Guru Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan

Menurut E. Mulyasa tanggung jawab guru dapat dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, berikut ini 27 : a. Tanggung jawab moral; bahwa setiap guru harus mampu menghayati prilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah; bahwa setiap guru harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu mengembangkan kurikulum KTSP, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, melaksanakan pembelajaran yang efektif, menjadi model bagi peserta didik, memberikan nasihat, melaksanakan evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik. c. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan; bahwa setiap guru harus turut serta menyukseskan pembangunan, yang harus kompeten dalam membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat. d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan; bahwa guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang menjadi spesifikasi, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.

C. Guru Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan

Dosen Istilah guru tidak asing lagi dalam kehidupan kita, karena guru mempunyai andil yang sangat besar. Tanpa guru, tidak akan terbentuk generasi yang berpendidikan. Maka dari itu, guru bukan hanya menerima mandat dari orang tua untuk mengajar, melainkan juga dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya. Indonesia pada tahun 2005 telah memiliki Undang-undang tentang Guru dan Dosen, yang merupakan kebijakan secara langsung untuk meningkatkan kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi S1 27 E. Mulyasa, Standar Kompetensi…Op., Cit., h. 18 atau D4 dan memiliki sertifikat profesi. Dengan sertifikat profesi ini pula guru berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu bulan penuh gaji guru. Selain itu, Undang-undang Guru dan Dosen juga menetapkan berbagai tunjangan yang berhak diterima guru sebagai upaya peningkatan kesejahteraan finansial guru. Kebijakan dalam Undang-undang Guru dan Dosen ini pada intinya adalah untuk meningkatkan kualitas kompetensi guru dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Secara keseluruhan materi yang diatur dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen terdiri atas 8 Bab, 84 pasal, dan 205 ayat yang mencakup: 1 Ketentuan Umum, 2 Kedudukan, Fungsi dan Tujuan, 3 Prinsip Profesionalitas, 4 Ketentuan Khusus Guru, 5 Ketentuan Khusus Dosen, 6 Sanksi, 7 Ketentuan Peralihan, dan 8 Ketentuan Penutup. Guru yang diatur dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tersusun dalam Bab IV, yang mencakup tentang guru, hak dan kewajiban guru, wajib kerja dan ikatan dinas, pengangkatan, penempatan, pemindahan dan pemberhentian, serta pembinaan dan pengembangan, penghargaan, perlindungan, cuti, organisasi profesi dan kode etik guru. Seiring dengan tuntutan mutu pendidikan, maka pemerintah membuat peraturan perundang-undangan yang mengatur profesi, kompetensi, dan sertifikasi. 1. Tentang Status Profesi Guru Oemar Hamalik menyimpulkan bahwa suatu profesi pada hakikatya adalah suatu janji yang memiliki nilai-nilai etis yang mengandung unsur pengabdian pada masyarakat, melalui suatu pekerjaan tertentu yang menuntut keahlian tertentu pula. 28 Profesi identik dengan kata keahlian, berarti juga suatu kompetensi khusus yang memerlukan kemampuan intelektual tinggi, yang mencakup penguasaan atau didasari pengetahuan tertentu. Demikian halnya pekerjaanjabatan guru telah ditegaskan sebagai suatu profesi kependidikan, yaitu dalam UU Guru dan Dosen secara tegas mendefinisikan guru sebagai ”pendidik profesional yang mempunyai 28 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet. Ke-4, h. 17 tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. 29 Menurut Martinis Yamin bahwa profesi yang disandang oleh tenaga kependidikan atau guru, adalah sesuatu pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan ketelatenan untuk menciptakan anak memiliki perilaku sesuai yang diharapkan. 