BAB III SISTEM PEMERIKSAAN PAJAK DI INDONESIA
A. Kebijakan Umum Pemeriksaan Pajak.
Sebagai pedoman pelaksanaan pemeriksaan Pajak, maka Direktorat Jenderal Pajak telah menetapkan beberapa kebijakan umum yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Setiap Wajib Pajak mempunyai peluang yang sama untuk diperiksa.
43
Pada dasarnya semua Wajib Pajak, baik Wajib Pajak badan maupun Wajib Pajak orang pribadi dapat dilakukan pemeriksaan Pajak. Yang membedakannya hanya
dalam jenis pemeriksaan Pajaknya. Oleh karena itu, untuk menentukan mana Wajib Pajak yang akan diperiksa, telah diperkenalkan suatu sistem pemilihan yang
didasarkan pada kriteria objektif dengan menggunakan beberapa variabel terukur dalam suatu program aplikasi komputer. Sistem tersebut dikenal dengan nama sistem
kriteria seleksi yang telah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Pajak selama ini. Dengan demikian, setiap Wajib Pajak yang akan diperiksa akan diberi skor atau
penilaian tertentu yang menggambarkan tingkat kepatuhannya berdasarkan variabel- variabel tersebut. Variabel yang dimaksud merupakan perbandingan antara unsur-
unsur dalam SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak dengan data danatau sumber informasi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2. Setiap pemeriksaan yang dilaksanakan harus dilengkapi dengan surat perintah
pemeriksaan Pajak yang mencantumkan tahun Pajak yang diperiksa.
44
43
Hanantha Bwoga, dkk, Pemeriksaan Pajak di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
2005, hal 8.
44
Ibid, hal 9.
43
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal Wajib Pajak diperiksa, Wajib Pajak berhak untuk menanyakan kepada pemeriksa Pajak yang memeriksa, tanda pengenal pemeriksa yang sah dan surat
perintah pemeriksa Pajak SP3 yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, misalnya oleh Kepala Kantor Unit Pelaksana Pemeriksa Pajak untuk pemeriksaan
yang dilakukan oleh unit kantor tersebut. Apabila pemeriksaan dilakukan oleh kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, maka
yang menandatangani surat perintah pemeriksa Pajak SP3 adalah Direktur Pemeriksaan, Penagihan, dan Penyidikan Pajak. Tujuannya adalah untuk membatasi
kewenangan Pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan. Selanjutnya, apabila pemeriksaan akan diperluas ke tahun-tahun sebelumnya atau sesudahnya selain tahun
Pajak yang diperiksa, haruslah diterbitkan Surat Perintah Pemeriksa Pajak SP3 yang baru sesuai dengan tahun Pajak yang bersangkutan.
3. Pemeriksaan ulang terhadap jenis dan tahun Pajak yang sama, tidak
diperkenankan kecuali dalam hal:
45
a. Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak diduga telah atau sedang melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan. b.
Terdapat data baru dan atau data semula belum terungkap, mengakibatkan penambahan jumlah Pajak terutang atau mengurangi kerugian yang dapat
dikompensasikan. Data baru yang dimaksud diatas adalah data atau keterangan mengenai segala
sesuatu yang diperlukan, untuk menghitung besarnya jumlah Pajak terutang yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada waktu penetapan Pajak semula, baik dalam
45
Ibid, hal 10.
44
Universitas Sumatera Utara
Surat Pemberitahuan SPT beserta lampiran-lampirannya, maupun dalam pembukuan Wajib Pajak yang diserahkandipinjamkan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
Sedangkan data yang semula belum terungkap yang dimaksud diatas adalah data atau keterangan lain mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung
besrnya jumlah Pajak yang terutang, akan tetapi data tersebut tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan SPT beserta lampiran-lampirannya,
termasuk juga dalam laporan keuangannya, danatau pada saat pemeriksaan dilakukan untuk melakukan penetapan Pajak, Wajib Pajak tidak mengungkapkan data danatau
keterangan lain dengan benar, lengkap, dan terinci, sehingga tidak memungkinkan pemeriksa untuk dapat menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan secara benar dalam menghitung jumlah Pajak yang terutang. 4.
Buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lain yang akan dipinjam dari Wajib Pajak dalam pelaksanaan pemeriksaan tidak harus yang asli, contohnya, dapat
juga dalam bentuk berupa fotocopy yang sesuai dengan aslinya.
46
Apabila terdapat kekhawatiran dari Wajib Pajak dalam meminjamkan buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lainnya yang asli dengan alasan takut hilang, maka
Wajib Pajak dapat menyerahkan dan meminjamkan kepada Pemeriksa dalam bentuk berupa fotocopy saja dari buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lainnya yang asli
dan harus dilengkapi dengan surat pernyataan yang menyatakan bahwa fotocopy tersebut adalah sama atau sesuai dengan aslinya.
Mengenai hal peminjaman buku-buku, catatan-catatan dan dokumen lainnya, sebaiknya Wajib Pajak bersifat kooperatif dengan Pemeriksa dan dapat berakibat
46
Ibid, hal 11.
45
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan akan memakan waktu yang lebih lama, karena tidak terpenuhinya jangka waktu penyelesaian pemeriksaan.
5. Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor pemeriksa, yaitu apabila hal tersebut
adalah untuk jenis pemeriksaan sederhana kantor dan Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat Wajib Pajak, yaitu apabila hal tersebut adalah untuk jenis
Pemeriksaan Sederhana Lapangan atau Pemeriksaan Lengkap. 6.
Jangka waktu pelaksanaan pemeriksaan terbatas. a.
Dalam Pemeriksaan Lengkap harus diselesaikan dalam jangka waktu 2 dua bulan, terhitung sejak surat pemberitahuan pemeriksaan Pajak diterima oleh
Wajib Pajak atau sesuai dengan Instruksi Direktur Pemeriksaan, Penyidikan, dan Penagihan Pajak, dapat diberikan perpanjangan hanya paling lama untuk
waktu 6 enam bulan; b.
Dalam Pemeriksaan Sederhana Lapangan PSL, harus diselesaikan dalam jangka waktu 1 satu bulan, terhitung sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Pajak diterima oleh Wajib Pajak, dapat diberikan perpanjangan paling lama untuk waktu 1 satu bulan;
c. Dalam Pemeriksaan Sederhana Kantor PSK, harus diselesaikan dalam
jangka waktu 4 empat minggu, terhitung sejak surat pemberitahuan pemeriksaan Pajak diterima oleh Wajib Pajak, dapat diberikan perpanjangan
paling lama untuk waktu 2 dua minggu. 7.
Dapat dilakukan perluasan pemeriksaan, baik untuk tahun-tahun sebelumnya maupun tahun sesudahnya, yaitu dalam hal:
47
47
Ibid, hal 13.
46
Universitas Sumatera Utara
a. SPT tahunan Wajib Pajak orang pribadi atau badan yang menyatakan adanya
kompensasi kerugian dari tahun-tahun sebelumnya yang belum dilakukan pemeriksaan.
b. Sebab-sebab lain berdasarkan Instruksi Direktur Pemeriksaan, Penyidikan dan
Penagihan Pajak. Untuk melakukan perluasan pemeriksaan tersebut, pemeriksaan harus terlebih
dahulu harus mendapatkan izin dari atasan pemeriksa. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar jangan sampai ada kewenangan yang ditambah-tambah. Perluasan
pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak yang baru, untuk setiap tahun Pajak yang diperiksa.
8. Setiap hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib Pajak secara tertulis,
yaitu mengenai hal-hal yang berbeda antara surat pemberitahuan SPT Wajib Pajak dengan hasil pemeriksaan, dan selanjutnya untuk ditanggapi oleh Wajib
Pajak.
48
Wajib Pajak berhak untuk menyampaikan sanggahan atau tanggapan secara tertulis kepada pemeriksa Pajak, setelah diterimanya surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan. Berdasarkan sanggahan atau tanggapan Wajib Pajak tersebut, pemeriksa Pajak akan mengundang Wajib Pajak untuk melakukan pembahasan
akhir closing reference atas hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan. Pembahasan akhir closing reference ini penting untuk diselenggarakan, karena
Wajib Pajak diberi kesempatan untuk menanyakan segala sesuatu, melakukan pembahasan lebih lanjut dengan pemeriksa Pajak dan mengadu argumentasi, misalnya
48
Ibid, hal 14.
47
Universitas Sumatera Utara
meminta penjelasan tentang dasar-dasar dilakukannya koreksi fiskal oleh pemeriksa, sumber data atau dokumen yang digunakan oleh pemeriksa, menyampaikan
sanggahan atau bantahan terhadap hasil pemeriksaan, menyampaikan bukti-bukti pendukung atau memberikan tambahan penjelasan yang diperlukan.
49
Pada waktu pembahasan akhir closing reference, Wajib Pajak dapat didampingi oleh Konsultan Pajak atau Kantor Akuntan yang melakukan audit terhadap laporan
keuangan Wajib Pajak untuk tahun yang bersangkutan. Dalam hal masih terdapat perbedaan pendapat, Wajib Pajak berhak untuk melakukan upaya hukum lebih lanjut
dengan mengajukan keberatan atau banding pada proses berikutnya setelah pemeriksaan selesai.
50
1 Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan dan berita acara persetujuan
hasil pemeriksaan, dalam hal Wajib Pajak menyutujui seluruh koreksi fiskal yang dilakukan dalam pemeriksaan.
Dengan demikian, laporan Pemeriksaan Pajak yang dihasilkan dari setiap pemeriksaan yang telah selesai dilakukan menjadi sah apabila dilengkapi dengan :
2 Berita acara hasil pemeriksaan, dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian
atau seluruhnya koreksi fiskal dalam hasil pemeriksaan. 3
Berita acara tidak memberikan tanggapan atau berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak, dalam hal Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan atau tidak hadir pada
waktu dilakukan pembahasan akhir closing reference.
49
Ibid, hal 14.
50
Ibid, hal 14.
48
Universitas Sumatera Utara
B. Jenis Pemeriksaan, Ruang Lingkup, Tujuan, serta Metode dan Teknik Pemeriksaan Pajak.