Vektor Daur hidup Penyakit filariasis 1.

Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 transmigran lebih banyak menunjukkan gejala, tetapi pada pemeriksaan darah jari lebih sedikit yang mengandung mikrofilaria. Di suatu daerah endemis tinggi sebagian besar penduduk dapat terinfeksi. Biasanya pendatang baru ke daerah yang endemis seperti transmigran lebih cepat menunjukan gejala klinis akut bila terinfeksi walaupun mikrofilaria dalam belum ditemukan. Semakin lama pendatang baru menempati daerah endemis filariasis, maka akan lebih banyak yang terinfeksi. Hospes reservoir berperan sebagai sumber penyakit. Diantara cacing filaria yang menginfeksi manusia di Indonesia, hanya Brugia malayi yang sub periodik nokturna dan non periodik yang ditemukan juga pada hewan lutung Presbytis cristatus, kera Macaca fascicularis dan kucing Felis catus yang dapat merupakan sumber infeksi pada manusia. Brugia malayi tipe sub periodik nokturna umumnya ditemukan di daerah rawa-rawa. Brugia malayi tipe non periodik ditemukan di hutan dan mikrofilarianya ditemukan dalam darah tepi baik siang maupun malam hari. Adanya hospes reservoir akan menyulitkan program pemberantasan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan untuk mengatasi keberadaan hospes reservoir sebagai sumber penyakit Depkes RI, 2002.

2.1.6. Vektor

Vektor penyakit kaki gajah filariasis adalah nyamuk yang mengandung mikrofilaria di dalam tubuhnya. Di Indonesia hingga saat ini telah di ketahui terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Aedes, Mansonia dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor dan merupakan vektor yang potensial untuk Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 menyebabkan penyakit kaki gajah filariasis. Terdapat 10 spesies nyamuk Anopheles telah diidentifikasi sebagai vektor penular Wuchereria bancrofti tipe pedesaan. Sedangan untuk vektor penular Wuchereria bancrofti tipe perkotaan adalah nyamuk Culex quinguefasciatus. Vektor penular Brugia malayi tercatat ada 6 spesies Mansonia dan untuk wilayah Indonesia bagian Timur selain Mansonia ada juga vektor lain yaitu nyamuk Anopheles barbirostris. Demikian pula untuk vektor penular Brugia malayi tipe sub periodik nokturna sebagai vektornya adalah beberapa jenis nyamuk spesies Mansonia. Pada daerah bagian Timur yaitu Nusa Tenggara Timur dan Kepulauan Maluku Selatan sebagai vektor penular Brugia timori adalah jenis nyamuk Anopheles barbirostris. Depkes RI, 2002. Nyamuk dapat bersifat antropofilik menyukai darah manusia, zoofilik menyukai darah hewan dan zoantropofilik menyukai darah hewan dan manusia, eksofagik mencari mangsa diluar rumah dan endofagik mencari mangsa di dalam rumah. Tempat beristirahat berbeda-beda tergantung jenisnya. Umumnya nyamuk istirahat pada tempat-tempat teduh seperti di semak-semak sekitar tempat perindukan, dan di dalam rumah pada tempat-tempat yang gelap. Perilaku nyamuk sebagai vektor filariasis menentukan distribusi filariasis. Setiap daerah endemis filariasis umumnya mempunyai spesies nyamuk yang berbeda-beda dan setiap spesies dapat menjadi vektor utama penyebab filariasis.

2.1.7. Daur hidup

Filaria limfatik dalam daur hidupnya memerlukan nyamuk sebagai vektor. Nyamuk menghisap darah penderita yang mengandung mikrofilaria dengan Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 kepadatan tertentu. Daur hidup parasit ini memerlukan waktu yang sangat panjang. Masa pertumbuhan parasit di dalam nyamuk kurang lebih dua minggu. Pada saat nyamuk vektor menghisap darah manusia atau hewan yang mengandung mikrofilaria, maka mikrofilaria akan terbawa masuk dan melepaskan sarungnya di dalam lambung nyamuk dan selanjutnya bergerak menuju otot-otot torak, setelah lebih kurang 3 hari mikrofilaria ini akan memendek menyerupai sosis dan disebut larva stadium I L1. Dalam waktu kurang lebih seminggu larva L1 akan bertukar kulit, tumbuh menjadi gemuk dan panjang dan disebut larva stadium II L2. Pada hari ke sepuluh dan selanjutnya, larva L2 akan bertukar kulit sekali lagi tumbuh makin panjang dan lebih kurus dan disebut larva stadium III L3. Gerak larva L3 ini sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi mula-mula ke rongga abdomen dan kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva L3 yang sangat infektif ini menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk melalui luka tusuk kedalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe. Di dalam saluran limfe, larva ini mengalami dua kali pergantian kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV L4 dan stadium V L5 atau cacing dewasa. Brugia malayi dan Brugia timori dari L3 menjadi dewasa dalam kurun waktu kurang lebih 3,5 bulan, sedangkan Wuchereria bancrofti dari L3 sampai dewasa di perlukan waktu lebih kurang 9 bulan. Umur cacing dewasa filaria 5-10 tahun FK.UI, 2003. Setelah dewasa, akan terjadi perkawinan dan cacing betina melahirkan mikrofilaria yang dapat ditemukan di dalam darah dan secara berkala di temukan di Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 dalam darah tepi untuk mengumpankan diri agar di isap oleh nyamuk vektor dan ditularkan ke inang yang baru WHO, 1997.

2.1.8. Gejala klinis