30 Untuk itu, harus ada landasan yang kuat untuk memberi peluang bagi guru dalam meningkatkan mutu profesi serta memperluas wawasan keilmuannya dalam melaksanakan tugas profesinya secara efektif, efesien, dan produktif sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa yang akan datang. Dari pembahasan di atas memberi pemahaman bahwa unsur-unsur tepenting dalam profesi guru adalah penguasaan sejumlah kompetensi sebagai keterampilan atau keahlian khusus yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mendidik dan mengajar secara efektif dan efisien sehingga profesi guru mempunyai keterkaitan yang erat dengan kompetensi. Dari uraian di atas, bahwa guru dituntut harus menjadi profesional dalam arti pekerjaannya atau kegiatanya tersebut harus memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu pendidikan. Adapun tugas utama guru tidak hanya mengajar, dan mendidik, akan tetapi juga membimbing dan mengevaluasi peserta didik. Maka dari itu, dalam perspektif profesonalisme tidak semua orang dapat menjadi guru. 2. Tentang Kedudukan, Fungsi dan Tujuan a. Kedudukan Guru Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 2 ayat 1 dan 2 secara tegas disebutkan bahwa: “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai 29 Depag, Undang- undang dan Peraturan…, h. 83 30 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi..., h. 20 peraturan perundang-unda ngan.” 31 Adapun pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikasi pendidik. 32 Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi pendidikan sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Adapun pengakuan guru sebagai tenaga profesional mempunyai misi untuk melaksanakan cita-cita dan tujuan guru dari UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Yaitu: 1. Mengangkat martabat guru 2. Menjamin hak dan kewajiban guru 3. Meningkatkan kompetensi guru 4. Memajukan profesi serta karir guru 5. Meningkatkan mutu pembelajaran. 6. Meningkatkan mutu pendidikan. 7. Mengurangi kesenjangan ketersediaan guru antar daerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi. 8. Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah, dan 9. Meningktakan pelayanan pendidikan yang bermutu. 33 b. Fungsi Guru Menurut undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pasal 4 bahwa kedudukan guru debagai tenaga profesional sebagai mana termaktub dalam pasal 2 ayat 1 fungsi guru untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. 34 31 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 86 32 Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Jakarta: Cipta Jaya, 2009, h. 2 33 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 127 34 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 86 c. Tujuan Guru Dalam undang-undang No. 14 Tahun 2005 pasal 6 menyatakan bahwa: “kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, demokratis dan bertanggung jawab.” 35 3. Tentang Prinsip Profesionalitas Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 7 ayat 1 dan menerangkan bahwa: Profesi Guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, keimanan, untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia; c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesional, dan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. 36 Prinsip profesional ini menempatkan guru sebagai sebuah profesi yang disamping memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi keilmuan, juga harus mempunyai keikhlasan serta keterpanggilan jiwa. Karena itu guru memainkan 35 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 86 36 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 87 fungsi membina akhlak mulia, budi pekerti, dan kepribadian anak didik yang menjadi landasan utama dalam mewujudkan pendidikan untuk mengimbangi tantangan perkembangan jaman. Dengan demikian, profesi mengajar adalah sebuah kewajiban; kewajiban tersebut hanya dibebankan kepada setiap orang yang berpengatahuan. Profesi mengajar harus didasarkan pada kompetensi dengan kualifikasi akademik tertentu. Di sinilah perlunya memperhatikan aspek kompetensi dalam menjalankan tugas mengajar sebagaimana yang ditekankan oleh UU Guru dan Dosen. 4. Tentang Ketentuan Khusus Guru Ketentuan khusus guru dalam UU Guru dan Dosen meliputi kompetensi dan kualifikasi yang secara khusus disebutkan dalam bab tersendiri, yakni dalam Bab IV Pasal 8, dalam rangka menjamin kelestarian dan terbangunnya jiwa keikhlasan dan pengabdian, UU ini menjamin bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional, antara lain memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. Pasal 8 undang-undang No. 14 Tahun 2005 ini, menyebutkan bahwa: “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” 37 a. Kompetensi Guru P asal 10 ayat 1 bahwa: “kompetensi guru yang dimaksud sebagaimana dalam pasal 8 meliputi kompetensi petagogik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi itu diperjelas dalam Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru dalam Pasal 3 ayat 4 sampai dengan ayat 7, yaitu: 38 1 Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam proses pembelajaran mencakup pemahaman wawasan dan landasan kependidikan, 37 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 88 38 Peraturan Pemerintah RI.., h. 6-8 pemahaman terhadap peserta didik, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik pengembangan kurikulum, pemanfaatan teknologi, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik. 2 Kompetensi kepribadian guru meliputi beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan, intropeksi diri, dan mengembangkan diri secara terus menerus. 