Hadits di atas menerangkan dan menyerukan betapa pentingnya bermusyawarah atau menolong seseorang dalam menyelesaikan berbagai macam
persoalan, baik tentang persoalan dunia maupun persoalan akhirat. Karena dengan cara bermusyawarah dapat memudahkan seseorang untuk keluar dari permasalahan
yang terdapat pada dirinya.
C. Karakteristik Syura Dalam Islam
Syura merupakan konsep politik yang tidak mengharuskan pengambilan keputusan terikat dengannya. Pendapat majelis Syura pun sekedar bersifat konsultatif,
karenanya menjadi relatif dan tidak mengikat sesuai keinginan penguasa. Kewajiban seorang penguasa hanya dalam hal melaksanakan musyawarah, bukan mengambil
pendapat mereka. Tanggung jawab terhadap keputusan yang diambilpun dipikul penguasa untuk melaksanakan hasil keputusan. Selain itu, Syura tidak mengenal
perolehan pendapat mayoritas, seperti dikenal dalam konsep demokrasi, dan tidak memberi batas mengenai kuantitas. Syura juga tidak mengenal rumusan yang baku.
Adakalanya pemimpin penguasa mengambil sebagian pendapat majelis Syura, keseluruhan atau satu pendapat dari sekian banyak pendapat yang diketengahkan
majelis Syura.
45
Tetapi karakteristik ketetapan yang berlaku setelah jelas bagi mayoritas bahwa dialah yang paling dekat kepada kebenaran dan keadilan setelah diadakan dialog dan
tukar pendapat bebas adalah bahwa ketetapan itu hanya merupakan ketetapan yang nisbi, tidak qaht’i. Artinya, pendapat-pendapat yang telah dikemukakan dan
44
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Majah. Lihat Ibnu Majah juz II, Ditahqiq oleh Muhammad Fu’ad Abd al-Baqi, Beirut: Dar al-Fikr, tt, h.1233
45
Zada dan Arofah, Diskursus Politik Islam, h. 29-30
didiskusikan tidak dihilangkan secara total, bahkan ada kemungkinan diangkat kembali pada kesempatan lain, tempat lain, masyarakat lain, ataupun karena ada
kondisi-kondisi yang berlainan. Ini merupakan perkara yang dibolehkan dalam Islam.
46
Ciri-ciri atau karakter Syura sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa Syura dalam Islam merupakan sebuah bentuk pengambilan keputusan yang bersifat
tidak mengikat, tidak di dasari pada sebuah keputusan yang diambil berdasarkan suara mayoritas dan tidak terbatas pada kuantitas saja serta Syura tidak mengenal
rumusan baku, sehingga keputusan yang diambil bisa diterima oleh semua pihak yang bermusyawarah. Akan tetapi keputusan yang diambil dalam Syura adalah sebuah
ketetapan yang paling mendekati kebenaran, walaupun tidak menutup kemungkinan ide atau gagasan yang tidak menjadi ketetapan pada Syura di lain waktu bisa
digunakan, tergantung pada situasi dan kondisi, karena dalam hukum Islam hal itu dibolehkan.
D. Prinsip-prinsip Syura Dalam Pemerintahan