Latar Belakang Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007

Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan masyarakat merupakan bagian integral dari pembangunan nasional karena upaya memajukan bangsa Indonesia tidak akan efektif apabila tidak memiliki dasar yang kuat yaitu derajat kesehatan masyarakat yang tinggi. Untuk mempercepat keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait baik pemerintah, swasta maupun masyarakat itu sendiri. Upaya perbaikan dalam bidang kesehatan masyarakat salah satu diantaranya melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan angka kematian sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat Depkes RI, 2002. Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena merupakan penyebab utama kecacatan, stigma sosial, hambatan psikososial yang menetap dan penurunan produktivitas kerja individu, keluarga dan masyarakat Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Dengan demikian penderita kaki gajah merupakan beban bagi keluarga, masyarakat dan negara Depkes RI, 2002. Penyakit kaki gajah merupakan penyakit di daerah tropik, tetapi dapat juga ditemukan di daerah sub tropik. Penyakit ini tersebar di 100 negara dengan lebih dari seratus miliar penduduk hidup di wilayah rawan tertular filariasis. Filariasis diperkirakan menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara terutama di daerah tropik dan beberapa di negara sub tropik. Dari 120 juta orang yang sudah terinfeksi, 40 juta diantaranya telah menjadi cacat dan disfungsi organ tubuh tertentu karena penyakit sudah berada dalam tahap kronis lanjut Depkes RI, 2002. Di Indonesia kurang lebih 10 juta penduduk sudah terinfeksi penyakit ini, dengan jumlah penderita kronik kaki gajah kurang lebih 6500 orang. Penyakit menular ini tersebar di 26 Propinsi, 231 Kabupaten, 451 Kecamatan dan 1553 desa endemik filaria, yaitu desa dengan angka mikrofilaria diantara penduduk lebih dari 1. Diperkirakan sekitar 3 dari jumlah penduduk telah terinfeksi penyakit filariasis dengan jumlah kasus kronis yang tercatat sampai tahun 2000 sebanyak 1444 orang Depkes RI, 2002. Filariasis banyak diderita oleh penduduk berusia produktif 15-44 tahun, laki-laki lebih banyak terinfeksi daripada perempuan. Cacat fisik sifatnya permanen juga lebih banyak dijumpai pada laki-laki karena kemungkinan kontak dengan nyamuk lebih besar berkaitan dengan pekerjaannya Soeyoko, 2002. Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 Penularan filiariasis banyak berkaitan dengan aspek sosial budaya, antara lain pengetahuan, kepercayaan, sikap dan kebiasaan masyarakat. Penduduk dengan pekerjaan petani berladang, pencari kayu rotan dan penyadap karet banyak terinfeksi filariasis Sumarni dan Soeyoko, 1998. Sejak tahun 1975, Indonesia telah melakukan program pemberantasan filariasis di daerah endemik. Secara keseluruhan prevalensi penyakit di Indonesia telah terjadi penurunan setelah dilakukan pengobatan massal pada penderita sejak Pelita I, namun penyakit ini di daerah-daerah tertentu masih tinggi prevalensinya. Daerah tersebut merupakan daerah kantong endemis dan selalu menjadi sumber penularan ke daerah lainnya Depkes RI, 2002. Pemerintah sendiri pada tahun 2002 telah mencanangkan dimulainya Program Nasional Eliminasi Penyakit Kaki Gajah di Indonesia dan telah menetapkan eliminasi penyakit kaki gajah sebagai salah satu program prioritas. Program ini dicanangkan sebagai respons dari program WHO yang menetapkan komitmen global untuk mengeliminasi filiariasis ”the global goal of elimination of lymphatic filariasis as a public health problem by the year 2020”. Adapun Program Nasional Eliminasi Penyakit Kaki Gajah dan rencana kegiatan tahunan 2002-2006 telah tersusun dan telah disetujui WHO untuk dilaksanakan secara bertahap. Pada tanggal 8 April 2002 di Desa Mainan, Kecamatan Banyuasin II, Kabupaten Musi Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah mencanangkan dimulainya Eliminasi Penyakit Kaki Gajah di Indonesia. Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 Di Propinsi Jambi, filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Marangin, Kabupaten Sorolangun, Kabupaten Batang Hari dan Kabupaten Muaro Jambi. Penyakit ini tersebar di 31 kecamatan, 41 wilayah Puskesmas dan 55 desa endemis. Hasil survei darah jari menunjukkan mikro filaria rate rata-rata 1,8 interval 0,8- 2,98. Hasil survei cepat yang dilakukan pada tahun 2002, tercatat sebanyak 205 orang terinfeksi mikro filarial di dalam darahnya. Penduduk propinsi Jambi lebih dari 103.000 jiwa atau sekitar 4 dari jumlah penduduk bertempat tinggal di daerah rawan filaria, sehingga beresiko untuk terinfeksi penyakit Elephanthias Kaki Gajah. Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah dataran rendah terletak pada ketinggian 0 – 500 meter di atas permukaan laut dan berada pada Daerah Aliran Sungai DAS Batang Hari, sehingga sangat dipengaruhi oleh keadaan musim. Kabupaten Muaro Jambi sebagaimana di Provinsi Jambi lainnya beriklim tropis dengan jumlah curah hujan rata-rata 231,3 mm dan bulan basah berkisar antara 8 – 10 bulan. Akibat curah hujan yang begitu besar maka daerah-daerah yang terletak pada cekungan dan rawa seperti pada Kecamatan Kumpeh, Kecamatan Maro Sebo, Kecamatan Kumpeh Hulu dan Kecamatan Sakernan yang berada pada daerah aliran sungai Batang Hari, hampir setiap tahun menimbulkan permasalahan akibat naiknya air permukaan yang menggenangi lahan pertanian, sawah serta pemukiman penduduk Dinkes Muaro Jambi, 2005. Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jambi yang terdiri dari 7 kecamatan dan 4 kecamatan diantaranya merupakan daerah Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 endemis filariasis. Hasil survei cepat yang dilakukan di Desa Sekumbung dengan 500 sediaan darah terdapat 10 orang yang positif + mengandung mikro filarial dengan Mf-rate 2. Berdasarkan laporan dari puskesmas Kemingking Dalam ditemukan jumlah kasus filariasis sebanyak 27 yang tersebar di tiga desa. Jumlah kasus yang terbanyak terdapat di desa Kemingking Dalam sebanyak 17 kasus. Tabel 1.1 Distribusi Penderita Filariasis di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2006 No Kecamatan Nama Puskesmas Nama Desa Jumlah Kasus 1 Maro Sebo Kemingking Dalam Jambi Kecil Kemingking Dalam Talang Duku Sekumbung Mudung Darat Muaro Jambi Desa Bakung Tanjung Katung Jambi Kecil Desa Baru Danau Lamo Jambi Tulo Kemingking Luar 18 5 4 4 3 3 2 1 1 1 1 1 2 Jaluko Penyengat Olak Pondok Meja Rengas Bandung Pademangan Sei Bertam 2 1 3 3 Kumpeh Tanjung Puding Sei Aur Jebus Gd. Karya Tj. Ulu Tj. Ilir Sei Bungur Desa Puding Mekar Sari 2 3 1 2 1 3 4 1 Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 4 Kumpeh Ulu Muaro Kumpeh Tangkit Teluk Raya Sai Terap Sakean Solok Sumber Jaya Arang-arang Kasang Lp. Alai Kasang Pudak 1 2 3 8 2 3 10 2 4 Kecamatan 8 Puskesmas 30 Desa 98 Kasus Kecamatan Maro Sebo terdiri dari 19 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 25.085 jiwa. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Muaro Jambi disebutkan bahwa dari 19 desa yang ada tercatat 12 desa yang menjadi daerah endemis filariasis yaitu Desa Muaro Jambi, Jambi Kecil, Mudung Darat, Tanjung Katung, Bakung, Desa Baru, Danau Lamo, Kemingking Luar, Jambi Tulo, Kemingking Dalam, Talang Duku dan Sekumbung. Sejak tahun 2003 Kecamatan Maro Sebo telah dilaksanakan pengobatan massal yang diharapkan berlanjut sampai tahun 2007. Tabel 1.2. Distribusi Penderita Filariasis di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2002-2004 No Tahun Jumlah Klinis Filariasis Acute Disease rate ADR Desa Terserang Jumlah Kasus 1 2002 42 0,02 15 42 2 2003 8 0,03 2 8 3 2004 3 0,02 2 3 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2005 Hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Muaro Jambi tahun 2005 dan tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah kasus maupun jumlah desa yang terserang. Tahun 2005 jumlah kasus meningkat menjadi 72 kasus dengan jumlah desa yang terserang sebanyak 25 desa, disusul dengan tahun 2006 jumlah kasus menjadi 98 kasus dengan jumlah desa yang terserang menjadi 30 desa. Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 Filariasis masih merupakan masalah kesehatan khususnya di beberapa kecamatan dan desa yang menjadi kantong filariasis di Kabupaten Muaro Jambi sehingga perlu penanganan yang intensif. Dimana timbul dan terjadinya penularan kaki gajah Filariasis sangat dipengaruhi keadaan lingkungan, perilaku dan pengetahuan masyarakat serta adanya vektor sebagai penularan penyakit tersebut. Untuk itu diperlukan dukungan dari berbagai lintas program, lintas sektoral, LSM Lembaga Swadaya Masyaraakat dan masyarakat itu sendiri dalam pemberantasan penyakit filariasis.

1.2. Masalah Penelitian