3 Kompetensi sosial meliputi kemampuan untuk berkomunikasi lisan, tulis danatau isyarat secara langsung, menggunakan teknologi komunikasi sesuai fungsinya, bergaul secara efektif dengan lingkungan sekolah, bergaul dengan masyarakat sekitar sesuai norma dan nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan dan kebersamaan. 4 Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, danatau seni dan budaya yang diampunya seperti menguasai mata pelajaran secara luas dan mendalam, konsep dan metode disiplin ilmu yang relevan. Kompetensi guru dalam menjalankan tugasnya mencakup tiga komponen yang terdiri dari: kompetensi kognitif, kompetensi afektif, dan kompetensi psikomotorik. a Kompetensi Kognitif Merupakan kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh calon guru dan guru profesional. Kompetensi ini mengandung pengetahuan yang bersifat deklaratif dan prosedural. 39 Pengetahuan deklaratif ialah pengetahuan mengenai faktual yang pada umumnya bersifat statis normatif dan dapat dijelaskan secara lisan. Dan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau ketrampilan perbuatan jasmaniah yang yang bersifat dimanis. 40 Pengetahuan dan keterempilan ini dapat dikelompokan dalam dua kategori, yaitu: pertama, pengetahuan kependidikankeguruan, dan kedua, 39 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan.., h. 231 40 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan ,… h. 96-97 pengetahuan bidang studi yang diajarkan. 41 Jadi kompetensi kognitif adalah kemampuan guru menguasai pengetahuan, kemampuan kependidikan, dan pengetahuan materi yang diajarkan. b Kompetensi Afektif Kompetensi afektif guru meliputi perasaan dan emosi seperti: cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Sikap dan dan perasaan diri mencakup: konsep diri dan harga diri guru, efikasi diri dan efikasi kontekstual guru, dan sikap penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain. 42 Jadi, kompetensi afektif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan sikap dan perasaan terhadap profesi guru, peserta didik dan masyarakat. Terutama sikap terhadap bidang studi yang diajarkan dan sikap mencintai terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. c Kompetensi Psikomotor Meliputi segala ketrampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Secara garis besar kompetensi ini terdiri dari dua kategori, yaitu: kecakapan fisik umum dam kecakapan fisik khusus. 43 b. Sertifikasi Guru UU Guru dan Dosen Pasal 11 ayat 1 sampai dengan ayat 4 menerangkan: a Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diberikan kepada guru. b Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. c Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara obyektif, transparan, dan akuntabel. 41 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan ,… h. 232 42 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan ,… h. 233-235 43 Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan ,… h. 236 d Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah. 44 Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah RI Tentang Guru “sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program profesi pendidikan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat, dan diteta pkan oleh pemerintah.” 45 Di atas telah dibahas bahwa guru profesional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas kependidikan dan pengajaran. Selain itu, guru juga harus memiliki sertifikat pendidik yang merupakan bukti keprofesionalnya. Pada hakikatnya, standar sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan pendidikan khususnya sekolah sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman. Dalam UU Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. 46 Sedangkan Menurut Nataamijaya yang dikutip oleh E. Mulyasa bahwa sertifikasi adalah prosedur yang digunakan oleh pihak ketiga untuk memberikan jaminan tertulis bahwa sesuatu produk, proses, atau jasa yang telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan. 47 Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. 