Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007
USU e-Repository©2009
1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk perencanaan dan pengambilan keputusan pada program pengendalian, penanggulangan
penyebaran filariasis di Kabupaten Muaro Jambi. 2. Memberi masukan untuk dapat mengantisipasi penyakit filariasis di
Kabupaten Muaro Jambi. 3. Bagi masyarakat dapat memberikan pemahaman tentang resiko terjadinya
filariasis pada masyarakat dan upaya perbaikan lingkungan yang tepat untuk memutuskan mata rantai penularan filariasis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit filariasis 2.1.1.
Definisi
Filariasis ialah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang di sebabkan oleh mikrofilaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.
Cacing tersebut hidup dikelenjar dan saluran getah bening, sehingga menyebabkan kerusakan pada sistim limpatik yang dapat menimbulkan gejala akut berupa
peradangan kelenjar dan saluran getah bening adenolimfangitis terutama di daerah pangkal paha dan ketiak, tetapi dapat pula di daerah lain. Peradangan ini disertai
demam yang timbul berulang kali dan dapat berlanjut menjadi abses yang dapat pecah dan meninggalkan parut Depkes RI, 2002.
2.1.2. Cara masuk mikrofilaria ke dalam tubuh
Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007
USU e-Repository©2009
Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara melalui gigitan nyamuk, dimana tubuh manusia dapat terinfeksi mikrofilaria apabila nyamuk yang
mengigit tubuh manusia mengandung larva cacing filaria yang infektif stadium 3. Mikrofilaria akan keluar dari tubuh nyamuk dan masuk ke dalam tubuh manusia pada
saat nyamuk mengigit dan menghisap darah manusia. Depkes RI, 2002.
2.1.3. Epidemiologis
Penyebaran filariasis hampir diseluruh wilayah Indonesia, dibeberapa daerah dengan tingkat endemisitas yang cukup tinggi. Jumlah kasus filariasis di Indonesia
cukup banyak. Berdasarkan hasil survei cepat tahun 2000, jumlah penderita kronis yang dilaporkan sebanyak 6.500 orang tersebar di 1.553 Desa, di 231 Kabupaten dan
26 Propinsi. Data ini belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena hanya 3.020 Puskesmas 42 dari 7.221 Puskesmas yang menyampaikan laporan.
Tingkat endemisitas filariasis berdasarkan hasil survei pada tahun 1999 masih tinggi dengan rata-rata mf Mikrofilaria Rate 3,1 dengan interval 0,5-19,64.
Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat penularan filariasis di Indonesia masih tinggi. Filariasis umumnya endemis di daerah dataran rendah, terutama di pedesaan,
di daerah pantai, pedalaman, persawahan, rawa-rawa dan daerah hutan. Secara umum filariasis tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku
dan Irian Jaya. Filariasis Wuchereria bancrofti tipe pedesaan masih banyak ditemukan di Propinsi Papua dan beberapa daerah lain di Indonesia, sedangkan
Wuchereria bancrofti tipe perkotaan ditemukan di Jakarta, Bekasi, Semarang, Tangerang, Pekalongan dan Lebak Banten. Filariasis malayi tersebar di Sumatera,
Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007
USU e-Repository©2009
Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Seram. Filariasis timori terdapat di Kepulauan Flores, Alor, Rote, Timor dan Sumba, umumnya endemik di daerah persawahan.
Filariasis bersifat menahun Kronis dan bila tidak memperoleh pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki kaki gajah, lengan,
payudara serta alat kelamin, baik pada wanita maupun laki-laki. Meskipun filariasis tidak menimbulkan kematian secara langsung tetapi
merupakan salah satu penyebab utama timbulnya kecacatan, kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainya. Hal ini disebabkan, karena bila terjadi kecacatan
menetap, maka seumur hidupnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal, sehingga dapat menjadi beban keluarganya, merugikan masyarakat dan Negara.
Seringnya serangan akut pada penderita filariasis sangat menurunkan produktivitas kerja, sehingga akhirnya dapat juga merugikan masyarakat. Selain itu penderita akan
mengalami kerugian ekonomi yang besar. Hasil penelitian Departemen Kesehatan bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia pada tahun 2000,
menunjukkan bahwa biaya yang diperlukan oleh seorang penderita penyakit kaki gajah per tahun sekitar 17,8 dari seluruh pengeluaran keluarga atau 32,3 dari
biaya untuk makan. Dengan demikian maka penderita akan menjadi beban bagi keluarga dan negara Depkes RI, 2002.
2.1.4. Penyebab filariasis di Indonesia