Guru Agama Perspektif Hasan Langgulung

q. Kreatifitas dan Pendidikan Islam; Analisis Psikologi dan Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1991 r. Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002 s. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003, Edisi Revisi Cet. V t. Pendidikan Islam dalam Abad 21, Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2003, Edisi Revisi Cet. III 7

B. Guru Agama Perspektif Hasan Langgulung

1. Pengertian Guru Agama Sama dengan teori barat, pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. 8 Guru merupakan pendidik di lingkungan sekolah yang menyiapkan sejumlah ilmu pengetahuan, sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Maka menurut Hasan Langgulung pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peseta didik melalui proses pengajaran. Menurut penelitian di Amerika Serikat sebagian besar dari guru-guru berasal dari golongan menengah-rendah seperti petani, pengusaha kecil, buruh harian dan hanya sebagian kecil saja yang ayahnya dari golongan profesional atau golongan tinggi. Guru-guru berasal dari daerah-daerah pedesaan atau kota kecil. Latar belakang guru yakni dari golongan petani dan kaum buruh yang perlu dipertimbangkan dalam pola kebudayaan di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh guru. Guru akan membawa norma-norma dan kebudayaan yang diperolehnya melalui pendidikan ke dalam kelas yang diajarkan. Walaupun guru itu sendiri berkat pendidikannya dapat mempertinggi tingkat kulturalnya, namun ia akan 7 Beberapa karya Hasan Langgulung ini tertulis dalam riwayat hidup singkatnya sebagai penterjemah pada sampul belakang buku karya Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al- Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, Cet. Ke-I 8 Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam…, h. 74 tetap terikat oleh latar belakangnya, yaitu nilai-nilai pedesaan golongan menengah-rendah yang mungkin sekali berbeda dengan norma anak didik, khususnya dikota-kota. Namun banyak orang tua anak didik, misalnya di sekolah menengah yang golongan sosialnya lebih tinggi dari guru itu sendiri. Dalam kelas gurulah merupakan kunci utama yang menentukan norma- norma di dalam kelasnya dan kekuasaan penuh terdapat dalam sosok guru tersebut. Dalam pandangan masyarakat, guru adalah seseorang yang menyampaikan ilmu pengetahuan kepada para anak didik di dalam kelas. Sedangkan Hasan Langgulung berpendapat bahwa guru disebut juga ulama. 9 Yaitu orang yang memiliki ilmu lebih dari pada anak didiknya. 10 Atau orang-orang yang berilmu pengetahuan. 11 2. Kedudukan dan Peran Guru Agama Kedudukan orang alim dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan; pengetahuan itu di dapat dari belajar dan mengajar; yang belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru. 12 Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru terutama guru agama ia harus menunjukan kelakuan yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut bagi guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi dari pada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus menjadi teladan, di dalam maupun di luar sekolah. Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya. 9 Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam…, h. 45 10 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan..., h. 150 11 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2006, Cet. Ke- 6, h. 40 12 Ahmad tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam …, h. 76 Di mana dan kapan saja ia akan dipandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang patut ditiru oleh masyarakat, khususnya oleh anak didik Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. 13 Khususnya proses pembelajaran di sekolah, guru memegang peran yang penting diantaranya menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus menerus berkembang. Menurut Hasan Langgulung peran guru adalah untuk menyelamatkan masyarakat dan peradaban dari penghancuran atau dalam istilah sehari-hari disebut mati dan akhirnya kita jumpai di musium, seperti mesir kuno, yunani kuno dan lain-lain. Dengan kata lain tanpa guru yang berfungsi sebagai transmitter penyambung budaya akan mati. 14 Peran guru agama dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Hasan Langgulung “guru dalam paradigma baru ini bukan hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi sebagai motivator dan fasilitator proses belajar.” 15 a. Motivator Menurut Wina Sanjaya “dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Proses pembelajaran akan berhasil apabila siswa mempunyai motivasi dalam belajar. untuk itu, guru dituntut kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.” 