3. Pengertian Guru Agama Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa guru agama secara
umum adalah seseorang yang mengajarkan materi atau pelajaran agama, dalam hal ini adalah agama Islam. Dalam pengertian secara khusus guru agama adalah
guru yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk mengajar agama baik di sekolah umum, madrasah negeri maupun swasta.
B. Kedudukan dan Peran Guru Agama
1. Kedudukan Guru Agama
Pentingnya peranan guru terutama guru agama untuk menciptakan generasi baru di suatu masyarakat, terutama mayarakat Islam merupakan hal terpenting
untuk menghargai kedudukan guru, yang melibatkan kesejahteraan hidup dengan tenang dan menempatkan kedudukan guru sebagai pembimbing, pemimpin dan
pengawas bagi generasi muda.
15
Disamping itu, guru juga harus diberi peluang dalam mengambil keputusan mengenai perkembangan kurikulum dalam pelaksanaan pendidikan, dan
meningkatkan kualitasnya agar dapat dihargai oleh masyarakat. Di masyarakat, guru merupakan salah satu kontrol sosial. Di mata
masyarakat guru adalah orang yang mempunyai perilaku yang baik yang dapat dijadikan contoh, sehingga jika ada guru berperilaku kurang baik atau melakukan
kesalahan, masyarakat akan dengan cepat meresponnya, dibandingkan dengan anggota masyarakat lain yang melakukan kesalahan.
Menurut Hasan Langgulung guru juga disebut ulama,
16
yang merupakan penerus para nabi dalam mengajarkan ilmu agama. Pada masa Rasulullah Saw.
kedudukan guru memperoleh tempat yang istimewa, tertinggi dan dihormati. Dengan demikian, kedudukan guru sangat mulia dan luhur, baik ditinjau dari
sudut masyarakat, negara maupun agama. Guru sebagai pendidik merupakan
15
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad Ke- 21…, h. 92
16
Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains Sosial, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002, Cet. Ke-1, h. 45
seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan negara. Tinggi atau rendahnya kebudayaan suatu masyarakat sebagian besar bergantung pada guru.
Disamping itu, kedudukan guru dalam kegiatan pembelajaran juga sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru yang berhadapan langsung
dengan peserta didik akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, sedangkan menentukan karena guru yang memilah dan memilih bahan pelajaran
yang disajikan kepada peserta didik. Hal ini membuktikan bahwa guru mempunyai kedudukan yang terhormat.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 2 kedudukan guru ditegaskan kembali, bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jalur pendidikan formal.
17
Sebagai pribadi yang ditiru, tidak menutup kemungkinan bila peserta didik mengharapkan figur yang senantiasa memperlihatkan kepentingan peserta didik.
Biasanya guru yang seperti ini mendapatkan extra perhatian dari peserta didik. Perserta didik senang dengan sikap dan prilaku yang baik yang diperlihatkan oleh
guru. Guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik sekaligus pembimbing yang akan mengarahkan peserta didik pada tahap perkembangan
yang lebih baik. Berkaitan dengan ini, maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik
dan sangat kompleks dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa atau peserta didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena
itu, setiap rencana guru harus didudukan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan peserta didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.
18
Kedudukan guru terutama guru agama Islam saat ini perlu mendapat perhatian. Jelas sekali bahwa kedudukan guru saat ini semakin merosot, jauh lebih
rendah dibandingkan kedudukan guru pada masa Rasulullah Saw.
19
Menurut Mukhtar rendahnya kedudukan guru saat ini disebabkan karena:
17
Depag, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006, h. 86
18
Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, Cet. Ke-10, h. 125
19
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. Ke-7, h. 86
a. Rendahnya apresiasi terhadap guru Pendidikan Agama Islam sebagai akibat
Pendidikan Agama Islam yang merupakan mata pelajaran wajib hanya dipandang sebagai pelengkap karena lembaga pendidikan dan orang tua
lebih mengutamakan pelajaran yang diujikan saja. Hal ini sangat dominan pada sekolah-sekolah umum seperti Sekolah Dasar dan Menengah,
akibatnya penerapan nilai-nilai agama melalui Pendidikan Agama Islam tidak bisa berjalan baik.
b. Kurangnya sikap profesionalisme tugas guru Pendidikan Agama Islam yang
ditandai dengan kurangnya kemampuan dalam memprogram pembelajaran, memproses pembelajaran yang sesuai dengan program pembelajaran.