48 Berdasarkan pengertian di atas. Maka sertifikat guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memenuhi standar kompetensi dan standar 44 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 89 45 Peraturan Pemerintah RI.., h. 8 46 Depag, Undang- undang dan Perturan…, h. 84 47 E. Mulyasa, Standar kompetensi…, h. 34 48 Depag, Undang- undang dan Perturan…, h. 84 kualifikasi. 49 Atau wewenang yang diberikan kepada seseorang sebagai jaminan tertulis untuk memenuhi persyaratan kompetensi guru. 50 Sertifikasi dilakukan oleh perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Menurut Wibowo dalam E. Mulyasa menerangkan tujuan sertifikasi untuk 1 melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, 2 melindungi masyarakat dari hal-hal yang tidak kompeten, 3 membantu dan melindungi penyelenggara pendidikan, 4 membantu citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, 5 memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. 51 Hal yang sama juga dirumuskan oleh Kunandar tentang tujuan dan manfaat sertifikasi adalah: menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan proses dan mutu pendidikan, peningkatkan profesionalisme guru, melindungi guru dari praktek-praktek yang tidak kompeten, melindungi masyarakat dari praktek pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional, dan menjaga LPTK dari penyimpangan. 52 Dalam UU Guru dan Dosen bahwa sertifikasi pendidik itu harus dilakasanakan secara obyektif, transparan, dan akuntabel. Sehingga semua orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu. Dan biaya penyelenggaan sertifikasi ditanggung oleh pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat. Adapun syarat-syarat sertifikat pendidik bagi guru adalah memenuhi standar kualifikasi akademik S1 dan D4 dan menguasai standar kompetensi yang 49 Kunandar, Guru Profesional…, h. 79 50 E. Mulyasa, Standar kompetensi…, h. 34 51 E. Mulyasa, Standar kompetensi…, h. 35 52 Kunandar, Guru Profesional…, h. 79 dibuktikan dengan lulus uji kompetensi. Uji kompetensi ini berbentuk tes tulis dan tes kinerja dan portofolio. 53 Selain kualifikasi akademik kompetensi dan sertifikasi pendidik guru juga harus sehat jasmani dan rohani. Sebagai mana dikatakan oleh Oemar Hamalik, kriteria profesional guru dalam segi fisik yaitu sehat jasmani dan rohani, dan tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekancemooh atau rasa kasihan dari anak didik. 54 Dalam penjelasan Pasal 8 UU Guru dan Dosen yang dimaksud dengan sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan fisik dan mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik. Kondisi kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada penyandang cacat. Dari uraian diatas, sertifikasi guru merupakan sertifikat yang berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi yang diperoleh bukan melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya dan sebagainya. Namun, sertifikasi diperoleh melalui penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Dengan demikian, guru profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik yang sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. c. Hak dan Kewajiban UU Guru dan Dosen Pada pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak: 1 Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial; 2 Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; 53 Kunandar, Guru Profesional…, h. 81 54 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru..., h. 37 3 Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; 4 Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; 5 Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; 6 Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan atau sanksi kepada peserta didik sesuai pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan; 7 Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; 8 Memiliki kebebasan tugas berserikat dalam organisasi prosesi; 9 Memiliki kesempatan untuk berperan dalam menentukan kebijakan pendidikan; 10 Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi akademik dan kompetensi; danatau 11 Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. 55 Kewajiban guru yang diatur dalam pasal 20 UU Guru dan Dosen yang berbunyi: 1 Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; 2 Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 3 Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; 4 Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika, dan; 5 Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. 