16 13 Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h. 40 14 Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam..., h. 45 15 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke- 21…, h. 86 16 Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. Ke-5, h. 28 b. Fasilitator Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam komunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, karena kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Menurut Sardiman A. M. dalam bukunya “Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar” peran guru sebagai fasilitator, yaitu guru memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif. 17 Dari penjelasan diatas dapat diringkas bahwa peran guru agama dalam paradigma baru menurut Hasan Langgulung adalah selain sebagai transmitter penyambung budaya, guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam mengembangkan potensi-potensi anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Dalam mewujudkan peranan guru, Hasan Langgulung berpendapat bahwa guru harus memiliki tiga macam pengetahuan, yaitu: a. Pengetahuan umum, yaitu semua materi atau bidang ilmu yang diajarkan, baik materi agama maupun materi umum lainya. b. Pengetahuan profesi, yaitu pengetahuan atau materi yang berkaitan dengan profesi guru yang mengikuti latihan tersebut. c. Pengetahuan khusus, yaitu beberapa pengetahuan khusus yang diberikan kepada guru-guru sesuai dengan tingkat pendidikan yang diajarnya. 18 Untuk melengkapi tulisan ini, penulis menambahkan tentang kedudukan dan peran guru dari beberapa para ahli pendidikan. Sebagaimana yang diterapkan oleh Syafrudin Nurdin bahwa “jabatan guru terdiri dari empat aktifitas, yaitu: a pendidikan, b proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan, c pengembangan profesi dan d penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan 17 Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar..., h.144 18 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan…, h. 233-235 dan penyuluhan.” 19 Hal ini, sesuai dengan yang dijelaskan oleh Zahara Idris bahwa peranan guru adalah membimbing proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. 20 Dalam pendapat lain tentang peranan guru yang lebih luas, yaitu: guru sebagai pengajar, pembimbing, pemimpin, ilmuan, pribadi, penghubung, modernisator, dan pembangun. 21 Berikut ini akan dijelaskan satu persatu tentang peranan guru: a. Guru sebagai pengajar Guru menyampaikan materi pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan oleh guru. b. Guru sebagai pembimbing Guru memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu menemukan masalah dan menyelesaiakan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. c. Guru sebagai pemimpin Guru mengadakan supervisi atas kegiatan belajar peserta didik, membuat rencana pengajaran, mengadakan manajemen belajar, dan mengatur disiplin dalam kelas. d. Guru sebagai ilmuan Guru dipandang sebagai orang yang paling berpengetahuan terhadap peserta didik untuk itu guru berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu secara terus- menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya. e. Guru sebagai pribadi Sebagai pribadi, guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh peserta didik, orang tua peserta didik dan masyarakat. f. Guru sebagai penghubung Sekolah mempunyai dua peran, yaitu sebagai tempat menyampaikan dan mewariskan kebudayaan, teknologi dan ilmu pengetahuan. Di lain pihak sekolah 19 Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum…, h.11 20 Zahara Idris, Dasar-dasar Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1982, Cet. Ke-1, h. 77 21 Departemen Agama RI, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Pendidikan, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2005, h. 72-76 sebagai penampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, bakat dan tuntutan masyarakat. Peran guru merupakan penghubung diantara keduanya. g. Guru sebagai modernisator Guru harus senantiasa mengikuti usaha-usaha pembaharuan di segala bidang dan meyampaikan kepada peserta didik dengan batas-batas kemampuan peserta didik agar menanamkan jiwa pembaharuan di kalangan peserta didik. h. Guru sebagai pembangun Guru baik sebagai pribadi dan profesional harus dapat menggunakan setiap kesempatan untuk membantu berhasilnya rencana pembangunan masyarakat. 3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Agama Sebagaimana telah dijelaskan diatas, dalam pemikiran Hasan Langgulung peran guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan saja. Tetapi guru juga sebagai motivator dan fasilitator dalam pembelajaran. