Jenis Pemeriksaan, Ruang Lingkup, Tujuan, serta Metode dan Teknik Pemeriksaan Pajak.

B. Jenis Pemeriksaan, Ruang Lingkup, Tujuan, serta Metode dan Teknik Pemeriksaan Pajak.

Jenis Pemeriksaan Selama ini, Pemeriksaan Pajak dilaksanakan berdasarkan urutan prioritas pemeriksaannya, karena untuk memeriksa semua Wajib Pajak yang terdaftar merupakan hal yang tidak mungkin dapat diwujudkan, dikarenakan oleh tenaga pemeriksa Pajak yang tersedia terbatas jumlahnya dan tidak sebanding dengan jumlah Wajib Pajak yang ada. 51 Sebagai contoh, terhadap Wajib Pajak yang Surat Pemberitahuannya SPT-nya menyatakan lebih bayar sesuai dengan Pasal 17 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, ternyata menempati urutan prioritas yang tertinggi. Jenis-jenis pemeriksaan antara lain : Apabila pemeriksaan dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak yang terdaftar merupakan suatu hal yang sangat ideal dalam rangka melaksanakan isi Undang- undang Perpajakan. Meskipun demikian, pemeriksaan tetap harus dilakukan, karena ternyata masih banyak Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya masih rendah, setelah dilakukan penilaian berdasarkan norma-norma pengukuran tertentu, yaitu dengan sistem kriteria seleksi. 52

a. Pemeriksaan rutin

Merupakan pemeriksaan yang bersifat rutin, yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berhubungan dengan pemenuhan hak dan kewajiban perpajakannya, diantaranya dalam hal : 51 Ibid, hal 16. 52 Yustinus Prastowo, Panduan Lengkap Pajak, Jakarta: Raih Asa Sukses, 2009, hal 174. Universitas Sumatera Utara a. Surat Pemberitahuan SPT tahunan PPh Wajib Pajak badan atau orang pribadi yang menyatakan lebih bayar; b. Surat Pemberitahuan SPT tahunan PPh Wajib Pajak badan yang menyatakan rugi tetapi tidak lebih bayar; c. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha, pekerjaaan bebas, atau Wajib Pajak badan yang mengajukan permohonana pencabutan NPWP; Pengusaha Kena Pajak PKP; atau perubahan tempat terdaftar Wajib Pajak dari Kantor Pelayanan Pajak KPP semula ke KPP yang lain. d. Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT tahunan PPh, walaupun sudah dikirimkan Surat Teguran dan tidak mengajukan permohonan perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan SPT, termasuk Surat Pemberitahuan SPT yang kembali dari Kantor Pos dan Wajib Pajak yang termasuk kelompok non-efektif. e. Wajib Pajak yang melakukan kegiatan membangun sendiri yang pemenuhan kewajiban PPN-nya patut diduga tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. f. Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk pemusatan tempat Pajak PPN terutang.

b. Pemeriksaan Kriteria Seleksi

Adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak badan atau Wajib Pajak orang pribadi yang terpilih berdasarkan nilai resiko tingkat kepatuhan secara komputerisasi. Penggunaan sistem kriteria seleksi semacam ini dimaksudka n untuk mengurangi unsur subjektifitas dalam menentukan pilihan Wajib Pajak yang akan diperiksa, karena mekanisme pemilihannya berdasarkan beberapa variabel yang sudah terukur dalam suatu program aplikasi komputer. 50 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan sistem pemilihan seperti tersebut di atas, Wajib Pajak yang akan diperiksa adalah Wajib Pajak yang mempunyai potensi fiskal tinggi, tetapi menunjukkan adanya indikasi telah melakukan pelanggaran terhadap kewajiban perpajakannya. 53

c. Pemeriksaan Khusus.

