Penentuan desa endemis filaria Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian Jenis Penelitian Metode Pengumpulan Data

Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 Umumnya laki-laki menunjukkan angka infeksi microfilaria rate lebih tinggi dari perempuan karena umunya laki-laki lebih sering terpapar akibat pekerjaan dan kebiasaanya, sehingga kemungkinan terjadinya infeksi kontak dengan vektor lebih sering dari perempuan Nyoman Saniambara, 2005.

2.3. Penentuan desa endemis filaria

Sebelum diadakan pemberantasan harus ditemukan daerah endemis terutama daerah endemis tinggi Mf Rate 1. Untuk menentukan daerah endemis dapat digunakan beberapa cara: survei cepat, survei klinis, pemeriksaan serologi untuk daerah endemis Wuchereria bancrofti, pemeriksaan biologi molekuler untuk daerah endemis Brugia malayi dan Brugia timori. Indikasi awal dari pelaksanaan survei adalah ditemukannya penderita klinis atau penderita kronis diantara penduduk di desa tersebut. Survei yang dilaksanakan secara massal di Indonesia adalah survei gejala klinis dan darah jari yang dilakukan pada pukul delapan malam waktu setempat pada daerah sekitar rumah penderita dengan gejala klinis. Jumlah sampel diambil ditentukan dengan cara sampling. Bila hasil survei menunjukan Mf Rate 1 maka desa tersebut ditetapkan sebagai daerah endemis yang harus dilakukan pengobatan massal. Bila Mf Rate 1 ditetapkan sebagai non endemis dan dilakukan pengobatan selektif Depkes RI, 2002.

2.4. Pencegahan Filariasis

Usaha pencegahan filariasis ini sesungguhnya berpulang kembali pada masyarakat sendiri. WHO sudah menetapkan ”The Global Goal of Elimination of Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by The Year 2020”. Bentuknya berupa program pengobatan dengan Diethyl Carbamazine Citrate DEC dikombinasikan dengan albendazol sekali setahun selama 5-10 tahun di lokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis, baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya. Tentu saja, mencegah lebih baik daripada mengobati. Caranya dengan menghindari dari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu, menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat anti nyamuk, atau mengoles kulit dengan lotion pencegah gigitan nyamuk. Melakukan pemberantasan terhadap sarang nyamuk dengan melakukan 3M menutup, menguras dan mengubur benda-benda yang dapat menampung air Hermana, 2007 .

2.4.1 Pengobatan massal

Pelaksanaan pengobatan massal dengan obat Diethyl Carbamazine Citrat DEC, pada waktu sekarang ini masih merupakan kegiatan utama dalam pemberantasan filariasis. Upaya pemberantasan filariasis ini telah dilakukan sejak tahun 1975 dengan cara pengobatan massasl menggunakan obat dosis rendah Diethyl Carbamazine Citrate DEC 100 mg untuk dewasa dan 50 mg untuk usia 2-10 tahun selama 40 minggu. Dengan keikut sertaan Indonesia dalam global eliminasi yang dicanangkan oleh WHO maka saat ini digunakan kombinasi DEC 6mgkg BB Berat Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 Badan, Albendazole 400 mg 1 Tablet dan Paracetamol 500 mg yang diberikan sekali setahun selama 5 lima tahun. Pada semua kasus klinis sebelum diberikan obat DEC, semua gejala klinis akut yang berupa demam dan gejala peradangannya diobati terlebih dahulu dengan memberikan obat-obatan Analgesik, Antipiretik dan Antibiotik. Penggunaan obat Antibiotik dilakukan apaabila terjadi infeksi sekunder. Setelah gejala akut diatasi, penderita tersebut dapat diberikan pengobatan DEC 3x1 tablet 100 mg selama 10 hari dan disertai Paracetamol 3x1 tablet 500 mg dalam 3 tiga hari pertama. Untuk anak- anak, dosis disesuaikan dengan umur. Bila penderita berada di daerah endemis maka pada tahun berikutya diikutsertakan dalam pengobatan massal Depkes RI, 2002.

2.4.2 Eliminasi Penyakit Filaria

Eliminasi filariasis adalah upaya pemberantasan yang dilakukan secara intensif,menyeluruh,terpadu dan berkesinambungan guna menurunkan angka kesakitan Mf.rate menjadi 1 sehingga tidak terjadi penularan lagi. Program eliminasi dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO pada tahun 2000 the global goal of elimination of lymphatic filariasis as a public health problem by the year 2020. Untuk melaksanakan eliminasi ini WHO telah menetapkan 2 strategi utama, yaitu: 1. Pemutusan mata rantai penularan dengan menurunkan angka kesakitan Mf.Rate menjadi 1 dengan cara pengobatan massal penduduk di desa endemis. Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 2. Penatalaksanaan kasus klinis untuk mencegah kecacatan, srategi ini di tujukan untuk merawat penderita baik yang akut maupun kronis guna mencegah kecatatan dan mengurangi penderitaannya, sehingga mereka dapat meningkatkan kesejahteraannya. Adapun kegiatannya dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2002 dan pada tahun 2010 direncanakan semua desa endemis sudah terjangkau Depkes RI, 2002.

