Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007
USU e-Repository©2009
dalam darah tepi untuk mengumpankan diri agar di isap oleh nyamuk vektor dan ditularkan ke inang yang baru WHO, 1997.
2.1.8. Gejala klinis
Seseorang dapat terinfeksi filariasis apabila orang tersebut mendapat gigitan dari nyamuk vektor yang mengandung mikrofilaria dengan kepadatan tertentu. Akibat
dari gigitan tersebut akan menimbulkan gejala klinis pada manusia yang sudah terinfeksi filariasis. Ada dua macam gejala klinis filariasis, yaitu gejala klinis akut
dan gejala klinis kronis. Gejala klinis akut adalah berupa peradangan pada kelenjar limfe limfadenitis
atau saluran limfe limfangitis. Pada umumnya gejala klinis akut yang terjadi adalah disertai dengan demam, sakit kepala, rasa lemah atau kelelahan dan dapat pula
disertai abses bisul yang kemudian pecah dan sembuh. Biasanya abses yang sembuh akan meninggalkan bekas seperti parut. Bekas dalam bentuk parut sering kita lihat
dan temukan didaerah lipatan paha dan ketiak. Keadaan ini banyak terdapat didaerah penularan filariasis dengan golongan spesies cacing filaria Brugia malayi dan Brugia
timori. Pada infeksi dengan Wuchereria bancrofti gejala akut yang berupa peradangan tidak jelas, tetapi elephantiasis dapat mencapai ukuran yang besar. Gejala
infeksi wuchereria bancrofti yang lebih jelas adalah orchitis, epidemitis, hidrokel dan kiluria. Bahkan hidrokel sering dipakai sebagai indikator endemis Wuchereria
bancrofti seperti elephantiasis scroti yang menyebabkan penderita tidak dapat berjalan. Elephantiasis dapat terjadi pada seluruh kaki dan lengan Depkes RI, 2002.
Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007
USU e-Repository©2009
Gejala kronis meliputi limfadema, hidrokel dan kiluria. Limfadema merupakan gejala kronis yang dialami penderita pada seluruh kaki atau lengan,
skrotum, vagina dan payudara. Gejala ini biasanya terdapat pada penderita yang terinfeksi cacing filaria dengan spesies Wuchereria bancrofti, sedangkan untuk
penderita yang terinfeksi oleh jenis spesies Brugia malayi dan Brugia timori, gejala klinisnya dapat mengenai kaki dan lengan di bawah lutut atau siku.
Hidrokel merupakan gejala klinis yang menyebabkan terjadinya pelebaran kantung buah skrotum yang berisi cairan limfe.
Sedangkan kiluria adalah gejala klinis yang dialami penderita dengan mengeluarkan air seni seperti susu. Adanya cairan seperti susu ini disebabkan oleh
kebocoran saluran limfe didaerah pelvik ginjal, sehingga cairan limfe tersebut masuk ke dalam saluran kencing. Namun gejala klinis kiluria ini jarang ditemukan Depkes
RI, 2002.
2.2. Keadaan Lingkungan Sosial dan budaya