Merupakan pemeriksaan yang secara khusus dilakukan terhadap Wajib Pajak sehubungan dengan adanya data, informasi, laporan atau pengaduan yang berkaitan dengan Wajib Pajak tersebut, atau untuk memperoleh data atau informasi untuk tujuan tertentu lainnya. Pemeriksaan ini sifatnya sangat selektif, yaitu antara lain dilakukan terhadap : a. Wajib Pajak yang diduga telah mekaukan tindak pidana di bidang perpajakan; b. Wajib Pajak tertentu berdasarkan pengaduan masyarakat, antara lain misalnya yang semula dikenal melalui Kotak Pos 5000; c. Wajib Pajak tertentu berdasarkan pertimbangan Direktorat Jenderal Pajak. Hal-hal tersebut diatas erat hubungannya dengan himbauan dari Pemerintah untuk melakukan pembetulan SPT sebagaimana dituangkan dalam Instruksi Direktorat Jenderal Pajak Nomor Ins-325PJ2002 tentang Pemanfaatan Data, Wajib Pajak yang tidak memenuhi himbauan Direktorat Jenderal Pajak dimaksud, termasuk Wajib Pajak yang akan diperiksa berdasarkan kriteria pemeriksaan khusus ini bahkan kemungkinan dapat dilakukan penyidikan. 53 Hanantha Bwoga, dkk, Pemeriksaan Pajak di Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hal 18. 51 Universitas Sumatera Utara

d. Pemeriksaan Wajib Pajak Lokasi

Pemeriksaan yang dilakukan terhadap cabang, perwakilan, pabrik danatau tempat usaha yang pada umumnya berbeda lokasinya dengan Wajib Pajak domisili. Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak lokasi dapat dilakukan dalam hal : 54 a. Surat Pemberitahuan SPT tahunan PPh Pasal 21 danatau Surat Pemberitahuan SPT masa PPN menyatakan lebih bayar; b. Surat Pemberitahuan SPT tahunan PPh Pasal 21 danatau SPT masa PPN tidak disampaikan masing-masing selama 2 dua tahun berturut-turut atau selama 2 tigs bulan berturut-turut dari suatu tahun Pajak; c. Adanya permintaan dari unit pelaksana pemeriksaan Pajak UP3 tempat Wajib Pajak domisili terdaftar danatau berdasarkan usulan dari UP3 lokasi.

e. Pemeriksaan Tahun Berjalan

Pemeriksaan yang dilakukan dalam tahun berjalan terhadap Wajib Pajak untuk jenis-jenis Pajak tertentu atau untuk seluruh jenis Pajak dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak domisili atau Wajib Pajak lokasi. Pelaksanaan pemeriksaan tahun berjalan ini hanya dapat dilakukan terhadap masa Pajak sampai dengan bulan Oktober dari tahun Pajak yang bersangkutan.

f. Pemeriksaan Bukti Permulaan

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi Tindak Pidana di bidang perpajakan. Dari hasil pemeriksaan jenis ini diharpakan penyimpangan dalam hal tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak yang mengarah ke Tindak Pidana di bidang perpajakan semakin dicermati, di samping adanya kemungkinan Wajib Pajak agar menyadari resiko akan di hadapkan ke depan Pengadilan, juga merupakan 54 Ibid, hal. 19. 52 Universitas Sumatera Utara cerminan upaya penegakan hukum yang sungguh-sungguh akan diwujudkan oleh Direktorat Jenderal Pajak yang bukan hanya sebuah sekedar wacana semata. 55

g. Pemeriksaan Terintegrasi

Pemeriksaan yang dilakukan secara terkoordinasi dari dua atau lebih unit pelaksana pemeriksaan pajak terhadap beberapa Wajib Pajak yang memiliki hubungan kepemilikan, penguasaan, pengelolaan usaha, dan atau hubungan secara finansial.

h. Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak

Pemeriksaan untuk tujuan penagihan delinquency audit adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data mengenai harta wajib pajak atau penanggung pajak yang dapat merupakan objek sita, sehubungan dengan adanya tunggakan pajak yang penagihannya akan dilakukan sesuai dengan undang- undang penagihan dengan Surat Paksa Undang-Undang No. 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2000. Di samping jenis-jenis pemeriksaan yang telah disebutkan di atas, berikut ini merupakan jenis pemeriksaan pajak yang lain, yang bertujuan untuk menguji tingkat kepatuhannya. 56 1 Menguji kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi semua kewajiban perpajakannya selama terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak yang lama;

i. Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang Pindah Tempat Usahanya

2 Wajib Pajak pindah tempat terdaftarnya karena berubah status atau pindah alamat; 55 Ibid, hal. 20. 56 Ibid, hal. 20. 53 Universitas Sumatera Utara 3 Wajib Pajak badan atau Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan bebas, dalam tahun atau tahun-tahun pajak yang belum pernah diperiksa; 4 Wajib Pajak BUT atau Wajib Pajak Luar Negeri yang terdapat indikasi akan bubar atau meninggalkan Indonesia.

