Penemuan Penderita TB Paru

Nelly Novithalina Gari : Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas TB Paru Puskesmas Dalam Penemuan Penderita TB Paru Pada Program Pemberantasan Penyakit P2P TB Paru Di Kota Medan Tahun 2009, 2009.

2.4. Defenisi Tuberkulosis Paru dan Cara Penularan

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC Mycobacterium tuberculosis, kuman ini menyerang organ tubuh yaitu Paru. Kuman ini berbentuk batang dan memiliki sifat tahan terhadap asam pada pewarnaan atau sebagai Basil Tahan Asam BTA, tidak tahan terhadap sianr matahari tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat tertidur lama beberapa tahun dormant. Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif, pada saat batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet percikan dahak. Jika droplet tersebut terhirup ke pernafasan orang lain, dan menginfeksi tubuh orang tersebut menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau ke bagian tubuh lainnya, dengan risiko penularan setiap tahun Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3, pada daerah dengan ARTI sebesar 1, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, sepuluh orang terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya sekitar 10 dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB Depkes RI, 2002.

2.4.1. Penemuan Penderita TB Paru

Suspek tersangka adalah seseorang yang belum dapat dipastikan sebagai penderita Tuberkulosis, dengan demikian untuk menentukan seseorang sebagai suspek TB Paru harus berdasarkan gejala-gejala umum yang ditunjukkannya. Nelly Novithalina Gari : Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas TB Paru Puskesmas Dalam Penemuan Penderita TB Paru Pada Program Pemberantasan Penyakit P2P TB Paru Di Kota Medan Tahun 2009, 2009. Gejala utama yaitu batuk terus menerus selama tiga minggu atau lebih, gejala tambahan yang sering dijumpai : a dahak bercampur darah b batuk darah c sesak nafas dan rasa nyeri dada d badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan malaise, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Penemuan penderita TB Paru yaitu dengan cara menunggu penderita datang sendiri memeriksakan diri ke puskesmas atau unit pelayanan kesehatan penemuan suspek secara pasif dan di dukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh petugas maupun masyarakat. Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penyuluhan secara langsung bisa dilakukan pada perorangan dan kelompok, sedangkan penyuluhan tidak langsung dilakukan dengan menggunakan media dalam bentuk bahan cetak seperti leaflet, poster atau spanduk. Dan juga dapat menggunakan media massa yang dapat berupa koran, majalah, radio dan televisi Depkes, 2002. Setelah ditemukan tersangka penderita TB Paru kemudian dilakukan penegakan diagnosis dengan melakukan berbagai pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung, biakan, rontgen, dan test tuberkulin. Pada saat ini yang digunakan di Puskesmas adalah pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung. Semua tersangka harus diperiksa tiga spesimen dahak dalam waktu dua hari berturut- turut, yaitu : sewaktu-pagi-sewaktu SPS. Diagnosis TB Paru dapat ditegakkan dengan ditemukan kuman BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopik, hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS positif Depkes RI, 2002. Nelly Novithalina Gari : Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Petugas TB Paru Puskesmas Dalam Penemuan Penderita TB Paru Pada Program Pemberantasan Penyakit P2P TB Paru Di Kota Medan Tahun 2009, 2009. Penemuan secara pasif akan lebih efektif jika didukung penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita. Cara ini dikenal dengan sebutan Passive Promotive case finding penemuan penderita secara pasif dengan promosi yang aktif Depkes RI, 2002. Pada setiap wilayah kerja unit pelayanan kesehatan, jumlah penduduk merupakan sasaran penanggulangan TB Paru yang perlu diperhitungkan. Jumlah penduduk merupakan bahan pertimbangan penyediaan tenaga dan sarana yang akan digunakan dalam pelaksanaan program, mengingat komposisi penduduk serat aspek sosial dan ekonomi tidak sama pada setiap wilayah Manaf, 1997.

2.4.2. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Dalam Penanggulangan TB Paru .