung Uhud, dan yang satu lagi di bukit gunung Ainain. Tak lama setelah pasukan Muhammad selesai shalat shubuh pasukan Quraisy mulai menyerang, pasukan muslimpun menyambut serangan tersebut dengan gemuruh tahlil dan takbir. Ditengah perang tersebut tersiar kabar bahwa Muhammad telah gugur. Dan perlahan-lahan perang itupun reda, karena Abu Sufyan merasa yakin bahwa Muhammad telah wafat. Pada paruh tahun ke-4 hijriyah kerusuhan merebak di Madinah. Bani Nadhir, salah satu klan Yahudi-Arab Madinah, mengingkari ikrar damai sebagaimana disepakati dalam traktat perjanjian yang ditandatangani bersama kaum muslain. Bani Nadhir bahkan berencana membunuh Muhammad. Sebelumnya, Bani Qainuqa, salah satu klan Yahudi lainnya, juga melanggar janji damai itu dan memberontak kepada Rasulullah dan umat Islam. Umat Islampun mengusir mereka dari Madinah. Bani Qainuqa lari ke Suriah. Sebagian besar membentuk komunitas Yahudi di wilayah Khaibar. Dalam perang parit Salman al-Farisi, seorang kesatria perang asal persia, mengusulkan untuk menggali parit khandak itu bertujuan untuk membendung serangan sekaligus menjadi benteng pertahanan. Dari balik parit, supaya pasukan muslim dapat dengan mudah membakar parit, menjebak, dan memanah musuh. Akhirnya Rasulullah menyetujui strategi yang diusulkan Salman al-Farisi. Perjanjian Hudaibiyah pun terjadi pada tahun ke-6 Hijriyah ketika Rasulullah bersama kaum muslimin pergi ke kota Makkah. Tetapi bukan untuk perang, melainkan untuk umrah. Ditengah perjalanan, tepatnya di Hudaibiyah mereka dihadang oleh beberapa utusan Quraisy. Mereka mengatakan bahwa penduduk Makkah tidak memberi izin Muhammad dan umatnya untuk memasuki Ka’bah. Akhirnya, Rasulullah mengajak orang-orang Quraisy berunding. Rasulullah mengutus Utsman untuk menghadap para pembesar Makkah, karena banyak adiantara mereka saudara dekat Utsman. Disitulah terjadinya traktat Hudaibiyah. Pada suatu ketika Rasulullah dan para pasukannya memasuki kota Makkah dengan penuh wibawa. Tanpa perlawanan dan pertumpahan darah. Perlahan-lahan beliau memesuki pelataran Ka’bah, bertawaf, mencium hajar aswad, bersembahyang di Ka’bah, dan menghancurkan ratusan patung dewa-dewa Arab disekitar tempat ibadah itu. Tidak lebih dari dua tahun kemudian, sejumlah utusan klan tiba dari seluruh penjuru semenanjung Arab untuk menyatakan bergabung dengan Muhammad. Pada tahun itu juga 10 H632 M Rasulullah melaksanakan ibadah haji yang terakhir. Pada suatu ketika kabung duka telah menyelimuti seluruh semenanjung. Bahwa, Muhammad sang utusan Allah telah meninggal dunia. Hingga akhir hayat Rasulullah, Umar berada disamping Rasulullah. Ketika kabar meninggalnya Rasulullah sampai kepada Umar, ia hanya mematung dan sangat terpukul atas kepergian Rasulullah.

D. Pengangkatan Umar Sebagai Khalifah