l. Pemeriksaan Ulang

1 Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak sedang atau telah melakukan tindak pidana perpajakan; 2 Terdapat data baru yang semula belum terungkap yang dapat mengakibatkan penambahan jumlah pajak terutang; 3 Sebab-sebab lain berdasarkan instruksi Direktur Jenderal Pajak; k. Pemeriksaan Pajak dan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Pemeriksaan pajak dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak yang termasuk dalam kelompok Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak, disebut sebagai Wajib Pajak patuh yang memenuhi syarat sebagai berikut: 57 1 Dalam hal laporan keuangannya tidak diaudit oleh Akuntan Publik: a SPT disampaikan tepat waktu dalam 2 dua tahun terakhir untuk semua jenis pajak; b Tidak mempunyai tunggakan untuk semua jenis pajak, kecuali mendapat izin mengangsur atau menunda pembayaran; c Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana dalam 10 sepuluh tahun terakhir; 57 Ibid, hal. 21-22. 54 Universitas Sumatera Utara d Dalam 2 dua tahun pajak terakhir, menyelenggarakan pembukuan dan apabila pernah diperiksa, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak yang terutang paling banyak 5 lima persen. 2 Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik, harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian, sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal Laporan audit disusun dalam bentuk panjang long form report dan menyajikan daftar rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal. Pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak yang diberikan fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan pembayarar pajak dilakukan apabila : 1 Terdapat data baru dan data yang semula belum terungkap; 2 Termasuk dalam daftar Wajib Pajak besar dan menengah yang terpilih untuk dilakukan pemeriksaan sesuai hasil kriteria seleksi. 3 Terdapat instruksi pemeriksaan berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.

l. Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak pada KPP Wajib Pajak Besar.

58 1 Diperiksa oleh Kantor Pelayanan Pajak KPP Wajib Pajak Besar, Kanwil Wajib Pajak Besar dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. 2 Ruang lingkup pemeriksaannya mencakup Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksaan Sederhana Lapangan, dan Pemeriksaan Sederhana Kantor. 3 Dapat diperiksa setiap tahun. 4 Pemeriksaan bukti permulaan dan penyidikan dilakukan oleh Kanwil Wajib Pajak Besar atau Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. 58 Ibid, hal. 23. 55 Universitas Sumatera Utara 5 Adanya wewenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak lain yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak pada KPP Wajib Pajak Besar, pemeriksaan semacam ini telah dilakukan untuk tahun pajak 2002. Ruang Lingkup Pemeriksaan Pemeriksaan pajak dapat dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup atau cakupannya, yaitu terdiri dari pemeriksaan lapangan dan pemeriksaan kantor.

a. Pemeriksaan Lapangan

Yang dimaksud dengan pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak di tempat Wajib Pajak, yang dapat mencakup kantor Wajib Pajak, pabrik, tempat usaha, tempat tinggal, dan tempat lain yang ada kaitannya dengan kegiatan usaha, juga pekerjaan bebas Wajib Pajak, serta tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak. Pemeriksaan lapangan dapat meliputi suatu jenis pajak, seluruh jenis pajak untuk tahun berjalan danatau tahun-tahun sebelumnya yang dapat dibedakan sebagai berikut : 59 1 Pemeriksaan Lengkap PL Dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk kerjasama operasi konsorsium, atas seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya, dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang lazim digunakan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaannya dilakukan dalam jangka waktu 2 dua bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 enam bulan. 59 Ibid, hal. 23-24. 56 Universitas Sumatera Utara 2 Pemeriksaan Sederhana Lapangan PSL Adalah pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak untuk satu jenis, beberapa atau seluruh jenis pajak secara terkoordinasi antarseksi oleh Kepala Kantor Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak, dalam tahun berjalan dan atau tahun-tahun sebelumnya, dilaksanakan dengan menerapkan teknik- teknik pemeriksaan yang dipandang perlu menurut keadaan dalam rangka mencapai tujuan pemeriksaan. Pelaksanaannya dilakukan dalam waktu 1 satu bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 dua bulan.