56 55 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 90 56 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 93 d. Wajib Kerja dan Ikatan Dinas Terdapat dalam Undang-undang Guru dan Dosen Pasal 21 ayat 1 menjelaskan dalam keadaan darurat pemerintah dapat memperlakukan ketentuan wajib kerja kepada guru danatau warga negara Indonesia lainnya yang memenuhi kualitas akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai guru di daerah khusus di wilayah Indonesia. Ayat 2 menerangkan ketentuan-ketentuan tersebut diatur dengan peraturan pemerintah. 57 PP RI No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru yang dimaksud tentang wajib kerja diterangkan pada Pasal 55 ayat 2, yaitu: warga negara Indonesia yang dimaksud pada ayat 1 merupakan warga negara selain guru yang memiliki kualifikasi akademik S1D4 dan telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan permerintahdaerah. 58 Pasal 22 ayat 1 dan 2 UU Guru dan Dosen menetapkan bahwa pemerintah atau pemerintah daerah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi calon guru untuk memenuhi kepentingan pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan pembangunan daerah. 59 Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang pola ikatan dinas Pemerintah dan pola ikatan dinas Pemerintah Daerah pada Pasal 56 ayat 3 dan 4 yaitu: a. Memenuhi kebutuhan guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan PemerintahPemerintah Daerah, b. Memenuhi kebutuhan nasionaldaerah akan guru yang mengampu pembelajaran pada satuan pendidikan yang diprogramkan menjadi taraf internasional danatau berbasis keunggulan lokal, c. Memenuhi kebutuhan nasionaldaerah akan guru yang potensial untuk dikader menjadikan kepala satuan pendidikan danatau pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran, pengawas kelompok mata pelajaran, d. Memenuhi proyeksi kekurangan guru secara nasionaldaerah yang bersangkutan. 60 57 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 94 58 Peraturan Pemerintah RI.., h. 38 59 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 94 60 Peraturan Pemerintah RI.., h. 39-40 Sedangkan Pasal 23 ayat 1 dan 2 UU Guru dan Dosen pemerintah mengembangkan sistem pendidikan guru ikatan dinas berasrama di lembaga pendidikan tenaga kependidikan untuk menjamin efesiensi dan mutu pendidikan. 61 e. Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Dalam UU Guru dan Dosen Pasal 25 ayat 1 menjelaskan tentang pengangkatan dan pemindahan guru dilakukan secara objektif dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 62 Dalam ayat 2 pengangkatan dan penemindahan yang dilakukan pemerintah atau pemerintah daerah diatur dengan peraturan pemerintah. Selanjutnya ayat 3 bahwa pengangkatan dan pemindahan yang dilakukan masyarakat diatur berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. 63 Adapun mengenai pemindahan guru. Diatur juga dalam UU Guru dan Dosen Pasal 28 ayat 3 bahwa: dalam hal permohonan pemindahan dikabulkan, pemerintah atau pemerintah daerah memfasilitasi kepindahan guru. Dan ayat 4 menguraikan pemindahan guru yang diselenggarakan oleh masyarakat diatur oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. 64 Sedangkan dalam hal pemberhentian guru diatur dalam UU Guru dan Dosen Pasal 30 tentang guru dapat diperhentikan dengan hormat dan pasal 31 tentang guru dapat diperhentikan tidak hormat. 65 f. Pembinaan dan Pengembangan Diatur dalam UU Guru dan Dosen Pasal 32 sampai dengan 35. Pembinaan dan pengembangan guru yang termaktub dalam pasal ini meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karir, dimana kebijakan tersebut ditetapkan oleh peraturan menteri. 66 61 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 94 62 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 95 63 Peraturan Pemerintah RI..., h. 41 64 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 97 65 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 98-99 66 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 99-100 g. Penghargaan Penghargaan yang diatur oleh Undang-undang Guru dan Dosen terdapat dalam pasal 36 ayat 1 dan 2, 37 ayat 1 sampai dengan 5 dan 38 meliputi prestasi, berdikasi luar biasa, bertugas di daerah khusus, dan gugur dalam menjalankan tugasnya. 