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa tugas guru menurut Hasan Langgulung adalah: a. Sebagai motivator, tugas guru adalah mendidik peserta didik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi terhadap pencapaian tujuan yang diharapkan. b. Sebagai fasilitator, tugas guru adalah memberi fasilitas dalam mencapai tujuan yang diharapkan. c. Tugas guru juga membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri. Demikianlah dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, guru bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian peserta didik. Guru harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang sedemikian rupa, sehingga dapat merangsang peserta didik untuk belajar secara dinamis dalam memenuhi kebutuan dan pencapaian tujuan. Guru agama berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya. Guru agama di samping memberitahukan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembianaan akhlak, di samping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak didik. 22 Menurut Hasan Langgulung yang dimaksud pembelajaran adalah realisasi potensi-potensi manusia agar dapat mengimbangi kelemahan aslinya, yaitu sikap lupa. Oleh sebab itu, Al- Qur’an dianggap sebagai pemberi ingat yang paling istimewa. 23 Tambahnya bahwa: “Potensi-potensi itu tercermin dalam “al-Asma al-Husna” yang 99 itu, kalau direalisasikan maka umat manusia sebagai individu dan masyarakat berfungsi penuh full-functioning. Sebaliknya kalau potensi-potensi itu tidak direalisasikan, maka manusia akan ditimpa berbagai penyakit seperti kejahilan, kemiskinan, kemunduran, kelaparan dan lain-lain yang mengakibatkan kehancuran walaupun mereka berdiri diatas telaga minyak dan emas, dan dikelilingi oleh sumber alam yang kaya raya seperti terjadi pada Negara-negara dunia ketiga dewasa ini, termasuk Negara-negara Islam. ” 24 Dari sinilah muncul konsep baru tentang pendidikan, yaitu sebagai pemberi ingat pada manusia yang suka lupa. Dalam pengertian modern, manusia itu pelupa karena potensi-potensinya tidak dikembangkan dan diaktualisasikan. Potensi-potensi itu terpendam dalam dirinya. Oleh sebab itu, menjadi tugas dan tanggung jawab guru untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi- potensi tersebut. Adapun upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengurangi kelupaan adalah 25 : a. Selalu meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menyadarkan anak didik akan tujuan pembelajaran. b. Menunjukan unsur-unsur pokok sebelum menunjukan unsur-unsur penunjang yang relevan dalam materi pelajaran yang akan disajikan. 22 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995, Cet. Ke-2, h. 99 23 Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma… h. 46 24 Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma… h. 48 25 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006 , Ed. 1, h.139-140 c. Menyajikan pokok bahasan materi yang akan disajikan pada sesi berikutnya. d. Dalam mengajukan pertanyaan kepada anak didik guru sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1 disampaikan secara akrab dan tidak menegangkan, 2 singkat, padat, jelas, dan tidak mengandung banyak tafsiran, 3 mengandung satu masalah, 4 alternatif jawaban bukan “tidak” atau ”ya”, 5 jangan memaksa anak didik yang tidak dapat menjawab, 6 tawarkan pertanyaan- pertanyaan kepada siswa lain, 7 berilah pujian terhadap siswa yang berhasil menjawab. Setiap guru harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi berikutnya sehingga terjadi proses konservasi nilai, karena melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai baru. Al-Ghazali menyebutkan beberapa kewajiban guru agama dengan tugasnya dalam pembelajaran, yaitu: a. Jangan mengharapkan imbalan dan balasan, tetapi berharap keridhaan dari Allah Swt. semata b. Menyayangi peserta didik c. Memberikan nasihat d. Memperhatikan tingkat kemampuan peserta didik e. Guru tidak menjelekan eksistensi ilmu yang bukan bidangnya f. Mengajarkan materi yang mudah, jelas, dan layak diterima peserta didik g. Tidak berbohong 26 26 Al-Ghazali dalam Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam. Terj. Syamsuddin Asyrofi, Yogyakarta: Titian Ilahi Pers, 1996, Cet. Ke-1, h. 77-79 Menurut E. Mulyasa tanggung jawab guru dapat dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, berikut ini 27 : a. Tanggung jawab moral; bahwa setiap guru harus mampu menghayati prilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah; bahwa setiap guru harus menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu mengembangkan kurikulum KTSP, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, melaksanakan pembelajaran yang efektif, menjadi model bagi peserta didik, memberikan nasihat, melaksanakan evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik. c. Tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan; bahwa setiap guru harus turut serta menyukseskan pembangunan, yang harus kompeten dalam membimbing, mengabdi dan melayani masyarakat. d. Tanggung jawab dalam bidang keilmuan; bahwa guru harus turut serta memajukan ilmu, terutama yang menjadi spesifikasi, dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.

C. Guru Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan