Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis

Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 pekerjaan responden petani maka tindakan pencegahan terhadap penyakit filariasis rendah. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Wawolumaya, dkk 1993, bahwa pekerjaan yang termasuk dalam faktor sosio demografi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Menurut Sumarni dan Soeyoko 1998, bahwa infeksi malayi paling banyak terjadi pada penduduk yang mempunyai pekerjaan sebagai petani. Mereka sering berada di hutan untuk berladang, mencari kayurotan dan menyadap karet. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden diketahui bahwa kebanyakan responden sering menginap di pondok atau kebun untuk menjaga tanaman agar terhindar dari hama binatang. Pada saat menjaga tanaman tersebut responden tidak menggunakan lotion atau anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk. Walaupun responden menginap di pondokkebun, responden tidak menggunakan kelambu. Mereka hanya memasang api untuk mengusir nyamuk sekaligus mengusir binatang yang menjadi hama bagi tanaman mereka. Menurut pengamatan selama di lapangan, kepala keluarga dengan jenis pekerjaan sebagai petani mempunyai tindakan pencegahan yang kurang baik terhadap penyakit filariasis dibandingkan dengan kepala keluarga dengan jenis pekerjaan bukan petani.

5.3. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis

Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 Telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan responden disini adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang penyakit filariasis yang terdiri dari pengertian, gejala-gejala, penyebab, cara penularan, cara pencegahan dan cara penyembuhannya. Pada umumnya pengetahuan merupakan modal yang sangat penting untuk memperoleh suatu perilaku yang baik di mana diharapkan dari pengetahuan yang baik akan timbul perilaku yang baik pula. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Rogers 1974, bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Dari tabel 4.2. diketahui bahwa pengetahuan responden yang paling banyak dalam kategori sedang yaitu sebesar 54,1, sedangkan responden dengan kategori baik sebesar 24,7, dan responden dengan kategori kurang sebesar 21,2. Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh B = 0,176 terhadap tindakan pencegahan penyakit filariasis dengan taraf signifikan 0,014. Artinya terjadi peningkatan tindakan pencegahan terhadap penyakit filariasis dengan semakin baiknya tingkat pengetahuan responden. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa kepala keluarga lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan sedang sehingga tindakan yang dilakukan terhadap pencegahan penyakit filariasis di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi masih kurang baik. Hasil pengamatan di lapangan diperoleh bahwa dari 85 responden terdapat 3 penderita kaki gajah filariasis. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 3 Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 responden tersebut, diperoleh keterangan bahwa responden tidak mengetahui tentang penyakit kaki gajah. Responden beranggapan bahwa penyakit kaki gajah atau yang sering disebut kena ”UNTUT” dalam arti hukuman karena menginjak air ludah anak suku dalam yang dimasukkan ke dalam lubang. Selain itu, ada juga responden yang beranggapan penyakit kaki gajah terjadi akibat munculnya kelenjar merah mulai dari panggul sampai ke kaki sehingga menimbulkan pembengkakan. Walaupun sebelum terjadi pembengkakan pada anggota tubuh responden sudah mengalami demam secara berulang tetapi responden hanya menganggap karena terkena malaria dan berusaha mengobati sendiri dengan membeli obat di warung untuk menghilangkan demamnya.

5.4. Variabel Lain