67 Pemberian penghargaan terhadap guru merupakan salah satu upaya untuk memposisikan guru sebagai insan pendidikan dalam lingkup kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara wajar, adil dan manusiawi. Upaya ini merupakan tanggung jawab bersama dengan semua pihak yang terkait dalam rangka mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna. h. Perlindungan Terdapat dalam UU Guru dan Dosen Pasal 39 ayat 1 sampai dengan 5 yang isinya tentang perlindungan yang meliputi perlindungan hukum, perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. 68 Yang dimaksud dalam perlindungan hukum meliputi perlindungan tindak kekerasan, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain. Dalam perlindungan prefosi, guru memperoleh perlindungan yang meliputi perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan lain. Sedangkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja mencakup perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, serta risiko lain. Dari semua perlindungan ini yang berkewajiban memberikannya adalah pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi atau satuan 67 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 100-101 68 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 102 pendidikan. Dengan demikian, Undang-undang ini dapat menjamin perlindungan terhadap pedidik terlebih lagi terhadap guru. i. Cuti Mengenai Cuti guru yang diatur dalam UU Guru dan Dosen Pasal 40 ayat 1 sampai dengan 3 bahwa guru memperoleh cuti yang diatur dalam perundangan-undangan, cuti untuk studi tetap memperoleh hak gaji penuh, yaitu meliputi hak gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta gaji lain yang meliputi tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus. 69 Cuti studi yang dimaksud dalam pasal diatas, dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI Pasal 51 ayat 4 yaitu digunakan guru untuk penelitian, penulisan buku, praktik kerja di dunia industri atau usaha yang relevan dengan tugasnya, pengabdian pada masyarakat atau magang pada satuan pendidikan lain atas inisiatif sendiri. 70 j. Organisasi Profesi dan Kode Etik Organisasi profesi yang tercantum dalam Pasal 41 ayat 1 sampai dengan 5 UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu yang bersifat indenpenden, yang berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian masyarakat. 71 Dalam organisasi profesi guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. Dan pemerintah atau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru. Sedangkan kode etik terdapat dalam pasal 43 ayat 2 UU Guru dan Dosen berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan. 72 69 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 103 70 Peraturan Pemerintah RI.., h. 36 71 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 103 72 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 104 5. Tentang Sanksi Sanksi yang diatur dalam UU Guru dan Dosen ini terdapat dalam pasal 79 ayat 2 bahwa: sanksi bagi penyelenggara pendidikan berupa: 73 a. Teguran b. Peringatan tertulis c. Pembatasan kegiatan penyelenggara satuan pendidikan d. Pembekuan kegiatan penyelenggara satuan pendidikan. 74 Dari semua ketentuan-ketentuan di dalam UU Guru dan Dosen di atas terdapat beberapa prinsip dasar yang meliputi: a. komitmen untuk menempatkan guru sebagai profesi yang terlindungi dan terjamin, b. penyusunan UU ini ditujukan untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu bagi peserta didik dan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan, c. pertimbangan hak dan kewajiban antara guru, masyarakat dan pemerintah, d. kesejajaran dan keseimbangan pengaturan antara peningkatan kualitas dan kesejahteraan, e. keadilan perlakuan dan anti diskriminasi, dalam arti guru negeri-swasta. Pada intinya, pengaturan Guru dalam UU Guru dan Dosen sesuai penjelasan diatas, diatur dalam rangka meneguhkan profesionalisme guru yang meliputi dua hal yaitu: Pertama, pengaturan jaminan mutu dan kualitas guru kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi, sehat jasmani dan rohani dalam menjalankan profesinya. Kedua, pengaturan jaminan kesejahteraan dan perlindungan dalam bentuk penetapan penghasilan guru gaji, tunjangan profesi, dan tunjangan lainya, perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual, perlindungan hukum dan profesi serta kebebasan membentuk dan bergabung dalam organisasi profesi dengan tidak mengabaikan ketentuan- ketentuan yang telah diterapkan dalam peraturan peundang-undangan. 73 Peraturan Pemerintah RI..., h. 40 74 Depag, Undang-undang dan Peraturan..., h. 121

D. Guru Agama Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen