Syura, atau pengambilan pendapat dalam Islam, adalah salah satu konsepsi politik di antara konsepsi-konsepsi yang akarnya menancap kuat ditengah manyarakat
Islam, dan menjadi keistimewaan sistem pemerintahan Islam dari sistem-sistem pemerintahan selain Islam. Syura telah menjaga eksistensinya dalam kehidupan
politik Islam, untuk mengokohkan hubungan antara penguasa dengan rakyatnya, dalam bentuk kekontinuan merujuknya penguasa kepada rakyat untuk melahirkan
keputusan-keputusan politik yang menjadi kepentingan masyarakat luas, yang berangkat dari kesadaran, kematangan dan pemahaman, dan untuk menjadikan
kekuasaan agung atas manusia dekat dengan pemikiran kaidah-kaidah umum bagi umat Islam.
36
Secara garis besar pengertian Syura menurut penulis berdasarkan penjelasan sebelumnya adalah sebuah proses pengambilan keputusan atau perumusan dalam
menyelesaikan masalah atau membentuk sebuah peraturan atau hukum yang berlandaskan pengumpulan ide-ide atau gagasan dari berbagai pihak yang saling
berkaitan yang didasari tuntunan atau kaidah yang terdapat pada Al-Qur’an dan As- Sunnah, demi tercapainya sebuah kesepakatan dan demi kemaslahatan bersama.
B. Landasan Syura Dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Sejak masa awal dakwah Islam, ketika kaum Muslim di Makkah menjadi pribadi-pribadi yang tertindas dan selalu dalam kejaran musuh, al-Qur’an telah
menumbuhkan dari mereka suatu masyarakat yang memiliki rasa kesetiakawanan yang sempurna. Pribadi-pribadi mereka disatukan dengan ikatan persaudaraan dan
solidaritas, yaitu iman kepada Allah dan menyembahNya dengan mendirikan shalat dan gotong royong dengan tukar menukar pendapat dan menetapi Syura.
36
Mahmud Abd al-Majid al-Khalidi, Analisis Dialektik Kaidah Pokok Sistem Pemerintahan Islam
Bogor: Al Azhar Press, 2004, h. 196
Dengan demikian, Syura dijadikan salah satu dari elemen-elemen kesetiakawanan sosial. Disamping itu, Allah telah memuliakan Syura dengan
menjadikannya sebagai nama dari salah satu surat dalam Al-Qur’an.
37
Al-Qur’an merupakan suatu landasan yang berisi petunjuk dan bimbingan etik serta moral dalam kehidupan manusia. Walaupun Al-Qur’an tidak pernah
mengemukakan solusi setiap permasalahan dengan jelas dan hanya berbentuk isyarat, namun isyarat mengenai petunjuk bernegara dan pemerintahanlah yang memiliki
dasar fundamental dalam Al-Qur’an. Isyarat tersebut dapat dilihat dari terdapatnya aturan yang mewajibkan untuk bermusyawarah didalam Al-Qur’an. Karena
musyawarah merupakan salah satu nilai etika politik yang konstitusional dalam kehidupan bernegara Islam dan termasuk kedalam pembahasan Negara, maka
pembahasan tentang prinsip Syura pun terdapat dalam Al-Qur’an.
38
Ada tiga ayat dalam Al-Qur’an yang berisi anjuran untuk melakukan musyawarah dalam mencapai sebuah keputusan. Walaupun ketiga ayat tersebut terdiri
dari latar belakang yang berbeda. Ayat pertama yaitu pada surah Asy-Syura ayat 38 yang berbunyi:
+ , - .
1 23
456 7 ,
8 9: ;
ghj
Artinya : Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarat
37
Taufiq Muhammad as-Syawi, Syura Bukan Demokrasi. Penerjemah Djamaluddin Z.s, Jakarta: Gema Insani Press, 1997, h. 65-66
38
Zul Asyri, Pelaksanaan Musyawarah Dalam Pemerintahan al-Khulafaur Rasyidin Jakarta: Kalam Mulia, 1996, h. 12-13.
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka.
39
Ayat pertama ini menjelaskan sifat-sifat orang mukmin yaitu mereka menerima mematuhi perintah Tuhannya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat,
dan dalam menyelesaikan urusan mereka diselesaikan dengan cara musyawarah. Ayat kedua yaitu pada surah Ali-Imran ayat 159 yang berbunyi:
3= ? A
3BC , DE F
G HI
45 HIJ-K
L9 ? MNO=MP
Q? : ,RM;STU
BE C
4 B
?
T ;
WCX ,
M Y=
Z [\] =_ ?
HI D` a K
? Y
G c8=:
1 -d
e= fK
43 gk=Rj
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.
40
Ayat kedua ini menjelaskan bahwa menjadikan urusan di antara kaum muslim diselesaikan dengan cara musyawarah. Dan ayat ketiga yaitu dalam surah Al-Baqarah
ayat 233 yang berbunyi:
39
Surah As-Syura, Ayat 38
40
Surah Ali-Imran, Ayat 159
_ 4 l
= l
DEmk 2E
n6
j e C
j o MK
BE 3
p ,
8 cqQr
A Hks
Y p -
AS?t u
2E45 7, 2E
w
K m
AS?t =
xU 4
y zs; S
{U=: 5
xU s,
xR |
= l
= xU
}p - u
C ~
= Y
•, a€
l 8=_ ?
p ,
6U H ?
E •‚
ƒ
T F
, „
xM ? J …
3 †
8=: ‡p ,
8 ˆ
mk† ‰ wa
-K n6
xM ?
… -O .
=: \B3y
c q-rO
- m
N1AS?t =
9:c ˆ 43B
c8 ;
8 ƒ }† m
gŠhhj
Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah
memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah
seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya
ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.41
41
Surah Al-Baqarah, ayat 233
Ayat ketiga ini menjelaskan bahwa masa penyusuan dua tahun, apabila suami istri ingin menyapih anak mereka atas kerelaan dan musyawarah, dengan maksud
kemaslahatan anak, mereka sepakat menghentikan susuan atau menyapihnya sebelum sampai masa dua tahun, hal ini boleh saja dilakukan.
Bagi umat Islam As-Sunnah atau hadis merupakan landasan yang kedua setelah Al-Qur’an. Maksud sunnah di sini yaitu sesuatu yang bersumber dari
Rasulullah SAW baik itu berupa perkataan, perbuatan atau persetujuan. Sesungguhnya orang berpegang pada sirah Rasul SAW, akan menjumpai bahwa
beliau melaksanakan musyawarah disebagian besar urusan kaum muslim, dalam banyak kondisi beliau meminta kepada kaum muslim untuk memberikan pendapat
mereka. Dari Abi Hurairah ra, ia berkata:
“ Saya tidak melihat seorangpun yang lebih banyak musyawarahnya daripada Rasul SAW terhadap para sahabatnya”
42
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Tidaklah bermusyawarah suatu kaum melainkan mereka akan ditunjuki
kepada perkara yang paling benar”.
43
Rasulpun pernah mengatakan kembali:
ﻥ
“Apabila salah seorang kamu meminta nasehat kepada saudaranya, maka hendaklah ia memberikan petunjuk kepadanya”
44
42
Khalidi, Analisis Dialektik Kaidah Pokok Sistem Pemerintahan Islam, h. 207
43
Asy-Syawi, Syura Bukan Demokrasi, h. 98
Hadits di atas menerangkan dan menyerukan betapa pentingnya bermusyawarah atau menolong seseorang dalam menyelesaikan berbagai macam
persoalan, baik tentang persoalan dunia maupun persoalan akhirat. Karena dengan cara bermusyawarah dapat memudahkan seseorang untuk keluar dari permasalahan
yang terdapat pada dirinya.
C. Karakteristik Syura Dalam Islam