Adapun kemampuan dalam memproses pembelajaran ini meliputi penyampaian bahan pelajaran pada siswa, metode yang digunakan dan
persiapan mengajar. c.
Kurangnya pengakuan terhadap guru Pendidikan Agama Islam. Hal ini ditandai dengan kurangnya penghargaan atas kegiatan pendidikan yang
dilakukan oleh guru agama terhadap siswa di sekolah. Untuk itu, menurut Hasan Langgulung guru agama hendaknya selalu
meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dalam hal ini Hasan Langgulung menawarkan adanya sejumlah latihan terhadap guru agama dalam
meningkatkan profesionalismenya, dengan tujuan: a.
Menciptakan guru-guru yang terlatih dan memiliki profesionalisme yang tinggi.
b. Menghasilkan guru-guru yang bersemangat tinggi.
20
Sedangkan dalam UU Guru dan Dosen pasal 4 dijelaskan kedudukan guru untuk meningkatkan martabat guru dalam agen pembelajaran.
21
”Yang dimaksud agen pembelajaran learning agent adalah peran guru antara lain sebagai
fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.”
22
20
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan.., h. 233-235
21
Depag, Undang- undang dan Peraturan…, h. 86
22
Depag, Undang- undang dan Peraturan…, h. 130
2. Peran Guru Agama
Islam menuntut kepada pendidik untuk berorientasi kepada educational needs dari peserta
didik, dimana faktor “human nature” yang potensial tiap pribadi anak dijadikan sentrum proses kependidikan sampai kepada batas
perkembangannya.
23
M. Arifin menjelaskan bahwa “pendidik harus mengajar sesuai dengan
tingkat kemampuan kejiwaannya, memberi contoh tauladan yang baik, mendorong dan memotivasi, targhieb dan tarchieb, mendorong kreativitas dalam
berpikir, menciptakan suasana belajar-mengajar yang favorable diwaktu marah atau sesak nafas guru tidak boleh mengajar.
”
24
Menurut E. Mulyasa bahwa peran dan fungsi guru secara umum adalah: a.
Sebagai pendidik dan pengajar; bahwa setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik bersikap realitas, jujur dan terbuka,
serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan. b.
Sebagai anggota masyarakat; bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat.
c. Sebagai pemimpin; bahwa setiap guru adalah pemimpin, yang harus
memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik berkomunikasi, serta menguasai berbagai aspek
organisasi sekolah. d.
Sebagai administator; bahwa setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan di sekolah, sehingga harus
memiliki pribadi yang jujur, teliti, rajin, serta memahami strategi dan manajemen pendidikan.
e. Sebagai pengelola pembelajaran; bahwa setiap guru harus mampu dan
menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar- mengajar di dalam maupun di luar kelas.
25
23
M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1988, h. 81
24
M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat..., h. 81
25
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, Cet. Ke-3, h.19
Sedangkan menurut Martinis Yamin, peran guru adalah: a.
Sebagai komunikator Dilihat dari peran guru di dalam kelas, mereka berperan sebagai seorang
komunikator, mengkomunikasikan materi pelajaran dalam bentuk verbal dan non- verbal. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan berupa buku teks,
catatan, lisan, cerita, dan lain sebagainya, pesan itu dikemas sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, dimengerti, dipelajari, dicerna dan diaplikasikan
siswa.
26
b. Sebagai fasilitator
Guru sebagai fasilisator memiliki peran memfasilitasi siswa-siswa untuk belajar secara maksimal dengan mempergunakan berbagai strategi, metode, media
dan sumber belajar
27
. Guru Menciptakan suatu komunitas yang bersuasana saling bergantung dan
saling berdialog atas dasar saling mempercayai satu sama lain, menghasilkan pengalaman yang luas, namun ia tetap mengambil bagian dan memperhatikan
dengan sikap yang sama dengan peserta didiknya.
28
C. Tugas dan Kewajiban Guru Agama