b. Pemeriksaan Kantor

Adalah pemeriksaan terhadap wajib pajak yang dilakukan di Kantor Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak, dapat meliputi suatu jenis pajak tertentu, baik untuk tahun berjalan maupun tahun-tahun sebelumnya. Pemeriksaan kantor hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan sederhana kantor PSK, jangka waktu penyelesaiannya selama 4 empat minggu dan dapat diperpanjang menjadi paling lama 6 enam minggu, dengan ketentuan : 60 1 Jangka waktu penyelesaian pemeriksaan untuk masing-masing jenis pemeriksaan tersebut di atas, tidak dapat diubah meskipun terjadi pergantian Pemeriksa Pajak. 2 Perpanjangan jangka waktu penyelesaian pemeriksaan sebagaifriana dimaksudkan di atas dapat diberikan berdasarkan permintaan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atau atas permintaan Direktur Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak. 60 Ibid, hal. 24-25. 57 Universitas Sumatera Utara 3 Apabila terdapat transaksi transfer pricing, jangka waktu penyelesaian pemeriksaan dapat diperpanjang menjadi paling lama 2 dua tahun. 4 Perluasan pemeriksaan dapat dilaksanakan apabila: a SPT tahunan wajib pajak orang pribadi atau badan, menyatakan adanya kompensasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya yang belum pernah dilakukan pemeriksaan; b Sebab-sebab lain berdasarkan Instruksi Direktur Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak. 5 Pemeriksaan ulang dapat dilaksanakan apabila : a Terdapat indikasi bahwa wajib pajak dapat diduga sedangtelah melakukan tindak pidana di bidang perpajakan; b Terdapat data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang dapat mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang atau mengurangimemperkecil kerugian yang dapat dikompensasi. 6 Pelaksanaan Pemeriksaan Ulang, dilaksanakan apabila : a Pemeriksaan ulang dapat meliputi seluruh jenis pajak, satu atau beberapa jenis pajak, walaupun data baru atau data yang semula belum terungkap atau data lain hanya mencakup jenis-jenis pajak tertentu saja; b Pemeriksaan ulang harus dilaksanakan dengan cara pemeriksaan lapangan; c Pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak dan pembahasan akhir closing conference, baru dapat dilakukan setelah hasil pemeriksaan dibahas direview dan disetujui oleh direktur pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan pajak; d Pemeriksaan berdasarkan golongan wajib pajak, yakni 1 Wajib pajak badan khusus dengan cara PSKPSLPL; 58 Universitas Sumatera Utara 2 Wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan besar lainnya dengan cara PLPSLPSK; 3 Wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan menengah dengan cara PLPSLPSK; 4 Wajib pajak kecil dan wajib pajak orang pribadi dengan cara PSLPSK.