2.5 Perilaku penduduk

Berdasarkan pendapat Notoatmodjo yang dikutip oleh Mahdiniansyah 2002, perilaku adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan dari pandangan biologi. Perilaku manusia pada hakekatnya suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Untuk kepentingan analisa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku dapat tumbuh dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tidak bersyarat atau pembawaan, dan perilaku yang bersyarat yang diperoleh berdasarkan pengalaman atau didapat, atau karena adanya proses belajar. Menurut pendapat Blom yang dikutip oleh Mahdiniansyahn 2002, perilaku dapat dikelompokan menjadi tiga, yakni pengetahuan knowledge, sikap attitude, dan tindakan overt behavior. Perilaku dalam bentuk pengetahuan penduduk yang berkaitan dengan filariasis, baik pencegahan, penularan pengobatan dan lain-lain. Pengetahuan yang dimiliki tersebut dapat kemungkinan mempengaruhi kejadian filariasis, baik secara langsung atau tidak langsung. Perilaku dalam bentuk praktik berupa respon terhadap segala bentuk kegiatan yang pernah diberikan baik berupa Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 peyuluhan ataupun cara pencegahan dan pelaksanaan pengobatan terhadap suatu penyakit. Sikap adalah suatu keadaan mental dan kecendrungan seseorang untuk beraksi terhadap suatu keadaan dan lingkungan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman serta latar belakang pendidikan. Masih banyak masyarakat di daerah endemis filariasis mempunyai sikap tidak positif terhadap penanggulangan filariasis sebagai contoh masih adanya masyarakat yang menolak dilakukan pengobatan dan pengambilan darah. Selain itu masyarakat di daerah endemis filariasis umumnya kurang tanggap terhadap lingkungannya, seperti masih banyaknya daerah rawa-rawa di sekitar pemukiman tetap dibiarkan terbuka Kasnodiharjo, 1990.

2.5.1. Pengetahuan

Pengetahuan Knowledge apa yang telah diketahui dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah melihat atau sesudah menyaksikan, mengalami atau setelah diajari. Menurut Notoatmodjo 2003 pengetahuan merupakan domain yang paling penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behavior dan pengetahuan dapat diukur dengan melakukan wawancara, perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran. Pengetahuan yang didalamnya mencakup 6 enam tingkatan yaitu : 1. Tahu Know diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 2. Memahami Comprehention diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. 3. Aplikasi Application diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis Analysis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek terhadap komponen-komponennya. 5. Sintesis Synthesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi evaluation hal ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang diukur dari objek penelitian. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan tersebut diatas Notoatmodjo, 2003

2.5.2. Sikap

Menurut Notoatmodja 2003 sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dar prilaku yang tertutup. Menurut Neowcomb yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 bahwa sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bertindak sebagai objek di lingkungan tertentu, Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional untuk evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan- pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.

2.5.3. Tindakan

Menurut Notoatmodjo 2003 tindakan adalah gerakanperbuatan dari tubuh setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh maupun luar tubuh Lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaanya terhadap stimulus tersebut. Secara logis sikap akan dicerminkan dalam bentuk tindakan namun tidak dapat dikatakan bahwa sikap dan tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak. Seperti halnya dengan pengetahuan dan sikap, tindakan juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 1. Persepsi perception diartikan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2. Respon terpimpin guided response diartikan sebagai suatu urutan yang benar sesuai dengan contoh 3. Mekanisme mechanism diartikan apabiala seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan. 4. Adaptasi adaptation suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu juga sudah dimodifikasi tanpa mengurangi keberadaan tindakan tersebut. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara atas kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu recall. Pengukuran dapat juga dilakukan secara langsung yakni mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo, 2003.

2.6. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat Berdasarkan kerangka konsep diatas, dapat dirumuskan variabel yang akan diteliti sebagai berikut : Karakteristik kepala keluarga: - Umur - Jenis Kelamin - Tingkat Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Sikap Tindakan Pencegahan Filariasis Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 1. Karakteristik kepala keluarga adalah ciri yang melekat pada diri seorang kepala keluarga yang dapat membedakan satu kepala keluarga dengan kepala keluarga lainnya, yang berhubungan dengan tindakan dalam pencegahan penyakit filariasis. 2. Tindakan pencegahan filariasis adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh kepala keluarga dalam pencegahan penyakit filariasis.

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : ”Ada pengaruh karakteristik kepala keluarga umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan dan sikap terhadap tindakan pencegahan filariasis di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi tahun 2007”.

BAB III METODE PENELITIAN

Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survey explanatory reserch dengan pendekatan kuantitatif yaitu untuk menjelaskan pengaruh antara variabel penelitian melalui pengujian hipotesa, yakni pengaruh variabel karakteristik kepala keluarga terhadap tindakan pencegahan penyakit filariasis di Desa Kemingking Dalam kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Kemingking Dalam kecamatan Maro Sebo yang merupakan salah satu daerah endemis di wilayah kabupaten Muaro Jambi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 juni 2007 sampai dengan tanggal 22 juni 2007.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi sebanyak 544 KK. Pertimbangan memilih kepala keluarga di Desa Kemingking Dalam karena Sari Ukurtha Br. Tarigan. Pengaruh Karakteristik Kepala Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa Kemingking Dalam Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2007. 2007 USU e-Repository©2009 jumlah kasus kronis filariasis lebih banyak terdapat di Desa ini dibandingakan dengan desa-desa endemis lainya.

3.3.2 Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini dicari dengan mengunakan rumus yang ada di buku Soekidjo 2002. N n = 1 + N d 2 n = 85 Dari hasil perhitungan dengan rumus diatas maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 85 kepala keluarga. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling acak sederhana.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu data primer yang diperoleh dari masyarakat di Desa Kemingking Dalam melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan dan data sekunder diperoleh dari Puskesmas Kemingking Dalam, Dinas kesehatan Muaro Jambi serta buku-buku yang berhubungan dengan penyakit filariasis.

3.5 Definisi Operasional