c. Pemeriksaan PPN

Salah satu kebijakan pemeriksaan Direktorat Jenderal Pajak adalah pemeriksaan pajak terhadap pengusaha kena pajak tertentu, dalam rangka penyelesaian permohonan restitusi PP dengan menggunakan aplikasi sistem informasi perpajakan SIP, yaitu dengan melakukan konfirmasi terhadap faktur pajak secara komputerisasi program PK - PM melalui komputer. Beberapa informasi dan indikasi dapat diperoleh dari aplikasi program ini, akan menghasilkan data yang bermanfaat bagi pemeriksa pajak dalam melakukan pemeriksaan, antara lain sebagai berikut : 61 1 Pengusaha kena pajak yang setelah dilakukan konfirmasi tiga jenjang ke belakang belum ditemukan adanya Pengusaha kena pajak PKP pabrikan atau PKP produsen atau importir, dengan prioritas PKP yang 10 pajak masukannya berasal dari PKP yang bersangkutan; 2 Pengusaha kena pajak penerbit faktur pajak dengan prioritas PKP yang setelah diminta penjelasan tidak merespon atau tidak menjawab sampai dalam batas waktu yang telah ditetapkan; 61 Ibid, hal. 26-27. 59 Universitas Sumatera Utara 3 Pengusaha kena pajak yang teridentifikasi bahwa nilai pajak masukan yang diklarifikasi tidak sama dengan nilai pajak keluaran yang dilaporkan olehPKP lawan transaksinya; 4 Pengusaha kena pajak yang pada masa pajak Desember atau akhir tahun buku mengkompensasikan kelebihan pembayaran PPN; 5 Pengusaha kena pajak yang tidak melaporkan Surat Pemberitahuan Masa PPN dua bulan berturut-turut; 6 Peredaran usaha yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan masa PPNPPn.BM dari PKP orang pribadi baru, berjumlah lebih dari Rp 600.000.000,- 7 Peredaran usaha yang dilaporkan dalam SPT masa PPNPPn.BM dari PKP badan baru berjumlah lebih dari Rp 5.000.000.000.- 8 Peredaran usaha PKP baru untuk yang pertama kali menunjukkan jumlah yang relatif tinggi; 9 Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tidak mempunyai tempat usaha, alamat atau gudang yang permanen, khususnya PKP perdagangan, importir, dan industri; 10 Dari hasil pemeriksaan PPNPPn.BM masa atau masa-masa sebelumnya, yang pajak masukan atau pajak keluarannya dikoreksi secara signifikan; 11 Dari hasil penelitian diketahui bahwa peredaran usaha yang dilaporkan dalam SPT masa PPNPPn.BM dan kaitannya dengan Surat Pemberitahuan masa PPh. Pasal 21, menunjukkan perbandingan yang tidak proporsional; 12 Menyampaikan SPT masa PPNPPn.BM, tetapi tidak menyampaikan SPT masa PPh Pasal 21 dan tidak menyetor PPh Pasal 25; 60 Universitas Sumatera Utara 13 Dari hasil penelitian menunjukkan peningkatan peredaran usaha yang relatif tinggi; 14 Dari penelitian semula, PKP termasuk kelompok wajib pajak non-efektif, tetapi tiba-tiba menjadi aktif dengan nilai peredaran usaha yang sangat tinggi; 15 Dari hasil pengamatan diketahui bahwa alamat usahanya berada di daerah pemukiman penduduk, tetapi memiliki nilai peredaran usaha yang relatif tinggi. Tujuan Pemeriksaan Fungsi Direktorat Jenderal Pajak DJP melakukan pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak bukan untuk mencari kesalahan Wajib Pajak, tetapi untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan danatau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 62 Bila Wajib Pajak tetap tidak mau memenuhi kewajibannya dalam membayar pajak, maka akan diberikan saksi pidana terhadapnya. Namun, sebelum itu dilakukan, maka dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dan penyidikan pajak terhadap wajib Penagihan Pajak dimulai dengan adanya suatu pemeriksaan. Apabila pemeriksaan sudah dilakukan, maka dikeluarkanlah Surat Ketetapan Pajak. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan merupakan tujuan utama dari pemeriksaan pajak, sehingga bagi Wajib Pajak yang tingkat kepatuhannya tergolong masih rendah, diharapkan dengan dilakukannya pemeriksaan terhadapnya dapat memberikan motivasi positif agar untuk masa-masa selanjutnya menjadi lebih baik tingkat kepatuhannya. 62 Pardiat, Pemeriksaan Pajak Edisi Kedua, Jakarta: PT. Mitra Wacana Media, 2008, hal. 1. 61 Universitas Sumatera Utara pajak tersebut. Oleh karena itu, pemeriksaan Pajak juga sekaligus sebagai sarana pembinaan terhadap Wajib Pajak pada umumnya. 63 Tujuan pemeriksaan Pajak sebagaimana dimaskudkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199PMK.032007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, adalah untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada Wajib Pajak dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan untuk tujuan menguji kepatuhan Wajib Pajak, dilakukan dalam hal : a. Surat Pemberitahuan SPT menunjukkan kelebihan pembayaran Pajak, termasuk yang telah diberikan pengambilan pendahuluan kelebihan Pajak; b. Surat Pemberitahuan SPT tahunan Pajak penghasilan menunjukkan rugi; c. Surat Pemberitahuan SPT tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu yang telah ditetapkan; d. Surat Pemberitahuan SPT yang memnuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak; e. Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada huruf c tidak dipenuhi. Pemeriksaan untuk tujuan lain, meliputi pemeriksaan yang dilakukan dalam hal: 64 a. Pemberian nomor pokok Wajib Pajak NPWP secara jabatan; b. Penghapusan nomor pokok Wajib Pajak NPWP; c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha kena Pajak; 63 Hanantha Bwoga, dkk, Pemeriksaan Pajak di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hal 66. 64 Pardiat, Pemeriksaan Pajak Edisi Kedua, Jakarta: PT. Mitra Wacana Media, 2008, hal. 7. 62 Universitas Sumatera Utara d. Wajib Pajak mengajukan keberatan; e. Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan neto; f. Pencocokan data danatau alat keterangan; g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil; h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak pertambahan nilai; i. Pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan untuk tujuan lain, selain pada huruf a sampai dengan huruf i. Tujuan yang terutama dari pemeriksaan Pajak adalah ketaatan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dalam rangka berjalannya sistem pemungutan Pajak yang dianut oleh Undang-undang perpajakan Indonesia, yaitu sistem self assessment dan sistem witholding tax, sehingga kewajiban-kewajiban perpajakan yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak, termasuk didalamnya tidak terkecuali adalah kewajiban para pemungut dan pemotong Pajak. 65 Berbagai metode yang lazim digunakan dalam melakukan pemeriksaan Pajak pada umumnya sebagaimana yang sudah dikenal, sebagai berikut: Metode dan Teknik Pemeriksaan 66 a. Metode Dinamis Dengan menggunakan metode ini, pemeriksa Pajak dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan dunia usaha, yaitu yang berkenaan dengan seluk beluk usahabisnis yang diperiksa. b. Metode Sintetis 65 Hanantha Bwoga, dkk, Pemeriksaan Pajak di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, hal 67. 66 Ibid, hal 96-98. 63 Universitas Sumatera Utara Metode yang digunakan untuk menguji angka-angka pada pos buku besar dibandingkan dengan bukti pendukung dokumen dasar yang berhubungan dengan arus uang yang tercermin dalam buku kas atau buku bank. c. Metode Analitis Metode yang digunakan untuk menganalisis angka-angka dalam laporan keuangan, yaitu neraca dan daftar labarugi untuk beberapa periode akuntansi. Dengan analisis vertikal maupun horizontal, akan diperoleh gambaran titik-titik kritis yang perlu diperiksa lebih lanjut. d. Metode langsung Dilakukan dengan cara melakukan pengujian atas kebenaran jumlah penghasilan yang dilaporkan dalam surat pemberitahuan SPT dengan laporan keuangan beserta buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen pendukungnya. e. Metode tidak langsung Dilakukan dengan cara melakukan pengujian terhadap kebenaran jumlah penghasilan yang dilaporkan dengan cara tidak langsung, dilakukan di luar proses pemeriksaan penghasilan dan biaya, yaitu melalui pendekatan perhitungan seperti metode transaksi tunai, metode transaksi bank, metode perbandingan kekayaan bersih, dan lain-lain. Sedangkan teknik pemeriksaan Pajak dilakukan dengan melaksanakan urutan atau tahap-tahap pemeriksaan, pada hakikatnya sudah termasuk menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang diperlukan dalam suatu pemeriksaan, yaitu : 67 a. Dengan melakukan evaluasi, dengan cara : a. Menilai kebenaran formal Surat Pemberitahuan SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak; 67 Ibid, hal 101-103. 64 Universitas Sumatera Utara b. Menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan SPT, terutama lampiran- lampirannya; c. Menilai sistem pengendalian intern perusahaan; b. Melakukan Analisis Angka-angka Yaitu angka-angka yang tersaji dalam Surat Pemberitahuan SPT dan laporan keuangan Wajib Pajak, antara lain dengan menggunakan teknik perbandingan, analisis ratio, analisis varian dan standar. c. Mentafsir Angka-angka dan Memeriksa Dokumen, dengan cara : a. Pentafsiran angka-angka dilakukan berdasarkan urutan pemeriksaan audit trail, sesuai dengan sistem dan perangkat pembukuan; b. Pemeriksaan dokumen tidak terbatas hanya paada dokumen yang berkaitan dengan uang, tetapi juga yang berhubungan dengan barang dan bukan keuangan seperti dokumen intern dan dokumen ekstern. d. Pengujian silang Cross Check 1 Pengujian dokumen dasar, misalnya untuk menguji angka penjualan, dokumen yang harus diuji silang adalah : a. Order pembelian dari pelanggan; b. Pesanan pembelian; c. Faktur-faktur; d. Delivery Order D.O; e. Bukti-bukti pengiriman dan laporan penjualan atau laporan pengiriman. 2 Pengujian jumlah fisik, meliputi arus barang, arus uang, arus utang dan piutang. 65 Universitas Sumatera Utara Penerapan metode dan teknik pemeriksaan dalam pemeriksaan Pajak diatur dalam Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP-01Pj.71990 tanggal 15 November 1990 tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak.

C. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak, serta Kewajiban dan Wewenang Pemeriksa Pajak